Tuesday, August 5, 2008

Warung Kopi Makassar: Buku dan Demokrasi

Ask the Tribun Timur Editor
Radio Mercurius FM Makassar, radionya profesional muda, mengudang saya sebagai salah satu pembicara pada acara diskusi dan bedah buku yang menandai peluncuran buku "Demokrasi dari Warung Kopi". Acara ini digelar hari Rabu (6/8/08) pagi di Warung Kopi Phoenam, warung kopi ternama di Makassar.
Mercurius juga mengundang dua pembicara lainnya: Guru Besar UIN Alauddin Makassar Prof Dr Qasim Mathar dan dosen serta aktivis LSM dari Universitas Hasanuddin, Alwi Rahman. Dua pembicara ini bukan cuma senior saya, tapi senior para aktivis di Makassar.

Obrolan Warung Kopi merupakan program acara yang digagas Mercurius di Phoenam sejak awal 2002. Jadi sudah berjalan sekitar enam tahun. Diskusi digelar dua pekan sekali, membahas topik-topik aktual, dan menghadirkan narasumber yang relevan.
Lokasi acara di dalam warung kopi. Meja pembicara diletakkan di bagian depan. Panitia tidak perlu terlampau repot mengundang hadirin karena pesertanya, ya, pengunjung warung kopi. Mereka aktivis LSM, politisi, pejabat dan pegawai pemerintah, pengusaha, dan mahasiswa.
Pembicaraan di warung kopi disampaikan lewat pengeras suara dan disiarkan secara langsung melalui Merkurius.
Setiap kali diskusi, hadir belasan orang. Bila topiknya hangat, ya sekitar 30-an pesertanya.
Topik diskusi dari soal pilkada, partai politik, hingga pasta gigi yang diduga mengandung formalin. Pokoknya, topik apa saja, yang penting aktual.
Diskusi itu, pada akhirnya, berfungsi untuk setidaknya tiga hal. Pertama, menjadi panggung bagi suara publik untuk mengontrol pengambil keputusan publik.
Kedua, yang lumayan bagus, memberi ruang kepada publik untuk bersuara. Bersuara di tempat diskusi maupun dengan cara menelepon ke Merkurius untuk memberikan tanggapan dan komentar pada saat acara sedang "live".
Ketiga, membangun opini publik dari warung kopi.
Inilah yang memang khas warung kopi di Makassar. Dia tidak sekadar tempat menikmati kopi, tapi menjadi tempat diskusi politik yang seru.
Untuk urusan diskusi politik atau jumpa pers para politisi, warung kopi sangat laris, menggeser peran yang tadinya dimainkan hotel.
Di warung kopi, wartawan gampang diundang karena sebagian dari mereka memang "bermarkas" di sana pada saat-saat jeda liputan. Modal cukup Rp 10 ribu dan Anda bisa "minum kopi" seharian.
Faktor biaya yang lebih murah dibanding hotel juga menjadi daya tarik. Beli kopinya, gratis tempatnya --begitulah kira-kira.
Buku "Demokrasi dari Warung Kopi" diambil dari topik-topik terpilih dari warung kopi tersebut.
Dengan buku ini, warung kopi di Makassar tidak cuma melahirkan demokrasi, tapi juga buku.


1 comment:

  1. he price range offered by Christian Shoes is sometimes not affordable by the normal working class of people. Nothing to get worried about, now with the introduction of Christian Louboutin Pumps in the market one can get all the features of the Christian Louboutin Boots at attractive low prices. One can look into the online catalogue for different styles and colors. Christian Louboutin Sandals will surely be a wise decision to make.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...