Kami Percaya
Ini: Inovasi atau Punah
FOTO-foto WC Unhas yang jorok. Heboh! Sebelum
fotografer Tribun Timur menghasilkan foto-foto itu, seperti biasa, kami
berdiskusi.
Saya
menggugah
tim fotografer untuk menghasilkan foto-foto eksklusif, foto yang
magnitude-nya tinggi, hanya Tribun yang mempublikannya.
Saya bilang:
Saya bilang:
“Seribu foto
Anda hasilkan setiap hari. Jutaan foto Anda bidik setiap tahun. Hanya sedikit
saja yang diingat pembaca. Apa yang diingat, apa yang menancap di benak
pembaca, adalah foto eksklusif.”
Lalu, saya
bertanya: “Mengapa kalian harus menghasilkan ribuan foto kalau hanya satu
foto saja yang diingat pembaca?”
Demikianlah
spiritnya, semangat untuk selalu berubah. Semangat untuk menyesuaikan diri
dengan ekspektasi pembaca.
Internet
memungkinkan pembaca dibanjiri informasi. Internet membuat informasi menjadi
abundance, membeludak.
Era scarcity, era kelangkaan informasi di mana surat kabar sebagai pemegang monopoli, sudah runtuh.
Era scarcity, era kelangkaan informasi di mana surat kabar sebagai pemegang monopoli, sudah runtuh.
Dalam
keberlimpahan informasi, pembaca berubah perilakunya. Salah satu yang penting:
makin kuatnya budaya visual thinking.
Pembaca
lebih cepat menangkap informasi yang disajikan secara visual. Kata-kata semakin
sulit dibaca, apalagi limpahan kata-kata yang berpanjang-panjang.
Power Point
mengubah cara kita menjelaskan gagasan dengan presentasi. Power Point adalah
alat berpikir visual.
Dosen hanya
menarik didengar kata-katanya 5-10 menit. Setelah itu mahasiswa mengantuk.
Power Point adalah obat anti-ngantuk yang mujarab.
Bagaimana
surat kabar menyesuaikan diri?
Penuhi
ekspektasi pembaca yang hidup di alam visual thinking. Kata-kata itu penting,
tapi lebih penting visual. Foto (juga grafis) adalah elemen visual yang paling
penting.
Jadi,
foto-foto WC jorok tidak saja menarik content-nya, materi fotonya, melainkan
juga itulah yang segera bisa dipahami pembaca generasi visual thinking.
Pembaca
berubah, surat kabar juga harus berubah. Atau punah.
***
TRIBUN Timur
terbiasa memulai inovasi rumit dengan cara yang sederhana. Ketika para wartawan
terbiasa membuat berita pada malam hari di kantor untuk kepentingan edisi
cetak, tahun 2008, kami ingin mengubahnya: wartawan harus menulis berita dari
lapangan, pada saat itu juga, real time, dan mengirimkannya ke email redaksi.
Seluruh
wartawan dikumpulkan, lalu saya memaparkan presentasi. Di akhir presentasi, ada
satu slide berbunyi:
Bukan yang kuat yang bisa bertahan,
melainkan yang bisa menyesuaikan diri.
Slide itu
diberi ilustrasi gambar dinosaurus yang begitu besar dan kuat vs gambar semut
yang kecil dan ringkih.
Itu visual yang
sangat kuat untuk segera menjelaskan bahwa dinosaurus, yang gagal beradaptasi,
kini punah.
Sebaliknya, kita masih digigit semut sampai hari ini bukan karena semut itu kuat, melainkan karena dia adaptif.
Sebaliknya, kita masih digigit semut sampai hari ini bukan karena semut itu kuat, melainkan karena dia adaptif.
Ide itulah
yang menjadi spirit dari tribun-timur.com, portal berita yang kini dibaca lebih
35 ribu orang setiap hari.
Para
wartawan harus mengubah kebiasaan mereka, dari sekadar wartawan media cetak
menjadi sekaligus wartawan media online.
Ini ide yang sederhana tapi, kita
tahu, tidak semua newsroom (kantor redaksi) bisa melaksanakannya dengan baik
dan konsisten.
Memang
terasa berat bagi wartawan, untuk --pada saat yang sama-- menyandang misi di
dua rejim sekaligus. Rejim print memiliki logika sendiri, demikian pula rejim
online.
Kami belajar pada China: mengelola
politik mereka komunis tapi di ekonomi mereka kapitalis. Dan, ehem, China
sukses.
Sosial media
belum kami kenal pada 2008. Ketika itu hanya ada online atau portal, istilah
yang kami pakai bila menyebut tribun-timur.com.
Sekarang, enam tahun kemudian, sosial
media, terutama Facebook dan Twitter, berkembang sangat pesat.
Hampir 90 ribu user membaca berita tribun-timur.com melalui dinding Facebook,
mengalahkan pembaca yang langsung (direct traffic) ke portal tribun-timur.com.
Sementara itu, lebih 48 ribu pembaca mengikuti berita Tribun lewat Twitter, @tribuntimur.
Sementara itu, lebih 48 ribu pembaca mengikuti berita Tribun lewat Twitter, @tribuntimur.
Jelas, ini soal serius, dan mulai tahun ini, kami sudah menugaskan dua editor sosial
media untuk mengurusnya. Mereka tidak mengelola halaman surat kabar layaknya
editor untuk platform print.
Dari
mengelola online dan sosial media kami tahu, pembaca berita sepak bola lebih tinggi
jumlah visitor dan tingkat engagement-nya (like, comment, share, dan retweet).
Itulah ide sederhana dari lahirnya koran harian Super Ball, yang semula adalah
halaman sisipan di koran-koran Tribun.
Pergerakan
perilaku pembaca juga terlihat dari informasi lowongan kerja dan iklan baris (properti,
otomotif, dan fashion). TribunJualBeli.com hadir untuk menjawab perubahan
tersebut.
Semakin jelas bagi kami, berubah atau punah.
Semakin jelas bagi kami, berubah atau punah.
***
DARI awal
kami percaya bahwa Tribun Timur tidak sekadar menjual kertas berbentuk koran
yang berisi kata-kata, foto, dan grafis.
Kami, para wartawan dan redaktur, percaya bahwa
kami menjual kredibilitas dan trust (kepercayaan). Tidak ada gunanya kertas
berisi kata-kata yang tidak bisa dipercaya.
Teman-teman
bisnis juga terbiasa dengan keyakinan bahwa mereka bukanlah sales force,
gerombolan tenaga penjual.
Mereka terbiasa melihat diri sebagai partner yang datang
menemui klien untuk menawarkan benefit, memanfaatkan reach (jangkauan) Tribun
Timur kepada pembaca, menawarkan Tribun Timur sebagai solusi bisnis.
Itulah,
antara lain, spirit di balik kartu TFC, Tribun Family Card. Kartu ini memberi benefit
bagi pelanggan untuk mendapatkan diskon di berbagai merchant, termasuk mendapat
potongan harga saat membeli buku di Toko Buku Gramedia.
Tahun ini,
kartu TFC mendapatkan manfaat tambahan. Bagi pemegang TFC Premium, Anda akan
mendapatkan fasilitas gratis masuk di Phinisi Executive Lounge Bandara
Hasanuddin (fasilitas yang biasanya diberikan kepada pemegang kartu kredit
kelas premium), cuci mobil secara gratis di Auto Clean, dan mendapatkan
potongan harga untuk taksi eksklusif Bosowa dengan mobil Alphard.
Dan satu
lagi: TV internet. Ini ide sederhana untuk memanfaatkan koneksi internet guna
menyebarluaskan pesan melalui layar televisi yang dipasang di berbagai pusat
keramaian.
Tribun
adalah medium, seperti halnya TV, seperti halnya portal, seperti halnya sosial media.
Kami ingin menyatukannya untuk membantu Anda menjangkau audience di manapun,
kapanpun. Anytime, anywhere.
Tribun
Timur, per 9 Februari 2014, genap berusia 10 tahun dan (tetap) menjadi koran dengan
pembaca terbanyak di Makassar. Kami percaya, Tribun sampai di level itu karena
spirit ini: Inovasi atau Punah (Dahlan Dahi, Pemimpin Redaksi).***
Artikel ini dimuat di Tribun Timur edisi cetak, Jumat, 14 Februari 2014.
Catatan HUT 7 Tribun Timur: Dari Multimedia ke Multichannel dan Multiplatform
Lihat Juga:
No comments:
Post a Comment