Banyak orang Indonesia di Hongkong. TKI saja, konon, sekitar 400 ribu orang. Ya, kalau dikumpul semua bisa membentuk satu kota sedang, kira-kira sebesar Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
WNI yang ke Hongkong agak ekstrem. Satu, orang kelas bawah, TKI. Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau pekerja bangunan. Ada anekdot, makin tinggi bangunan, makin besar risiko bagi kecelakaan kerja, makin besar peluang pekerja Indonesia.
Kedua, orang Indonesia yang ke Hongkong sebagai wisawatan. Nah, yang sih yang berkantor tebal. Ada yang datang ke sana berbekal biaya kantor seperti saya. Ada juga yang pengusaha: dia pakai uang sendiri. Tidak sedikit yang jalan-jalan ke Disneyland atau sekadar main golf setelah sukses melakukan korupsi.
Hongkong Jewelry adalah salah satu tempat penjualan emas perhiasan. Di sana dua WNI bekerja. Satunya dari Makassar.
Tentu bukan karena itu lalu ada petunjuk berbahasa Indonesia di pintu masuk produsen emas perhiasan itu. Lebih karena, pembelanjanya memang cukup banyak orang Indonesia.
Di pintu keluar toko yang ukurannya kira-kira seperempat lapangan sepakbola, ada papan petunjuk seperti terlihat pada foto. Di situ "Pintu Keluar" merupakan satu dari tujuh bahasa petunjuk di showroom perusahaan tersebut.
No comments:
Post a Comment