Tuesday, July 8, 2008

Duta Besar RI belum akan tinggalkan Baghdad

Mana Dahlan yang asli? Begitu kami selalu berkelakar dengan Pak Duta Besar, Dachlan Abdul Hamid. Orangnya ramah, menyenangkan. Sebagai politisi, ia merakyat (he he he, bukankah begitu Pak Dubes?). Saya sekarang di Makassar setelah lima tahun tak pernah berjumpa lagi dengan Pak Dubes. Di manakah beliau sekarang?


9 Maret 2003.

Duta Besar RI belum akan tinggalkan Baghdad

Amman,

Kendati ancaman perang semakin nyata, Duta Besar Indonesia untuk Irak Dachlan Abdul Hamid dan lima diplomat Indonesia lainnya memutuskan tetap bertahan di Baghdad sambil menunggu perkembangan sikap Amerika Serikat dan PBB. “Belum ada rencana keluar. Kami terus memonitor perkembangan,” tegas Abdul Hamid ketika diwawancara wartawan PERSDA, Dahlan, via telepon dari Amman, Jordania, Minggu (9/3).

Dubes Abdul Hamid mengeritik AS dan sekutunya karena tidak menghargai hasil kerja tim inpeksi senjata PBB pimpinan Hans Blix dan Muhammad El Baradei. Seharusnya, kata dia, AS menghormati hasil kerja tim PBB yang menyatakan tidak menemukan senjata pemusnah massal di Irak.

“Amerika dan Inggris kan anggota PBB. Laporan Blix dan Baradei merupakan laporan PBB. Seharusnya mereka menghormati itu,” tegasnya, dan mengatakan, akan meninggalkan Baghdad setelah perang dimulai.

Dubes menambahkan, target AS sebenarnya bukan melucuti senjata pemusnah massal Irak melainkan menggulingkan Saddam Hussein. Tindakan itu dianggapnya tidak adil dan melanggar norma internasional.

“Seharus Amerika adil. Israel melanggar lebih dari seratus resolusi PBB, tapi Amerika tidak melakukan apa-apa terhadap Israel,” tandasnya. Salah satu resolusi PBB yang sampai saat ini tidak diindahkan Israel adalah pemberian hak kembali ke tanah airnya bagi pengungsi Palestina.

Dikatakan, rakyat Irak sekarang ini pasrah sambil bersiap menghadapi serangan darat AS. “Kalau orang Arab sudah terdesak, mereka pasrah, dan menyerahkan semuanya pada Allah,” tambahnya.

Rakyat Irak, menurut Abdul Hamid, akan bertempur habis-habis demi kehormatan dan kedaulatan negaranya. “Semua kekuatan di Irak, rakyat dan tentaranya, terkoordinasi dengan baik,” ujarnya membandingkan dengan situasi di Afganistan. Di Afganistan, jelasnya, rakyat dan tentara terpecah ke dalam beberapa kelompok. Sedangkan di Irak, terutama di daerah pendukung Saddam di Irak tengah, rakyat bersatu dengan tentara dalam koordinasi yang rapi.

“Kalau perang darat terjadi, kita tidak tahu mana korban yang banyak, orang Amerika atau orang Irak,” ujarnya, dan menggambarkan, perang darat nanti akan berlangsung seru dan lama, tidak seperti yang dibayangkan Amerika.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...