Thursday, July 3, 2008

Harga Kertas Koran Terus Meroket, Penerbitan Pers Terancam

Harga kertas koran tidak hanya naik terus, tapi juga tidak ada jaminan pasokan, terutama bagi perusahaan penerbitan yang kecil-kecil.

Di sisi lain, kenaikan harga BBM meningkatkan biaya operasional industri penerbitan pers.




Penerbitan Surat Kabar Terancam

Setelah Harga Kertas Koran Naik

LONJAKAN harga kertas dunia yang terus terjadi sejak akhir 2007 lalu diperkirakan akan mengguncang industri media cetak di Indonesia. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) memperkirakan, ratusan penerbit surat kabar bakal gulung tikar akibat harga kertas yang terus meroket dalam dua bulan terakhir.

"Saya yakin akan banyak media massa cetak hilang dari peredaran. Seperti terjadi tahun 2000-2002 lalu, 1.300 penerbitan gulung tikar. Tahun ini mungkin ratusan yang akan hilang. Termasuk juga koran-koran daerah seperti di Makassar ini," Ketua Harian SPS Pusat, M Ridlo 'Eisy, di Makassar, Senin (7/4). Ridlo Eisy berbicara pada Focus Discussion Group (FGD) Menggagas Grand Desaign Masa Depan Pers Indonesia bersama sejumlah pemimpin media massa terbitan Makassar di Hotel Clarion.

Dalam acara yang digelar bekerja sama dengan Departeme Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) RI ini hadir sebagai pembicara, di antaranya, Pemimpin Redaksi Tribun Timur Dahlan, Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Kompas Agnes Aristiani, Wakil Direktur Fajar Group Syamsu Nur, dan Direktur Institut Studi Arus Informasi (ISAI) Jakarta, Yoseph Stanley Adi Prasetya. Sejumlah pimpinan koran yang hadir dalam diskusi tersebut mengaku, kenaikan harga koran sudah sangat berpengaruh. Dalam waktu dekat, koran-koran di Makassar akan mengambil tindakan efisiensi biaya produksi, termasuk mengevaluasi harga berlangganan dan harga pemasangan iklan.
Data SPS menunjukkan, harga kertas koran mulai meroket sejak lima tahun lalu. Dari 560 dolar AS per ton atau sekitar Rp 5.040.000 (kurs Rp 9.000 per dolar) pada tahun 2003 menjadi 600 dolar (Rp 5,4 juta) pada 2004. Tahun berikutnya harga kertas naik lagi 620 dolar (Rp 5,58 juta) per ton. Harga 2006-2007 bertahan di kisaran 675 dolar (6,075 juta) per ton.
Pada awal 2008, harga kertas koran kembali bergejolak. Akibat kenaikan harga minyak dunia, produsen kertas sudah dua kali menaikkan harga kertas koran, yaitu menjadi 705 dolar (Rp 6,34 juta) per ton pada kuartal I dan 800 dolar AS (Rp 7,2 juta) per ton pada kuartal II. Kenaikan kedua terjadi 1 April lalu.

Satu Pabrik
Selama ini, produk kertas koran di Indonesia kualitas satu hanya disuplai dari satu pabrik, perusahaan modal asing asal Korea, PT Aspex Kumbong. Perusahaan ini memiliki kapasitas
produksi 400 ribu ton per tahun atau 52 persen dari kapasitas produksi nasional yang sebesar 770 ribu ton per tahun.

"Tahun lalu produsen tidak menaikkan harga kertas koran karena stok bahan baku masih cukup. Tetapi begitu masuk tahun 2008 dan stok berkurang, mereka akhirnya juga menaikkan harga. Pada 4 April lalu kami sudah melakukan rapat untuk membahas soal kenaikan ini," katannya.

SPS, kata Ridlo, akan meneliti apakah ada tendensi monopoli oleh PT Aspex Kumbong di balik kenaikan harga kertas koran ini. Selain itu, pihaknya juga akan meminta beberapa pabrik kertas di Indonesia untuk memproduksi kertas koran.

Konvergensi Media

Diskusi SPS juga membicarakan format media massa cetak ke depan untuk dapat terus hidup di tengah-tengah tantangan, termasuk tantangan lonjakan kenaikan harga bahan produksi koran. Selain juga membicarakan hal-hal teknis menyangkut profesionalisme media massa.

Bagian PSDM Kompas, Agnes Aristiani, mengatakan, ada dua hal yang bisa dilakukakan oleh perusahaan koran untuk terus bertahan hidup, yaitu mengubah paradigma menjadi informing media. Koran harus menjadi guide book yang penuh informasi, ringan, padat dan bermutu.
Yang kedua, ke depan media massa cetak juga harus didukung dengan edisi online, termasuk elektronik. Karena itu, media pun harus menjadi multimedia. "Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Kompas akan mengoperasikan TV Kompas setelah lebih dulu memiliki portal online," kata Agnes.
Ridlo mengatakan, media massa cetak harus menuju pada konvergensi media. Ia mengistilahkan, koran harus memiliki perahu-perahu lain seperti portal dan mobile news. "Kompas dan koran daerahnya seperti Tribun Timur sudah melakukan itu. Itulah grand design media massa ke
depan," katanya.

Tribun Timur Makassar.- Selasa, 08-04-2008
www.tribun-timur.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...