Ask the Tribun Timur Editor
SEORANG ibu di Makassar harus rela kehilangan bayi karena terlambat mendapat pelayanan kesehatan gara-gara tidak memiliki uang Rp 20 ribu.
Buat Anda, apa artinya Rp 20 ribu? Dua bungkus rokok? Sekali makan siang bersama teman? Atau sekadar uang parkir sehari? Buat ibu ini, Rp 20 ribu berarti nyawa seorang anak.
Sumber: Tribun Timur, Makassar
Kamis, 07-08-2008
Karena 20 Ribu, Bayi Meninggal di Puskesmas
Mengantre Sejak Pukul 05.00 Tapi Tidak Dilayani; Kartu JPS Orangtua Korban Juga Diabaikan; Aktivis Anak: Ini Tragedi Kedua; Pemkot: Kondisi Pasien Memang Sudah Buruk
Makassar, Tribun - Bayi berusia dua bulan, Nazar, meninggal di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Bara-baraya, Makassar, Rabu (6/8) pagi.
Kematian Nazar diduga karena terlambat mendapat penanganan medis di puskesmas tersebut. Dia meninggal di pangkuan ibunya, Nurhayati (28), yang menunggu di bangku ruang tunggu ketika ayah almarhum, Syafaruddin (40) sedang mencari uang Rp 20 ribu untuk membayar jasa pelayanan di puskesmas tersebut.
"Saya sudah berusaha mencari uang (Rp 20 ribu) seperti yang diminta perawat tapi anak saya keburu meninggal," kata Syafaryuddin dengan nada sedih saat ditemui di rumahnya di Asrama Bara-baraya, Jl Abubakar Lambogo, kemarin petang.
Menyusul kejadian tersebut, sejumlah kalangan menyampaikan rasa penyesalan. Aktivis perlindungan anak, Selle KS Dalle, menilai pemerintah kota dan jajaran dinas kesehatan tidak tanggap dalam memberikan pelayanan kepada publik.
"Ini adalah tragedi kedua setelah heboh pungli (pungutan liar) dan pembayaran dan yang memberatkan orangtua siswas baru. Sekarang, ada anak yang harus meninggal hanya karena orangtuanya terlambat menyiapkan uang Rp 20 ribu," kata Selle sambil geleng-geleng kepala.
Namun Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar membantah tudingan yang menyebutkan petugas medis di Puskesmas Bara-baraya telambat memberikan pelayanan medis kepada Nazar.
"Anak yang meninggal itu sudah dua hari sakit. Dia sudah kejang-kejang dan terlambat dibawa berobat. Jadi tidak betul kalau petugas puksesmas terlambat menangani," kaat Kepala Bagian Humas Pemkot Makassar, Kasim Wahab.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Dr Naisyah T Azikin, mengatakan, kasus tersebut akan menjadi pelajaran bagi petugas kesehatan dalam memperbaiki pelayanan di kemudian hari.
Menyusul meninggalnya Nazar, SMS (pesan) pendek yang berisi rasa keprihatinan menyebar luar, tadi malam.
Bunyi SMS itu: Innalilillahi Waninnailaihi Rojiun...Telah meninggal dunia seorang anak berusia 2 bulan dari kel. miskin di kel.Bara2ya karena sakit..Almarhum tdk dilayani di Puskesmas Bara2ya karena menolak membayar Rp 20.000. Ayahnya bernama Syafar sangat menyesalkan sikap pelayanan puskesmas tsb.(klikpks).
Soal Pelayanan
Diduga Nazar meregang nyawa akibat kurang maksimalnya pelayanan di salah satu puskesmas yang telah mengantongi sertifikat ISO 9001 2000 untuk sistem manajemen yang berorientasi kualitas.
Syafruddin menyesalkan kelambanan pelayanan perawat maupun petugas medis di puskesmas yang menyebabkan anak bungsu dari enam bersaudara ini meninggal.
"Saat itu ada dokter umum. Perawat juga banyak. Tapi kenapa kami disuruh menunggu padahal anak kami sudah sangat kritis. Nanti sudah meninggal baru berdatangan. Apakah kalau ada uang baru cepat dilayani," sesal Syafruddin yang juga Ketua Pengurus Ranting Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Syafar mengungkapkan, perawat di puskesmas meminta pembayaran Rp 20 ribu untuk biaya perawatan anaknya tanpa alasan yang jelas.
Syafruddin menceritakan, anaknya sudah mengalami suhu panas tinggi sejak Senin (4/8) malam. Demam tinggi yang dialami Nasar semakin menjadi-jadi hingga Selasa (5/8) malam.
"Akhirnya saya putuskan untuk datang ke puskesmas setelah salat Subuh untuk mengambil nomor antrean lebih awal. Ketika loket buka kami mendapat nomor urut pertama," katanya.
Menurutnya, meski sudah menyerahkan kartu Asuransi Kesehatan Rakyat Miskin (Askeskin) dengan harapan mendapatkan pelayanan kesehatan gratis, namun, pihak puskesmas tetap mengharuskan Nazar menjalani perawatan umum. Alasannya, si bayi belum terdata dalam kartu Askeskin tersebut.
"Saya dan istri menerima penjelasan itu. Setelah memenuhi semua prosedur, anak kami ditimbang. Kalau tidak salah beratnya empat kilogram lalu dirujuk ke ruang pemeriksaan," katanya.
Namun, ketika ingin masuk ke ruang pemeriksaan, Nurhayati yang sedang menggendong Nasar kembali ditahan dengan alasan dokter ahli anak belum datang dan sementara berada di perjalanan.
Untuk biaya perawatan anaknya, perawat puskesmas meminta pembayaran Rp 20 ribu tanpa alasan yang jelas. Merasa tidak mengantongi uang sebesar itu, Syafruddin berusaha pulang ke rumah untuk meminjam ke sanak keluarganya. Tetapi hasilnya juga nihil. "Saat, di rumah kami mendapat kabar Nasar sudah meninggal. Menurut istri saya ia sempat ditahan ketika akan memasuki ruang pemeriksaan. Ini yang jadi tanda tanya kami sekeluarga kenapa mesti ditahan-tahan padahal anak kami sudah kronis. Masak kami harus menunggu lagi padahal dokter umum jelas-jelas ada termasuk perawat. Akhirnya istri saya menerobos masuk dan bertemu dokter," tambahnya. Setelah diperiksa beberapa saat, menurut pria yang saat ini menumpang di rumah orangtuanya ini, anaknya dilarikan ke laboratorium, baru dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD). Tetapi semuanya terlambat, bayi mungil itu harus pergi untuk selama-lamanya.
Sesuai Standar
Ditemui terpisah pelaksana tugas Kepala Puskesmas Barabaraya, dr Andi Emmy, didampingi Kepala Poli Umum dr Dahlia, mengatakan, pihaknya sudah memberikan pelayanan maksimal kepada setiap pasien termasuk Nasar sesuai standar prosedur yang ada.
"Tidak ada keterlambatan pelayanan. Pihak kami sudah maksimal menangani pasien yang datang," katanya.
Namun versi keluarga korban, kematian bayi yang lahir 5 Juli ini akibat keterlambatan pelayanan perawat maupun tim dokter di puskesmas tersebut.
Emmy juga menyampaikan kronologis kejadian kematian Nasar yang berbeda dari keluarga korban. Berdasarkan kronologis pihak puskesmas, pasien langsung dilayani di loket pengambilan nomor dan mendapatkan nomor urut pertama sekitar pukul 07.40 wita.
"Kami memiliki dua jenis nomor antrean untuk umum dan UGD. Tetapi ibu pasien tidak tampak panik dan santai saja sehingga tidak diarahkan ke UGD," katanya.
Setelah mengambil nomor, Nurhayati, ke depan ruang tunggu di depan poli umum.
Nurhayati juga menanyakan dokter ahli ke perawat, namun, dijawab belum tiba dan masih berada di perjalanan.
"Setelah itu sang ibu tetap menunggu dan membiarkan pasien lain yang berada di bawahnya untuk mendapatkan perawatan dokter umum. Padahal dokter umum sudah ada. Jadi tidak benar kalau puskesmas yang minta menunggu," jelas Emmy.
Namun, keterangan pihak puskesmas dibantah Syafaruddin. "Begini saja, kami ini orang tidak mampu mana bisa memilih-milih dokter apalagi dokter ahli. Dapat pelayanan gratis saja kami sudah bersyukur," kata Syafaruddin.
Dalam penantiannya ini, Nazar terus menerus menangis. Akhirnya Nurhayati meminta anaknya untuk diperiksa dokter umum bernama dr Najib yang kebetulan sedang bertugas. Setelah diperiksa, dia meminta Nasar menjalani pemeriksaan laboratorium untuk memperkuat hasil diagnosa.
Setibanya di laboratorium kondisi Nazar terus memburuk. "Baru masuk lab bayi sudah pucat dan terkulai lemas. Akhirnya petugas laboratorium membawa bayi ke UGD untuk mendapatkan perawatan intensif. Dr Najib melakukan pemeriksaan ternyata sang bayi sudah tidak bernyawa," ujar dr Dahlia.
Dadi
Mengetahui anaknya sudah tidak bernyawa. Syafaruddin memutuskan membawa pulang anaknya tanpa melalui pemeriksaan medis lagi untuk disemayamkan di rumah duka. Jenazah anak keenam dari enam bersaudara ini dikuburkan di pemakaman Dadi, Jl Lanto Dg Pasewang, kemarin siang.
Dua Calon Wali Kota Makassar Halim Razak (PKS) dan Firmansyah Mappasawang (independen) tampak melayat ke rumah duka dan menyerahkan sejumlah santunan. "Untuk ongkos pemakaman saja, ada bantuan dari calon wali kota dan beberapa sanak keluarga," ujar Syafaruddin lirih.
Christian Louboutin Sale are the jewels for a lady. Each and every pair of these shoes have an inborn quality of attracting people at first sight. The high heeled Christian Louboutin Pumps give the feet Christian Louboutin Boots are worn in a sexy and glamorous look. They style they portray has made Christian Louboutin Sandals one of them most preferred shoes. They are loved by all the fashion lovers as they are one of the best accessory brands.
ReplyDeleteChristian Louboutin Sale are the jewels for a lady. Each and every pair of these shoes have an inborn quality of attracting people at first sight. The high heeled Christian Louboutin Pumps give the feet Christian Louboutin Boots are worn in a sexy and glamorous look. They style they portray has made Christian Louboutin Sandals one of them most preferred shoes. They are loved by all the fashion lovers as they are one of the best accessory brands.
ReplyDelete