Tuesday, July 1, 2008

Arab Melihat Indonesia


Tulisan ini dimuat di harian Tribun Timur, Makassar (www.tribun-timur.com)


Makassar, 21 Februari 2005

CATATAN WARTAWAN TRIBUN

Dahlan,

pernah tiga bulan bertugas di Irak, Jordania, dan Mesir

Arab Melihat Indonesia

INDUNESI? Begitulah kira-kira bunyi yang terdengar saat kita memperkenalkan diri, ana min Indonesia (saya dari Indonesia). Wajah mereka langsung terlihat bersahabat.

Begitulah kesan secara umum bila kita berada di Bagdad (Irak), Amman (Jordania), Kairo (Mesir), dan negara-negara Arab lainnya.

Rata-rata mereka tahu Indonesia sebagai negeri Muslim dengan pemeluk Islam terbesar di dunia. Tidak salah memang. Menurut data terakhir, penduduk Muslim Indonesia sekitar 209 juta (Juli 2004).

Jumlah itu jauh lebih besar kalaupun seluruh penduduk Irak (25 juta), Jordania (5,6 juta), dan Mesir (76,1 juta) digabung.

Mereka cukup memahami mengapa pulau yang mayoritas dihuni non-Muslim seperti Timor Timur (mereka juga mengenal Xanana Gusmao) harus berpisah dari Indonesia.

Kadang, saya heran juga mengapa mereka sangat mengenal Abubakar Baasyir, Gus Dur, Megawati, Soeharto, dan Habibie.

Baasyir dilukiskan sebagai seorang pejuang. Mereka mengenal Gus Dur sebagai seorang ulama besar, dan mengenal Megawati sebagai seorang wanita (mantan) presiden yang tidak memakai jilbab. Soeharto dikenal dengan citra yang amat buruk.

Habibie? Penampilannya yang kocak, bola matanya yang seolah hendak meloncat, dan tubuhnya yang mungil namun cerdas, memberi kesan tersendiri. Apalagi, "habibi" amat umum digunakan dalam bahasa Arab. Hampir semua lagu cinta Arab pasti menyelipkan kata‑kata "ya habibi, ya habibi" (ya sayang, ya sayang).

Dalam pandangan sebagian besar orang Indonesia, Arab itu bangsa Muslim yang taat. Karena taat, lalu tidak ada saluran televisi Barat yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Dan karena itu pula, mereka tidak mengenal dunia luar yang jauh.

Saya kemudian tahu, saya keliru besar. Di Amman, apartemen-apartemen bahkan menyajikan lebih dari 100 saluran televisi!

Di situ ada juga kanal berita seperti CNN, BBC, dan tentu saja Al Jazeera. Tapi saya kaget ketika tahu bahwa ada juga saluran televisi dari Eropa yang menampilkan peragaan busana dan iklan seks.

Iklan seks yang dimaksud adalah semacam party line di Indonesia, tapi disajikan secara visual, lengkap dengan gambar-gambar seronok. Terhadap yang ini, bahkan hotel-hotel di Indonesia kalah.

Di Amman, ada satu tempat bernama Balad City. Rumah-rumah tua berjejer, berlantai dua, mirip kawasan pecinan di Jl Sulawesi, Makassar.

Di situlah aneka toko ada, mulai dari penjual pakaian (kebanyakan made in Korea), kartu telepon, hingga VCD.

Di kawasan Balad City inilah, reporter Metro TV Meutya Hafid membeli baju Muslim panjang, sebagai "bekal" untuk meliput kegiatan kaum Syiah, Asyura, di Karbala, Irak.

Di rumah-rumah, warga Amman memperoleh saluran informasi melalui antena parabola. Seorang bapak, sopir taksi, menyampaikan keluh-kesah kepada saya: "Saya harus bekerja keras menjaga anak-anak saya agar tidak terpengaruh budaya Amerika, the big satanic (setan besar)."

Seorang anak muda, insinyur lulusan Jordan University, lain lagi pendapatnya. "Saya suka Amerika, mereka bangsa maju. Tapi saya tidak suka mereka menjajah Irak."

Anak-anak muda Arab, di Jordania maupun Mesir, sangat menggemari Syakira. Dia penyanyi AS berdarah Lebanon. Goyangannya aduhai, bahkan mengalahkan si ratu ngebor, Inul. Dan tarian norak itu juga disiarkan televisi-televisi Arab.

***

SUATU sore, Maret 2003, saya jalan-jalan ke Masjid Al Hussein. Masjid tua dan sangat terkenal di Amman ini terletak di kawasan Balad City.

Di situlah penjual syai (teh) menjajakan jualannya. Dan, saya kaget ketika mampir melihat kerumunan orang yang sedang mengamati VCD yang dijual pas di depan masjid.

VCD itu kebanyakan berisi ceramah agama. Yang paling laris, VCD berisi kisah pembantaian umat Muslim di Bosnia dan kisah perjuangan Muslim Chechnya membebaskan diri dari cengkeraman Rusia.

Di antara VCD-VCD itu ada beberapa keping VCD kerusuhan Maluku dan Poso.

"Marhaban," sahut seorang pria yang mengaku berasal dari Madaban, Jordania, begitu tahu ia bertemu dengan orang Indonesia.

Dalam perbincangan di depan Masjid Al Hussein, pria tinggi itu, dengan jenggot tipis di dagunya, mengajukan pertanyaan bertubi‑tubi.

"Kenapa orang‑orang Muslim dipotong lehernya di Mollucas (Maluku). Berapa banyak orang Muslim di Indonesia. Mengapa mereka tidak membantu".

Indonesia memang cukup dikenal masyarakat Arab di Jordania. Mereka, sopir taksi maupun para professional, apalagi mahasiswa, selalu bertanya tentang Abu Bakar Baasyir, Jafar Umar Thalib, atau bahkan Abu Sayyaf (karena mengira, Abu Sayyaf, pemimpin pejuang Islam Moro berasal dari Indonesia).

Dibanding Jafar atau Abu Sayyaf, Baasyir paling terkenal. Nama pria berdarah Yaman itu melambung karena dikaitkan dengan Osama bin Laden, orang kaya Arab Saudi yang paling dicari Amerika dengan tuduhan teroris.

Rakyat Arab di jalan‑jalan menempatkan Osama sejajar dengan Saddam Hussein atau Ahmad Yasin, tokoh garis keras Palestina pendiri dan pemimpin spritual Hammas.

Nama ketiga tokoh disebut dengan nada yang amat respek. Sebaliknya, mereka mencaci maki para pemimpin Arab yang mereka anggap bertekuk lutut kepada Amerika.

"Masya Allah, berapa lama Abu Bakar akan dihukum," tanya Khalil Azuri, pria berusia 45‑an tahun, dengan jenggot dan cambang yang lebat. Ia senang dipanggil dipanggil "Hammas". Sopir taksi ini berasal dari Jerusalem, Palestina. "Semoga Allah melindungi dia," ucapnya ketika diberitahu, Baasyir menghadapi ancaman hukuman cukup berat di Indonesia. Tapi kemudian dia bilang, zionis Israel menjerat para pejuang Palestina dengan ancaman hukuman 1.000!

***

VCD kerusuhan Ambon dan Poso diberi judul, dalam bahasa Arab yang berarti, "Indonesia: Saya tidak akan melupakanmu."

Berdurasi 22 menit 28 detik, piringan yang dijual bebas seharga setengah dinar (sekitar Rp 6.500) ini menampilkan gambar‑gambar mengerikan para korban "perang agama" di Maluku dan Poso. Ada pula gambar korban kerusuhan Sambas, Kalimantan.

Gambar‑gambarnya, yang terkesan diambil dan diedit secara amat professional, menampilkan potret kerusuhan dan korban pembantaian antara tahun 1999 sampai 2000. Terlihat gambar Masjid Muhajirin di Ambon sebelum dibakar, lalu disusul dengan gambar bangunan yang terbakar dengan pemandangan yang memiriskan: mayat‑mayat gosong berserakan.

Dan, akhirnya, di ujung cerita, penyusun cerita menampilkan suasana latihan militer di sebuah hutan yang dihiasi pohon‑pohon tinggi menjulang.

Para milisi itu, berjumlah sekitar 50 orang, mengenakan topeng, baju kaos lengan panjang warna biru, dan celana panjang warna cokelat muda. Mereka menenteng senjata laras panjang, latihan merangkak, berjalan di tali, dan beladiri.

Narasi berbahasa Arab terhenti, digantikan suara laki‑laki dalam bahasa Indonesia. "Hanya dengan senjata, hanya dengan pedang, yang mampu menegakkan Islam," begitu suara itu berbunyi.

VCD tersebut sama saja semangatnya dengan Fight Session II. Yang terakhir ini, terdiri atas dua keping CD, menceritakan perjuangan Kaid Khatab di Chechnya.

Begitulah. Masyarakat Arab mengenai Indonesia dari televisi Barat dan keping VCD (buatan Barat). Dengan itu semua, orang Indonesia, terutama warga Muslim, sebenarnya cukup aman berjalan ke manapun di dunia Arab, tak terkecuali di Irak.

Terkadang, saya menemukan berbagai kemudahan, termasuk ketika berurusan dengan tentara dan polisi, entah di Jordan entah di Irak, ketika para petugas itu memeriksa paspor "merah putih" saya.

Dengan para milisi, terkadang paspor "Baasyir" juga sangat ampuh karena mereka sangat mengenal pejuang dari Ngruki itu.***

1 comment:

  1. The louis vuitton is one of the products in the Monogram canvas family of louis vuitton bags . Other quite similar bags in this family include the likes of Monogram Roses Canvas , the Deauville and the Sac Chasse Bag; among others. While I confess to being an old-time fan of Monogram Rubis , having used so many of the products from this label, it is the Carryall - which I have only gotten to use quite recently - that I have been most enchanted with.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...