Gagasan Besar dari Kota Kecil Pangkep
SUDAH lama saya mendengar tentang Water Boom di Pangkep. Suatu waktu, Bupati Pangkep Syafruddin Nur berkunjung ke kantor Tribun Timur di Jl Cenderawasih, Makassar, dan bercerita tentang lokasi wisata itu. Saya mendengar, tapi saya tidak tertarik. Belakangan, nama Water Boom di Pangkep makin sering saya dengar. Ibu-ibu di Makassar bercerita tentang taman bermain ini. Anak-anak merenggek-renggek minta diantar. Pada musim liburan sekolah seperti sekarang, Pangkep kembali ramai disebut-sebut. Mulai penasaran saya, apa gerangan daya tariknya.
Mouth to mouth promotion. Begitulah Water Boom Pangkep didatangi ratusan bahkan ribuan orang setiap hari hari libur. Jarang sekali ada iklannya, tapi tempat wisata baru di Sulawesi Selatan itu demikian terkenalnya. Dia lebih sering disebut, katakanlah, dibanding dengan lokasi wisata tradisional seperti Pantai Bira di Bulukumba atau Bantimurung di Maros.
Pangkep (Pangkajene Kepulauan) terletak sekitar 60 kilometer dari Makassar. Dengan kendaraan pribadi, dengan kecepatan yang sudah sangat santai, bisa dicapai sekitar satu jam dari Makassar.
Kota ini kecil saja. Pusat kotanya hanya berjarak sekitar satu kilometer, itu pun terkonsentrasi di
pinggir jalan provinsi. Satu deret bangunan di pinggir jalan, selebihnya sawah atau empang.
Jangan cari bangunan bertingkat tinggi di sini. Rumah-rumah satu lantai masih dominan. Di pinggir jalan bahkan masih banyak rumah-rumah gantung tradisional Bugis. Ada pusat perbelanjaan, namanya Matahari Mas, tapi di Makassar, "pusat perbelanjaan" itu hanyalah mini market.Apanya yang menarik tentang kota penghasil utama bandeng di Sulawesi Selatan ini? Tidak ada, kecuali di sana ada dua industri semen besar, Semen Tonasa dan Semen Bosowa, plus beberapa perusahaan marmer.
Tapi, dengan terkenalnya Water Boom, saya jadi penasaran hendak melihat sendiri. Apa gerangan daya tariknya?
Hari Minggu (13/07/08), saya berlibur ke sana bersama keluarga. Kami jalan pelan saja, sambil menikmati jagung rebus. Kaca jendela dibuka dan menyerbulah angin segar pegunungan. Asyik juga.
Masuk ke Pangkep, di kiri-kanan jalan, terhampar sawah nan hijau dan empang ikan bandeng atau udang. Di sebelah kanan jalan nampak gunung-gunung batu cadas, pemandangan khas Pangkep dan tetangganya, Maros.
Tibalah di Water Boom: terletak di sebelah kanan jalan kira-kira sepuluh menit setelah melewati kota Pangkep.
Terlihatlah keramaian dari balik tembok: puluhan mobil dan sejumlah bus besar di parkir. Ratusan sepeda motor.
Ada gerbang besar, di situlah pintu masuk tempat petugas memungut tiket masuk. Satu orang Rp 3.000 termasuk ongkos parkir --sangat murah untuk ukuran Makassar.
Ternyata memang luar biasa untuk ukuran ide bagus dari pemerintah kabupaten, juga untuk ukuran terobosan di tengah miskinnya terobosan dari para bupati.
Lahannya kira-kira seluas satu hektare. Pangkep beruntung karena memiliki pemandangan alam yang indah berkat gunung-gunung batu cadas. Di tepi salah satu gunung itulah Water Boom berada: pemandangannya sangat alamiah. Ada sensasi tersendiri.
Saya pernah ke Ancol di Jakarta dan Disneyland di Hongkong. Mungkin Bupati Syafruddin Nur pernah ke sana karena ide Water Boom itu kurang lebih seperti itu --dalam kondisi yang tentu saja sangat bersahaja di banding Ancol dan Disneyland yang diguyuri modal besar dan arsitek serta seniman berpengalaman.
Syafruddin tahu konsep dasarnya: Lokasi wisata, ada tempat duduk untuk menikmati alam dan ngaso, ada cafe (kendati di Pangkep hanya kelas kaki lima), patung-patung kuda, patung Mickey Mouse dan beberapa tokoh kartun, lalu ada kolam ikan.
Anak-anak menikmati ini, kendati tempat hiburan di mal-mal di Makassar lebih bagus --setidak-tidaknya lebih bersih.
Arena permainan anak masih terbatas, itu pun sudah lebih bagus dari Makassar yang tidak punya sama sekali: arena permainan seperti komedi putar, main mobil-mobilan sambil perang-perangan, dan beberapa lagi.
Naik bebek di danau ada di Pantai Akkarena, Tanjung Bunga, Makassar, tapi di Pangkep, lokasinya persis di tepi gunung. Wow, indah sekali. Satu angsa, yang bisa ditumpangi satu keluarga kecil, hanya bertarif Rp 10 ribu. Permainan lainnya lebih murah, Rp 5.000.
Klimaksnya tentu saja kolam renang dan Water Boom. Kolam renangnya asyik. Kolam terdalam sampai 4,5 meter ... cukup bagus untuk mereka yang mahir berenang. Di Makassar, kedalaman kolam renang di hotel-hotel berbintang sekitar dua meter saja.
Bila kolam renang di Makassar hanya menyajikan kolam untuk anak-anak saja, maka di Pangkep ada Water Boom. Itulah yang tidak dipunyai Makassar. Itulah yang membuat kota kecil itu jauh lebih kreatif dibanding kota sebesar Makassar.
Berapa tarif masuk ke kolam renang dan Water Boom? Murah sekali. Rp 10 untuk orang dewasa, Rp 5 ribu untuk anak-anak.
Melihat suasana alamnya, tarifnya yang murah meriah, arena permainannya yang lumayan bagus, barulah saya mengerti mengapa Water Boom Pangkep menjadi buah bibir ibu-ibu dan anak-anak di Makassar.
Tentu saja, janganlah bandingkan dengan Ancol atau Disneyland di Hongkong. Petugas permainan anak kurang memperhatikan faktor keselamatan. Kita sendiri yang harus waspada terhadap anak-anak kita.
Kebersihan? Ini juga masalah. Sampah berserakan di sembarang tempat dan tidak terlihat petugas kebersihan.
Untuk kenyamanan kelas orang tua juga belumlah terlalu diperhatikan. Cafe yang bagus belum ada. Katakanlah lokasi hotspot untuk jaringan internet pun masih merupakan cita-cita.
Tapi, bagaimanapun, Pangkep telah memulai satu gagasan besar dan sejauh ini berhasil. Setidaknya berhasil mencuri perhatian warga Makassar yang miskin hiburan.
Memang menjadi pertanyaan besar, bagaimana kalau tahun depan, proyek Disneyland ala Makassar di Tanjung Bung sudah beroperasi. Pangkep, agaknya, harus siap-siap dari sekarang jika tidak ingin ide besar itu hancur hanya karena tidak mengantisipasi perubahan besar di Makassar yang menjadi target utama pasarnya.
Betapapun, selamat untuk Pangkep: kota kecil dengan ide basar.***
No comments:
Post a Comment