26 Februari 2003.
Rakyat Irak khawatir AS akan segera menyerang
Amman,-
Tanda-tanda perang semakin kelihatan. Saat para non essential staff Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mulai ditarik secara bertahap, rakyat Irak, yang tadinya tenang-tenang saja, kini mulai dihinggapi perasaan risau. Dikhawatirkan, dalam beberapa hari lagi, pasukan Amerika Serikat (AS) akan segera menghantam negara itu dengan aneka persenjataan udara yang canggih.
”Keadaan di Irak sekarang makin sulit. Anda tahu, AS akan menyerang kami beberapa hari lagi,” ucap seorang warga Irak yang tinggal di Baghdad saat dihubungi via telepon, Rabu (26/2). Menolak disebutkan namanya, sumber itu, seorang pemuda, menolak menjelaskan lebih rinci apa yang dimaksudkannya sebagai “tanda-tanda perang”.
Dengan suara yang terkesan hati-hati, dalam bahasa Inggris ia berkata, “Anda tahu, saya khawatir dengan intelijen di sini.” Ia tidak mau membeberkan lebih jauh karena takut dianggap membocorkan rahasia negara kepada pihak asing. Demikian wartawan PERSDA, Dahlan, melaporkan dari Amman, Jordania.
Seorang diplomat di Amman mengatakan kepada PERSDA, non essential staff Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah ditarik dari beberapa kota di Irak akhir pekan lalu. “Mereka ditarik secara bertahap,” katanya. Biasanya, kalau PBB sudah melakukan tindakan evakuasi, itu pertanda keadaan emergensi sedang mengintip. Pada Perang Teluk tahun 1991, pasukan sekutu pimpinan AS membobardir Irak hanya sehari setelah seluruh staf PBB ditarik dari negara itu.
Inggris, yang didukung AS dan Spanyol, mengajukan resolusi baru kepada Dewan Keamanan PBB. Itu merupakan trik terakhir meminta stempel PBB untuk menggempur Irak. Kendati Perancis, Jerman, dan Rusia menentang resolusi itu, Inggris dan AS berharap akan mendapatkan jawaban dua pekan lagi. Para diplomat menduga, kalau kedua negara gagal mendapatkan mandat PBB, pasukan Bush dan Blair akan menyerang secara unilateral.
Sumber tadi mengatakan, cuaca di Baghdad sekarang sedang hangat, tidak terlampau dingin. Sementara Jordania, negara tetangga Irak, diselumuti salju tebal. Di Amman, ibu kota Jordania, ketinggian salju mencapai 40-80 cm. Sejak Selasa (25/2), kantor pemerintah, swasta, sekolah, dan kampus tutup. Keadaan lebih parah kemarin. Toko-toko tutup semua, kecuali yang menjual kebutuhan pokok seperti sayur, buah-buahan, terigu, dan beras. Surat kabar tidak terbit, beberapa saluran televisi terganggu.
Lalulintas lumpuh total. Satu dua mobil mencoba keluar, tapi kemudian terjebak salju yang tebal. Mobil-mobil tersebut ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Jarak pandang hanya mencapai 20-an meter. Keadaan diperkirakan normal kembali hari Sabtu nanti.
Kendati amat dingin, suhu udara diperkirakan sampai minus 2 derajat, suhu politik di Jordania tetap panas. Seorang diplomat, yang terputus dari informasi dunia luar setelah tak mendapatkan koran dan seluruh saluran televisi terganggu akibat salju, mengungkapkan, beberapa negara Barat seperti AS, Inggris, dan Kanada telah menarik non essential staff-nya dari Amman. Australia termasuk yang mengambil tindakan darurat tersebut. Negara-negara tersebut mengkhawatirkan dampak perang dan meningkatnya “tindakan terorisme”.
Lewat iklan tiga kolom berbahasa Inggris di Jordan Times, Kedutaan Besar Sri Langka meminta warganya melaporkan keberadaan mereka. Tindakan ini dilakukan kantor perwakilan lainnya untuk memudahkan evakuasi.
Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) juga akan melakukan tindakan serupa dengan memasang iklan dalam dua bahasa sekaligus, Arab dan Inggris. Diperkirakan 4.000 WNI, sebagian besar TKI, bermukim di berbagai kota di Jordania. “Pengumuman terutama akan ditujukan kepada para majikan yang memperkerjakan pekerja asal Indonesia,” kata Mushrifun Lajawa, Kabid Penerangan KBRI. Dengan sekitar 70 mahasiswa Indonesia, KBRI Jordania tidak merasa kesulitan untuk mengumpulkan mereka dalam keadaan darurat, karena sering menjalin komunikasi. Beberapa mahasiswa Indonesia juga dilengkapi sarana komunikasi modern seperti handphone.
Sumber diplomat mengatakan, pemerintah Kerajaan Jordania, yang mendapatkan bantuan dua baterries anti rudal Scud Irak dari AS, berusaha menyakinkan kantor-kantor perwakilan asing bahwa negara ini aman. Kendati begitu, kedutaan asing tetap merumuskan langkah-langkah emergency (darurat). Negara tetangga Irak ini, bagaimanapun, diperkirakan akan tetap mendapatkan ekses perang.
Beberapa diplomat dilaporkan memilih Aqaba, kota yang terletak 324 km dari Amman, sebagai wilayah pengungsian. “Ada yang sudah membooking apartemen atau hotel,” kata sumber tersebut. Aqaba dipilih karena dekat dengan wilayah perbatasan dengan Arab Saudi dan Mesir. Kedua negara bisa ditempuh lewat jalan darat.
No comments:
Post a Comment