Makan sate madura pada hari Idul Adha di Cairo, Mesir. Pak Mus (Mustafa Abdul Rahman), wartawan Kompas di Cairo, mengundang mahasiswa Indonesia, menyembelih kambing, lalu membuat sate madura. Pak Mus pasti suka karena beliau kebetulan orang Madura.
Osama bin Laden: Rakyat Irak jangan gentar hadapi AS
Pemimpin tertinggi Al Qaeda Osama Bin Laden dari lokasi persembunyiannya menyatakan keberpihakannya kepada rakyat Irak dan menyerukan bangsa Arab dan umat Islam untuk tidak gentar menghadapi Amerika Serikat (AS). Perang membela rakyat Irak dilukiskannya sebagai perang “di jalan Allah” dan bukan perang untuk membela “rejim-rejim Arab”.
Pernyataan tersebut disiarkan televisi berbahasa Arab Aljazeera yang berbasis di Qatar, Selasa (11/2) malam, dengan melansir rekaman suara Osama. Karena disiarkan malam hari, pada saat deadline telah lewat, sebagian koran-koran Arab belum melansir pernyataan tokoh Islam musuh nomor satu AS tersebut. Harian paling berpengaruh di Mesir, Al Ahram, misalnya, belum memuat berita tersebut edisi kemarin. Demikian dilaporkan wartawan PERSDA, Dahlan, dari Cairo, Mesir.
AS sebelumnya menuduh Presiden Saddam Hussein memiliki hubungan dengan Al Qaeda, lembaga yang oleh PBB dimasukan dalam daftar organisasi teroris internasional. Saddam membantah tuduhan tersebut. Di Irak sendiri, ada organisasi Islam, Ansar Al Islam, dimana para aktifisnya merupakan “Arab Afgan” dari berbagai negara Arab dan para alumni perang Afganistan. Ansar yang fundamentalis memusuhi Patriotik Union of Kurdistan (PUK), salah satu partai utama etnis Kurdi yang beroposisi terhadap rejim Saddam.
Osama sendiri bukan sekutu Saddam. Bahkan ia menyebut pemimpin Irak sebagai kafir. Osama memperjuangkan ideologi Pan Islami, sedangkan partai sosialis Baath pimpinan Saddam bertumpu pada ideologi sekuler. Tidak heran bila Osama dalam rekaman suaranya yang ditayangkan Aljazeera memisahkan antara pemerintah Saddam dan rakyat Irak. Osama memihak rakyat Irak dan umat Islam, bukan Saddam, bukan pula “rejim-rejim Arab”.
Dalam pernyataannya, Osama meminta bangsa Arab dan umat Islam tidak gentar terhadap bom-bom pintar AS. Ia menghimbau menggiring musuh-musuh itu kedalam perangkap perang panjang dengan memanfaatkan ladang-ladang pertanian, lembah-lembah dan kota-kota. Menurut milioner Arab Saudi itu, suatu hal yang paling ditakuti AS dan sekutunya adalah jatuhnya korban besar di pihak mereka.
Ia menegaskan, pentingnya aksi bunuh diri melawan musuh yang telah berhasil mengguncang AS dan Israel yang tak pernah mereka saksikan dalam sejarah mereka sebelum ini. Agaknya ia merujuk pada aksi kaum muda Palestina melalui gerakan Intifadah Al Aqsa yang terus meropotkan Israel dengan aksi bom bunuh diri.
Menurut dia, upaya AS menduduki Irak saat ini untuk mewujudkan apa yang menjadi impian zionisme yaitu berdirinya negara Israel Raya.
Pemimpin Tanzim Al Qaeda itu juga menegaskan, siapa pun yang membantu AS dari kaum munafik Irak dan pemerintah Arab dengan kekuatan militer atau fasilitas pangkalan militer atau dukungan logistik, maka mereka adalah kaum kafir. Sejauh ini, beberapa negara tetangga Irak, seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Turki menyediakan wilayahnya untuk kepentingan militer AS.
Osama lalu bertanya-tanya, jika kekuatan jahat dunia tidak mampu memaksakan kehendaknya di seperempat mil saja di Afganistan, dimana para Mujahidin bertahan di tempat itu, bagaimana mungkin kekuatan jahat itu bisa menang atas umat Islam dengan Mujahidin-nya.
Menurut Osama, cara terbaik untuk merepotkan musuh adalah membangun lubang-lubang perlindungan seperti yang dilakukan di Tora Bora, Afganistan. Ia mengklaim, telah memenangkan pertempuran di Tora Bora itu.
Menurut Osama, pertempuran Tora Bora menunjukkan kegagalan fatal AS dan sekutunya menghadapi kekuatan kecil Mujahidin yang berjumlah tidak lebih dari 300 personel berkat kemampuan mereka bertahan di lubang-lubang perlindungan dalam zona yang luasnya tidak lebih dari seperempat mil persegi.
Pernyataan Osama tersebut segera memancing reaksi AS. Juru bicara Departemen Luar negeri AS Richard Boucher mengatakan, rekaman suara Osama menunjukkan adanya hubungan antara pemerintah Irak dan Tanzim Al Qaeda. Menurut Boucher, rezim Irak dan organisasi teroris itu memiliki persepsi bersama yaitu rasa kebencian pada Washington. Ia lebih jauh mengklaim, pemimpin Tanzim Al Qaeda tersebut telah mengancam semua orang di Timur Tengah kecuali Saddam Hussein.
Boucher juga mengungkapkan, ada hubungan dan kontak antara kedua pihak Irak dan Al Qaeda. Ia menambahkan, ada sekitar delapan kontak tingkat tinggi pada tahun 1980-an antara pejabat Irak dan Osama Bin Laden, seperti halnya juga terdapat aktivitas Tanzim Al Qaeda di Irak Utara. *
No comments:
Post a Comment