Mencari mie instan di negara tetangga Irak
UNTUK ukuran kantong orang Indonesia, biaya hidup sangat tinggi di Amman, ibu kota Jordania, negeri nan mungil di utara Irak. Salah satu sebabnya, mata uangnya, Jordania Dinar (JD, dieja ji di), amat kuat, bahkan lebih perkasa dari dolar AS. Satu JD kurang lebih sama dengan 1,5 dolar AS. Satu dolar AS hanya 0,70 JD. Bila dirupiahkan, 1 JD senilai kira-kira Rp 13.500.
Mata uang kita memang sulit bertanding di dunia internasional. Sebuah anekdot menyebut, dari Jakarta membawa sekarung uang, tiba di Amsterdam tinggal sekantong plastik, dan sampai di Amman tinggal seisi dompet.
Untunglah, makanan favorit kita, mie instan tidak sulit dicari di minimarket-minimarket Amman. Kendati dengan harga yang cukup tinggi, toh masih lebih irit ketimbang makan di restoran (di sini, beda dari banyak kota di Indonesia, jarang sekali ada warung kaki lima).
Aneka merek mie instan disajikan, semuanya produk impor dari Asia. Ada Pancit Canton buatan Filipina. Tersedia pula mie “Koka” rasa lobster yang diimpor dari Singapura. Tapi tidak ada Indo Mie dari Indonesia.
Harganya, wow? Sebungkus Pancit 0.250 JD atau 250 Fils (sekitar Rp 3.375). Mie Koka sedikit lebih mahal, 300 Fils.
Hampir semua produk yang dipajang di minimarket produk impor. Ikan kaleng, misalnya, didatangkan dari Thailand. Harganya sama dengan sebungkus mie instan buatan Filipina, 250 Fils. Di Indonesia, harga mie instan separoh dari harga ikang kaleng.
Pesaing ikan kaleng Thailand, Sultan maupun Sardines, adalah Ligo buatan Filipina. Liberia, sebuah negeri di Afrika, mengimpor ikan tuna kemasan kaleng ke Amman. Mereknya Maxim’s yang dilego seharga 750 Fils.
Produk Jepang juga ditemukan di minimarket. Ajinomoto, merek yang terkenal itu, dipajang mencolok di etalase. Satu kilogramnya dijual cukup mahal, 2.800 JD atau sekitar Rp 37.000. Sebungkus Ajinomoto hampir sama harganya dengan lima kilogram beras kualitas medium.
Minimarket di Amman memang ibarat pajangan produk rupa-rupa bangsa. Cornet Beef dan sabun bubuk Omo didatangkan dari Inggris, biskuit diimpor dari Turki. Jordania sendiri hanya sanggup memproduksi garam.
***
KECUALI ciri khas tulisan Arab pada nama-nama jalan dan papan reklame, kota Amman kehilangan ciri Arab-nya. Suhu udara saat ini sangat dingin seperti halnya di negara-negara Eropa. Sementara, mobil-mobil Mercy, Peugeot, bahkan Hyundai, berseliweran di jalan-jalan.
Di rumah-rumah penduduk, produk-produk elektronik Jepang menjadi primadona. Goldstar, misalnya, adalah merek yang cukup digemari.
Walau begitu, Jordania mampu mengekspor barang elekronik hasil rakitan ke Irak, negeri yang terisolasi akibat sanksi ekonomi PBB sejak tahun 1991. Adapun Irak membanjiri Jordania dengan minyak, karena negerinya Raja Abdullah II ini juga bukanlah penghasil minyak. Dalam setahun, Jordania mengkonsumsi 5,6 juta barel minyak Irak.
Sistem sosialnya relatif liberal dibanding negara-negara Arab lainnya. Wanita-wanita cantik berkeliaran di jalan, tanpa memakai jilbab atau ditemani muhrimnya.
Dalam beberapa hal, Jordania sudah melakukan apa yang diinginkan Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara Timur Tengah. Sistem sosialnya liberal, demikian pula kurikulum pendidikannya. Bagi siswa yang mengambil kurikulum internasional, yang mengadopsi sistem AS maupun Inggris, bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris.
Sistem ekonominya amat liberal, terbuka untuk semua jenis komoditi. Walau penduduknya cuma sekitar 5 juta jiwa, sebuah pasar yang kecil, namun Jordania merupakan salah satu pintu masuk barang-barang impor dari Eropa maupun Asia ke kawasan Timur Tengah,
Kalau ada yang masih kurang sempurna, itulah sistem politiknya. Jordania menganut sistem kerajaan. Raja Abdullah II yang kini berkuasa naik tahta, setelah ayahnya, Raja Hussein, mangkat. Ia berkuasa bukan atas pilihan rakyat, seperti layaknya dalam sistem demokrasi modern. (Wartawan PERSDA, Dahlan, melaporkan dari
Polished golden brass metallic pieces greatly match with the gorgeous patent leather. Metal plate with the replica handbags signature on the flap is telling us that the exquisite purse is from replica bags . With the press stud closure, designer replica handbags is measured at 9.4" x 4.7" x 1.2". For a dinner or party, the size is just right. Moreover, it has inside space for six credit cards and a zippered pocket for small change or other accessories. With removable strap made of gold brass chain and patent leather, designer handbags can be hand-held or carried on the shoulder.
ReplyDelete