Monday, May 17, 2010

Co-creation Ala Soto Betawi

Pantang saya makan daging apalagi jeroan. Tapi tidak jeroan Soto Betawi.
Jeroan Soto Betawi di Jl KS Tubun, jalan kaki saja dari Hotel Santika Jakarta, bukan sembarang jeroan. Dia jeroan pilihan.

Cara menyeleksinya: harus segar. Tanpa lemak. Inilah yang berbeda dari jeroan Coto Makassar.

Bukan cuma jeroannya yang asyik punya. Cara menyajikannya juga. Pak Betawi yang mengelola sajian ini sudah mengenai konsep co-creation.

Pak Betawi tidak memaksa pembelinya menyantap potongan-potongan jeroan pilihan penjual. Ia menyerahkan pembeli memilih sendiri pada dua level.

Satu, pembeli memilih jeroan mana yang dirasa lezat. Satu jenis saja atau berjenis-jenis. Silakan. Mau campur dengan jeroan ayam, pun silakan.

Kedua, takarannya sesuaikan dengan isi kantong atau takaran perut Anda, pembeli. Ambil banyak boleh, sepotong juga tidak apa-apa. Pokoknya tugas pengelola warung adalah menyiapkan piring, sendok, dan kuah. Tugas pembeli memilih dan menikmati.

Co-creation ala Soto Betawi ini ramai diulas dalam dua buku terakhir pakar pemasaran Indonesia, Hermawan Kartajaya: New Wave Marketing dan Connect.

Sayang, Hermawan mengambil contoh yang jauh sekali: Starbuck di Amrik sono atau Fiat 500 di Italia.

Soto Betawi ini sangat dekat dengan kita. Karya budaya kita.

Pak Betawi bahkan lebih hebat karena menerapkan prinsip co-creation --salah satu nilai dasar bawaan web 2.0-- tanpa bersentuhan dengan internet sama sekali. Warung sederhana yang laris ini bahkan tak punya cash register.

Inovasi Pak Betawi layak masuk buku. Hidup jeroan.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...