Dalam tempo hanya setahun, Trans Studio Mal di Makassar telah menyedot ribuan pengunjung kelas menengah atas setiap hari.
Semula banyak yang ragu mengenai terobosan Chairul Tanjung: menggabungkan tempat hiburan theme park ala Disney yang karcisnya mahal dengan pusat perbelanjaan kelas atas.
Ide itu terbukti berhasil. Dominasi Mal Panakkukang mulai berkurang drastis terutama di kalangan kelas atas Makassar.
Lihat Juga: Chairul Tanjung si Anak Singkong
Mal Panakkukang sudah hiruk pikuk seperti pasar. Penggunjung sering mengeluh kena copet. Parkir mobil jauh. Yang nyaman justru angkot dan becak motor.
Trans Studio Mal sebaliknya. Walau ramai tetap nyaman. Parkir enteng. Suasananya --tampang-tampang penggunjung maupun sentuhan interiornya yang berkelas-- hampir sama dengan Plaza Senayan atau Senayan City di Jakarta.
Satu lagi nilai tambah kreasi Chairul Tanjung. Trans Studio Mal --yang dilengkapi fasilitas air mancur-- bukan cuma tempat belanja tapi pusat kuliner dan cafe kelas atas.
Di Trans Studio Mal, CT --begitu founder Trans Corp ini dipanggil-- menggabungkan pemasaran grup usahanya seperti Carrefour, kartu kredit Bank Mega, dan theme park.
Sukses Trans Studio Mal memikat warga kelas atas Makassar memaksa pusat perbelanjaan lain mendefinisikan ulang target market mereka. Itulah pilihannya. Atau punah.
Trans Studio Mal bukannya tanpa masalah. Koneksi handphone dan internetnya payah.
Foto Lobi Trans Studio Mal Makassar
Cerita dan Foto Lain tentang Makassar
No comments:
Post a Comment