Wednesday, July 2, 2008

Irak gawat, staf KBRI dievakuasi ke Jakarta

Irak gawat, staf KBRI dievakuasi ke Jakarta

Situasi di Irak semakin tidak menentu. Sebanyak 24 orang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Baghdad dan keluarganya diungsikan ke Jakarta. Evakuasi tersebut, yang merupakan penarikan staf gelombang kedua sejak Irak memanas, diam-diam dilakukan agar tidak melukai perasaan rejim Saddam Hussein.

Demikian diungkapkan sumber di kalangan diplomat di Amman, Jordania, kepada wartawan PERSDA, Dahlan, Senin (27/1). “Indonesia tidak ingin seperti Filipina. Mereka berkoar-koar melakukan evakuasi sehingga membuat Kementerian Luar Negeri Irak marah dan tersinggung. Bagaimanapun, Indonesia bersahabat dengan Irak,” kata sumber tersebut.

Pemulangan non essential staff KBRI dan keluarganya dilakukan pekan lalu, langsung menuju Jakarta. Tindakan itu terbilang luar biasa karena Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Irak rencananya akan dievakuasi ke Amman, Jordania, lewat jalan darat, sebelum diterbangkan ke Jakarta atau “ngumpet” dulu di negara tetangga Irak yang aman, seperti Jordania ataupun Syria.

Sumber itu mengatakan, evakuasi itu merupakan bagian dari contingency plan (rencana darurat) menghadapi kemungkinan terburuk di Irak. Negara-negara lain pun, tak terkecuali AS dan Inggris, juga melakukan tindakan serupa.

Evakuasi itu bisa dibaca sebagai Siaga II. Karena, pejabat-pejabat KBRI yang penting, seperti Dubes Dachlan Hamid, pejabat bidang politik, konsuler, komunikasi, dan administrasi masih tetap dipertahankan di Baghdad. Bila situasi benar-benar memburuk, mereka pun akan dievakuasi.

Jumlah WNI di Baghdad saat ini tinggal 54 orang. Mereka terdiri atas para mahasiswa Univesitas Baghdad, sebagian besar dari Jawa. Sisanya staf KBRI dan keluarganya. Bila situasi memburuk, para mahasiswa itu akan diungsikan ke Amman lewat jalan darat. Selanjutnya akan dibawa ke Damaskus, ibukota Syria. Jarak Amman-Damaskus relatif dekat, dua jam perjalanan darat. Kota Damaskus dipilih karena biaya hidup jauh lebih murah dibanding dengan Amman.

Pemerintah Indonesia juga dilaporkan telah mempersiapkan rencana darurat untuk mengevakuasi sekitar 34.000 WNI, sebagian besar TKI, di Kuwait. WNI di negeri kaya minyak yang dikhawatirkan akan diserang rudal Scud dan senjata biologis dan kimia Irak akan diungsikan ke negara tetangga yang dianggap aman, Arab Saudi, untuk bergabung dengan sekitar 40.000 WNI lainnya di negara kerajaan itu. Arab Saudi bertetangga langsung dengan Irak, serta merupakan sekutu penting AS di Teluk, namun dianggap aman oleh pihak Indonesia.

Kecuali Arab Saudi, ada sekitar 40.000 WNI yang bermukim di negara yang bertetangga dengan Irak. Sekitar 4.000 orang di Jordania, 1.000 orang di Syria, kurang dari 100 orang di Turki, dan sekitar 34.000 orang di Kuwait.

Kapan Perang

Sumber tersebut mengatakan, sekarang ini pertanyaannya apakah terjadi perang atau bukan. Tapi kapan perang dimulai. Sebagian memperkirakan, AS dan sekutunya akan membobardir Irak pekan kedua atau ketiga Februari setelah mendapatkan alasan yang dianggap kuat dan memperoleh legitimasi internasional.

“Hampir semua diplomat di Timur Tengah, termasuk diplomat AS dan Inggris, sering melakukan pertemuan informal, berdiskusi tentang prospek perang dan langkah antisipasinya,” ujarnya.

Pemerintah Irak sendiri, sejak dua bulan, memperketat pemberian visa (ijin masuk). Bahkan para staf kedutaan pun, yang memegang paspor diplomat, harus antri berminggu-minggu sebelum mendapatkan ijin masuk ke Baghdad.

Sementara, para diplomat di Baghdad, termasuk diplomat Indonesia, rajin mengintip kegiatan di kantor perwakilan PBB. Para diplomat itu belajar dari Perang Teluk 1991. Ketika itu, sehari setelah seluruh staf PBB di Baghdad ditarik, pasukan AS segera membobardir Irak.

“Jadi, patokannya kantor perwakilan UN (United Nations, PBB). Begitu seluruh stafnya ditarik, itu pertanda perang akan segera dimulai,” katanya. *

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...