Prabowo, Jordania, dan AS

Prabowo, Jordania, dan AS

WEST Point. Di tempat latihan militer Amerika Serikat (AS) itulah, Prabowo Subianto bertemu Raja Abdullah II. Mereka menjalani pendidikan militer di sana, untuk kemudian menjadi orang-orang penting di negaranya.

Sayang, karir Prabowo tidak semulus Abdullah. Prabowo terjungkal tahun 1998, kehilangan kehormatan dan karirnya karena dituduh terlibat penculikan aktivis pro demokrasi. Sang mertua (kini mantan), Soeharto pun tumbang. Sementara Abdullah langsung menjadi pemimpin Jordania, setelah ayahnya, Raja Hussein, meninggal dunia tahun 1999.

Toh, persahabatan Prabowo-Abdullah tidak segera punah. Bahkan, dengan tangan terbuka, Abdullah memanggil sahabatnya untuk berbisnis di Jordania. Walhasil, Prabowo, yang mendapatkan status kewarganegaraan Jordania, pun membuka kantor di Amman, ibu kota Jordania. Bisnis yang ditekuninya, antara lain, perminyakan dan gas alam.

Namun, itu pun rupanya hanya berlangsung singkat. Beberapa bulan belakangan ini, kata sumber di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Prabowo tak lagi kelihatan di Amman, sebuah kota di tanah Arab yang kosmopolitan.

“Pernah dia memenangkan tender gas alam di perbatasan Jordania-Irak. Tapi proyek itu saya dengar tidak berjalan seperti yang diharapkan,” katanya.

Kabarnya, Prabowo sedang merintis bisnis di negara-negara Asia Tengah. Salah satunya Usbekistan. “Di sana kan sedang transisi. Pemerintahan komunis tumbang, sehingga banyak tercipta peluang bisnis,” ujar sumber tersebut.

Usbekistan adalah kampung halaman istri Guntur Soekarnoputra, Guseynova Sabina Padmavati. Agaknya, negara yang penduduknya dikenal cakep-cakep itu sedang menarik perhatian orang-orang Indonesia.

***

DALAM konteks rencana serangan AS ke Irak, posisi Jordania serba susah. Sejak lama, negara ini sahabat AS, tapi juga karib Irak. Raja Abdullah seperti harus mendayung diantara dua karang, kata seorang diplomat.

Minimnya sumber daya alam Jordania menyebabkan negara itu tergantung pada negara lain. Seluruh kebutuhan minyaknya terpaksa diimpor dari Irak. Dalam setahun, Baghdad memasok 5,6 juta barel ke Jordania. Selain itu, Irak merupakan pasar ekspor terbesar Jordania. Negara ini mengekspor barang-barang elektronik dan sayur-sayuran.

Karena itu, bermusuhan dengan Saddam Hussein pasti akan merepotkan Abdullah. Sebaliknya, melawan George W Bush pun bisa mendapatkan malapetaka. Jutaan dolar dikucurkan Bush dalam bentuh hibah ke Jordania. Boleh dikata, ketergantungan Jordania kepada Bush maupun Saddam Hussein amat tinggi.

Menghadapi rencana serangan AS ke Irak, Abdullah mengeluarkan sikap abu-abu. Tidak mengijinkan AS menjadikan wilayahnya sebagai basis serangan darat ke Irak, tidak mau bergabung dalam koalisi AS, tapi juga meminta Saddam melucuti senjata pemusnah massalnya.

Kendati begitu, diam-diam Jordania menjalin kerjasama dengan AS. Dilaporkan 10.000 sampai 13.000 tentara AS kini berada di wilayah Jordania. Mereka datang secara bergelombang melalui tiga kali latihan bersama dengan tentara Jordania.

Bila keadaan buruk terjadi, misalnya, Saddam menghentikan pasokan minyak, Jordania sudah bersiap-siap. Negara-negara Teluk kaya minyak musuh Saddam, termasuk Kuwait, telah menyatakan komitmennya membantu Abdullah. Bahkan, Kuwait dilaporkan bersedia menyediakan stok untuk memenuhi kebutuhan Jordania selama tiga bulan.

Politik luar negeri Jordania banyak memihak AS. Selain Mesir, Jordania adalah satu-satunya negara Timur Tengah yang membuka hubungan diplomatic dengan konco AS, Israel.

Padahal, sebagian besar atau sekitar 60 persen Jordania keturunan Palestina, musuh abadi Israel. Istri Abdullah, Ratu Rani, dan Ratu Noor, istri mendiang Raja Hussein pun keturunan Palestina. (Wartawan PERSDA, Dahlan, melaporkan dari Amman, Jordania)