Ask the Tribun Timur Editor
BILA sebuah rezim pemerintah menyembunyikan sesuatu, maka musuh terbesarnya adalah wartawan.
Polisi Malaysia menangkapi wartawan, juga tokoh oposisi, dan mengancam membredel koran karena menerbitkan berita berisi "isu-isu sensitif".
Indonesia ingat situasi seperti itu terjadi di Orde Soeharto. Dulu ada banyak sekali hantu dan mitos: Seolah-olah, bila rakyat membaca kebenaran, mereka akan mengamuk. Nyatanya tidak.
Mungkin rezim Badawi di Malaysia masih percaya dengan hantu dan mitos itu.
Sumber: tribun-timur.com
Sabtu, 13-09-2008 | 11:18:38
Alasan Keamanan, Polisi Malaysia Tangkapi Wartawan
Laporan: Kompas.com
Kuala Lumpur, Tribun - Seorang anggota parlemen dan dua wartawan ditangkap polisi Malaysia. Mereka dikenai Undang-undang Keamanan Dalam Negeri (ISA) yang memungkinkan polisi menahan mereka tanpa diadili.
Penangkapan ini disinyalir sebagai upaya pemerintahan Perdana Menteri (PM) Abdullah Ahmad Badawi memberangus kelompok oposisi pimpinan Anwar Ibrahim yang berusaha merebut kekuasaan pekan depan.
Koalisi partai oposisi mengecam penangkapan, Jumat (12/9) itu sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan keterpurukan demokrasi. Komentator media online Raja Petra, Raja Kamarudin yang dikenal sebagai aktivis antipemerintah, ditangkap lebih dulu.
Istri Kamarudin, Marina Lee Abdullah mengatakan polisi menangkap suaminya dari rumah mereka. Beberapa jam kemudian, polisi membekuk Tan Chee hoon, reporter harian berbahasa Cina, Sin Chew, di Penang.
Pemerintah sebelumnya mengancam untuk memberedel koran itu karena memuat isu-isu sensitif. Anggota parlemen wanita dari kelompok oposisi Teresa Kok adalah orang ketiga ditangkap berdasarkan ISA di rumahnya di Kuala Lumpur.
Polisi tak menyampaikan alasan penangkapan. Tindakan brutal itu dilakukan saat tekanan dari anggota Barisan Nasional agar Badawi mundur terus menguat. Ketegangan juga memuncak di tengah-tengah ancaman Anwar yanga akan merebut kekuasaan pada Selasa (16/9).
Anwar hanya membutuhkan dukungan 30 anggota parlemen lagi untuk merebut kekuasaan dari Badawi. Karena, Barisan Nasional kehilangan 2/3 suara mayoritas di parlemen menyusul hasil pemilu sela Maret 2008.
"Memberlakukan ISA beberapa hari sebelum 16 September jelas sebagai upaya untuk menciptakan atmosfer katakutan dan instabilitas," kata Anwar dalam pernyataannya, Sabtu (13/9).(*)
No comments:
Post a Comment