Kami percaya pada janji PLN ketika membuka proyek di Medan. Kami percaya maka kami menjadi korban.
Diskusi tentang pasokan listrik tengah berlangsung di Jakarta ketika seorang rekan menyodorkan iklan koran satu halaman berisi pernyataan dan janji PLN mengenai pasokan listrik.
Status listrik seluruh kota, bahkan kota kecil, disajikan di situ, tapi kami hanya tertarik pada Medan.
Tertulis di situ, per 30 Mei, pasokan listrik di Medan sudah normal. Artinya tidak akan ada penyalaan bergilir.
Kami menghargai terobosan PLN menyuguhkan kondisi listrik di seluruh kota, berikut rencana mereka atas kota-kota itu. Sangat spesifik, sangat membantu pengusaha merencanakan bisnis.
Dan yang terpenting, pimpinan kami percaya pada PLN. Maka kami hanya menyiapkan genset kecil dari Jambi sebagai back up power. Opsi genset besar dari Aceh dicoret.
Apa yang terjadi? Sekarang tanggal 18 Juli, jauh setelah janji itu. Listrik padam. Saya sedang di rumah siap-siap untuk mandi dan pasokan air pun terhenti.
Bagi warga Medan, janji PLN tadinya memberikan harapan besar. Isu listrik di sini merupakan isu besar, masuk sampai ke rumah-rumah pribadi. Hampir semua rumah menengah ke atas menyiapkan genset. Di depan rumah, selain taman ada genset. Harapan itu punah. Janji PLN tidak terbukti.
PLN harus bekerja keras tidak hanya membangun pembangkit listrik, tapi juga reputasi. Hancurnya reputasi adalah hilangnya kepercayaan.
Sayang kita tidak punya pilihan selain PLN.
Sambil menulis di blog ini, saya berharap listrik segera menyala. Sekarang pukul 11.44 siang tapi saya belum mandi. Hidup PLN!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
No comments:
Post a Comment