Tidak peduli lagi berapa skor akhir. Posisi sekarang 1-2 antara Timnas Indonesia vs Uruguay.
Sekarang sedang turun minum dan kita menyaksikan Boaz Salosa mencetak gol pembuka yang berkelas ke gawang tim semifinalis Piala Dunia Afrika Selatan.
Pada 15 menit pertama, Indonesia tampil percaya diri, memainkan bola dari kaki ke kaki, dan amboy, betapa indahnya: tiga-empat kali pemain Indonesia mengontrol bola dengan tenang lalu mengecoh bintang-bintang dunia.
Apa yang kita lihat jelas sekali bahwa Indonesia pun bisa menciptakan pemain kelas dunia.
Tanpa korupsi dan sogok menyogok pada liga kita, mestinya Indonesia bisa melahirkan puluhan pemain kelas dunia setiap musim.
Sepakbola Indonesia sudah lama rusak bukan oleh tiadanya bakat dan talenta pemain, tapi lebih karena kanker sogok menyogok di liga kita.
Menyaksikan pemain Indonesia berlaga tadi melalui TV adalah menyaksikan harapan dan membangkitkan rasa percaya diri: kita bisa, Indonesia bisa.
Saya tidak akan kaget kalau gawang Indonesia kebanjiran gol di babak kedua.
Bila itu yang terjadi, tak ada yang istimewa: itu penyakit lama kita yang kambuh --cepat berpuas diri dan kedodoran stamina.
Bila secara skill kita bisa, secara tim kita tidak malu-maluin, maka soal stamina dan rasa puas diri yang kelewatan bisa kita atasi dengan gampang.
Timnas hanya perlu jam terbang bermain di pergulatan kelas dunia. Maka undanglah Brasil ke sini, boyong Argentina ke Senayan, dan betapa akan mewabahnya virus kebanggaan itu bila, katakanlah, PSSI membawa laga internasional melawan Spanyol ke Surabaya, Bandung, Medan, atau Makassar.
Bila itu yang terjadi, rakyat akan sementara melupakan kekecewaan pada pemerintahan yang superlamban, senang bersolek dan berpidato, dan tak bisa berbuat banyak mengatasi korupsi.
Hidup Timnas!
Dahlan Dahi
dahlandahi.blogspot.com
tribun-timur.com
tribun-medan.com
tribunnews.com
No comments:
Post a Comment