Tuesday, December 14, 2010

Mencari Paspor Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat


Warga Yogyakarta sedang marah. Dalam suatu demonstrasi, kemarin, mereka membentangkan spanduk "SBY Sumber Bencana Yogya".

Seorang pria tua di warung angkringan memplesetkan SBY sebagai "Susilo Bambang nyudoYowo". Nyudo nyowo artinya mengurangi nyawa.

Pria tua bertubuh pendek itu --yang ngoceh sambil mengunyah nasi kucing di troatoar Jl Sudirman-- mungkin keliru. Ia pun bisa diseret ke kantor polisi dengan tuduhan penistaan kepala negara.

Walaupun banyak bencana menelan nyama di era SBY, ah, tidak benar juga bahwa SBY itu rezim nyudo nyowo. Kejam sekali tuduhan itu. Tapi itulah ekspresi kemarahan pria tua itu.

SBY membikin soal karena posisinya terkait keistimewaan Yogyakarta. SBY ingin Gubernur DIY bukan ditetapkan. Artinya, Sultan (Raja Ngayogyakarta Hadiningrat) tidak bisa lagi otomatis menjadi gubernur, suatu tradisi yang berlangsung lebih dari setengah abad.

Tidak semua rakyat Yogya mencintai Sultan, terlebih sekarang, ketika bintang kerajaan tidak selalu terang. SBY mungkin pula benar: dia ingin menghidupkan demokrasi di DIY, seperti juga demokrasi di provinsi lain.

Cuma saja, SBY sekarang bukan SBY yang dulu begitu kuat. Citranya sedang pudar, bukan saja karena apa yang dikatakannya, tapi juga karena apa yang tidak dikatakan dan tidak dilakukannya. SBY terlalu banyak pidato, sedikit kerja memukau.

Dapat dipahami mengapa warga Yogya marah, walaupun kita tidak selalu sependapat. Pria tua itu, misalnya, terlalu kejam memelesetkan kepanjangan nama SBY sebagai "nyudo nyowo".

Tapi pria tua itu tidak sendiri. Ada pula yang membuat paspor Ngayogyakarta Hadiningrat. Paspor Yogya. Rakyat Yogya ingiun merdeka.

Saya sedang mencari paspor itu. Mau?



Dahlan Dahi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...