Dahlan Dahi
"Please send SMS before you come."
" Ya.... It's better."
Pedagang Pasar Tanah Abang itu, seorang pria muda, berbaju kaos, tampil trendi, berbicara di telepon di depan kiosnya yang sempit.
Suaranya sangat besar, seperti ingin memamerkan kepada pedagang lain, juga pengunjung, bahwa bahasa Inggris-nya cukup baik.
Dari dulu memang Pasar Tanah Abang, Jakarta, terkenal sebagai pusat pembelanjaan pakaian dan tekstil yang menggiurkan bagi pasar Asia dan Afrika serta Timur Tengah. Harganya murah, juga kualitas desainnya bagus.
Eh, saya juga melihat bule. Pria tinggi itu berjalan dengan seorang wanita Asia.
Tanah Abang, khususnya Blok A, kini mulai asyik. Ruangan ber-AC, ditata seperti trade center.
Anda tidak perlu "ahli harga" untuk memulai tawar-menawar. Pilih pakaian yang Anda suka. Tanyakan harganya per lusin. Lalu tanya harga per potong.
Saya mencari jaket. Beberapa penjual menawar jaket berbahan sintetis seharga Rp 130 ribu per potong untuk pembelian per lusin (minimal per tiga potong). Harganya lebih mahal kalau per potong: Rp 180 ribu.
Ada jaket kulit impor dari China (mungkin dari Shenzen) kualitas tiga. Harga per lusinnya Rp 340 ribu. Setelah ditawar, penjualnya, dua pasangan muda, melepas dengan harga Rp 340 ribu per lembar.
Di Plaza Senayan, Anda harus membawa uang lebih Rp 1 juta untuk bisa membeli satu potong jaket kulit. Kualitasnya, sih, memang oke.
No comments:
Post a Comment