Monday, December 5, 2011

Istri Mengharap Suami Tak Cepat Kembali

Jepang yang Bukan Indonesia

Istri Mengharap Suami Tak Cepat Kembali

SUSAH juga kalau banyak orang pintar seperti di Jepang. Tidak ada yang mau jadi pembantu rumah tangga.

Walhasil, istri-istri di Jepang adalah istri yang sebenar-benarnya: melayani suami, mengasuh anak, memasak, dan menyeterika baju.

Karena tradisi seperti ini, "industri" Indonesia yang mengekspor pembantu pusing tujuh keliling. Tidak ada pasar pembantu di sini, setidaknya secara resmi, beda dari Timur Tengah.

Pagi-pagi, istri Jepang sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak yang hendak ke sekolah dan suami yang akan berangkat ke kantor.

Sistem transportasi Jepang mendorong warganya untuk naik angkutan umum seperti kereta api cepat dan bus. Naik mobil hanya benar-benar milik para bos. Itulah, antara lain, karena pemerintah menerapkan sistem tarif parkir yang sangat tinggi. Sewa satu hari parkir bisa sama dengan sewa kamar hotel semalam.

Itulah sebabnya, suami-suami Jepang harus berangkat lebih awal. Kantor umumnya buka jam sembilan pagi, bukan jam delapan seperti di Indonesia. 

Para suami harus meninggalkan rumah lebih awal, biasanya jam tujuh, untuk mengejar jadwal keberangkatan kereta api. Sebelum ke stasiun, suami-suami berdasi itu tak lupa membawa kantong plastik berisi sampah ke bak sampah di sekitar kediaman. 

Kalau lupa, awas. Istri akan marah-marah. Sampah adalah salah satu sumber cek-cok suami istri, kata pemandu wisata yang menemani kami di Jepang.

Dari stasiun kereta api, para pekerja naik bus umum ke pemberhentian terdekat ke kantor. Lalu mereka jalan kaki melewati trotoar dan jalur pedestrian yang nyaman.

Pemandangan pagi di jalan-jalan Tokyo bukanlah kemacetan tapi kesibukan orang-orang berdasi dan berjas yang bergegas di trotoar ke tempat kerjanya.

Pada pagi hari, orang-orang tumpah ruah di trotoar, berjalan kaki, dalam baluan jas hitam dan dalaman baju warna putih. Di Jakarta, orang-orang seperti inilah yang memacetkan jalam pada jam masuk dan pulang kantor

Jam berapa pulang kantor? Tidak ada jadwal yang pasti. Rumusnya, selesaikan semua pekerjaan sebelum meninggalkan kantor.

Makin lembur makin baik. Bahkan lembur adalah status sosial. Bila suami sering lembur, itu pertanda si dia merupakan orang penting di kantor. 

Jadi, tetangga akan bilang "apa kata dunia" bila suami cepat pulang kantor. Dan, istri pun akan senang: dia tidak perlu sibuk menyiapkan makan malam. Makin lama suami pulang makin baik.***


--

TRIBUNnews.com
www.tribun-timur.com
www.tribun-medan.com

Dahlan Dahi
dahlandahi.blogspot.com
facebook.com/dahlan.dahi
twitter.com/dahlandahi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...