Gejala serupa juga terlihat di Batam dan Bandung. Sampai bakar-bakaran segala.
Di Medan, protes datang karena taksi lokal khawatir akan punah. Soalnya, mereka selama ini semena-mena terhadap penumpang dan, asyiknya, mereka tetap dapat uang.
Taksi Medan sebagian besar tanpa argo. Tarif semaunya. Mobil jelek, kotor pula. Sopir garang, jauh dari sikap menghormati penumpang.
BlueBird, mereka tahu, akan menghapuskan semua itu. BlueBird dikenal dengan mobilnya yang bersih, sopir yang ramah dan tidak suka nipu-nipu penumpang.
Betapapun kerasnya perlawanan sopir, prokonsumen akhirnya yang menang. BlueBird kini ada di Medan.
Surabaya begitu pula. Semula diprotes sekarang BlueBird berkibar.
Walau begitu --seperti juga di beberapa bandara-- masih ada saja ruang bagi kesewenang-wenangan pada penumpang.
Di Bandara Juanda, tidak sembarang taksi boleh masuk. Hanya ada taksi yang dikelola atau dikoordinasikan pengelola bandara. Dan tarif, hmm, semau gue karena kompetisinya dibatasi.
"Belum bisa masuk Juanda, Mas," kata sopir Taksi BlueBird.
Maksud dia, belum bisa ngantre menunggu penumpang seperti hak-hak istimewa taksi lain yang dikoordinasikan otoritas Bandara Juanda.
Kalau toh mau jasa BlueBird, Anda bisa ke parkiran. Stop BlueBird --atau taksi umum lainnya-- yang lewat di sana. Jangan mau dikalahkan oleh kesewenang-wenangan.
Di Bandara Soekarno-Hatta dan Banda Hasanuddin Makassar, kompetisi lebih terbuka. Penumpang bebas memilih taksi.
Oh ya, ada sedikit tips. Biasanya taksi di terminal kedatangan Soekarno-Hatta antre. Bila ingin cepat, cari terminal keberangkatan. Stop taksi di sana.
Taksi, seperti juga internet dan produk jasa lainnya, haruslah prokonsumen. Memang masih banyak produk jasa yang semena-mena kepada konsumen karena monopoli, karena proteksi.
Tapi percayalah, kepunahan bagi mereka hanyalah soal waktu.
TVRI dulu menikmati proteksi. Setelah datang televisi yang prokonsumen, bukan propenguasaha, kita tahulah bagaimana riwayat TVRI.
Ini pesannya adalah ini: Konsumen juga manusia. Punya hati punya rasa.
Dan Anda harus ingat, perlawanan muncul dari hati, bukan dari otak.
Dahlan Dahi
dahlandahi.com
TRIBUNnews.com
No comments:
Post a Comment