Daeng Baco, sebutlah namanya begitu, bukanlah orang kaya.
Lebih dari 10 tahun Pak Tua ini bekerja sebagai sopir Taksi Bosowa.
Daeng Baco ikut antrean di SPBU di Makassar, Jumat malam, sebelum pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM jenis premium dan solar.
Daeng Baco girang karena bisa mengisi penuh tangki mobil Vios, taksi yang dibawanya seharian penuh.
Setiap hari Daeng Baco dan ribuan sopir taksi Bosowa mengisi 35 liter premium.
Harga bensin naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500. Artinya, setiap hari sopir harus menanggung subsidi BBM yang tadinya jadi beban pemerintah sebesar Rp 75 ribu.
Jelas sekali maknanya bagi sopir seperti Daeng Baco. Kenaikan harga BBM itu sama dengan pengurangan jumlah uang yang mereka bawa pulang ke rumah setelah bekerja nyaris 24 jam sehari-semalam.
Begini gambarannya. Sebagai sopir taksi yang mangkal di Bandara Hasanuddin, Daeng Baco biasa membawa pulang uang Rp 300 ribu bersih setelah dipotong setoran ke kantor dan tangki bensin diisi penuh (35 liter).
Mulai besok, sopir seperti Daeng Baco harus mengikhlaskan penghasilan yang Rp 300 ribu dimakan subsidi pemerintah Rp 75 ribu yang sekarang menjadi bebannya sebagai sopir.
"Berat juga, tapi mau mi diapa," begitu ia berbicara dalam logat Makassar.
Taksi tidak bisa segera menaikan tarif karena harus menunggu usulan Organda dan tanda tangan gubernur.
Ia menduga tarif buka pintu akan naik Rp 500 menjadi Rp 5.500.
Kapan? Belum pasti. Rapat demi rapat masih harus digelar.
Yang sudah pasti adalah Daeng Baco bukan orang kaya. Dia hanyalah sopir taksi.
Daeng Baco bukan juga pemerintah, yang harus menanggung beban subsidi BBM di APBN.
Para anggota DPR, yang menggelar rapat sambil tertawa-tawa, sudah mengetuk palu menyetujui kenaikan harga BBM.
Keputusan DPR berdampak pada pengurangan anggaran negara untuk subsidi. Negara jadi lebih enteng, tapi beban itu kini dipikul ramai-ramai, termasuk oleh sopir taksi seperti Daeng Baco.
Dan, Daeng Baco bukan pemerintah, bukan negara, bukan orang kaya. Ia hanya sopir taksi.(*)
Dahlan Dahi
dahlandahi.com
TRIBUNnews.com
No comments:
Post a Comment