Perasaan bukan matematika. Tidak ada cara sederhana untuk menjelaskannya.
Seorang kawan ingin sekali menonton laga Indonesia Dream Team vs Arsenal.
Saya bilang, "Ah, kenapa nggak nonton MU?"
Jawabannya mengagetkan. "Mending Yasinan daripada nonton MU, Bang."
Apa kurangnya Manchester United. Salah satu klub terkaya dunia. Satu-satunya klub paling sukses dalam sejarah Liga Inggris.
Arsenal? Bahkan untuk masuk ke level Liga Champions tahun ini harus masuk ke babak kualifikasi.
MU, sebagai juara Liga Inggris, lolos otomatis. Dia berada di kasta kelas satu sepak bola Eropa musim ini.
Tapi itulah fanatisme terhadap klub. Itulah perasaan. Dia bukan matematika. Perasaan tentang suatu yang abstrak, emosional, bukan angka-angka.
Dahlan Dahi
dahlandahi.com
TRIBUNnews.com
No comments:
Post a Comment