Dari makanan yang dipilih ketika tersedia banyak pilihan, tercermin dengan jelas karakter orang tua dibandingkan anak-anak.
Saya rasa lebih 100 menu tersedia di foodcourt Mal Puri Indah, Jakarta, ini.
Saya perhatikan, sebagian orang tua cenderung mengulangi menu yang sama.
Anak-anak sebaliknya, terus mencoba.
Anak mencoba, melakukan sesuatu yang baru, dengan mencoba menu baru: baru karena desainnya atau baru karena namanya (nama berbahasa Inggris sepertinya lebih atraktif buat anak-anak).
Ada menu namanya Galbi. Saya lihat bahannya biasa saja: nasi, sayur kacang panjang, daging.
Kenapa Galbi menarik anak-anak? Karena dimasak di panci yang mirip piring (saat di atas kompor, masakan itu mengeluarkan bunyi letusan. Asyik, bukan?)
Cara memasaknya dan namanya yang berbau asing menarik perhatian anak-anak.
Mereka ingin mencoba sesuatu yang baru.
Nasi padang, rawon, soto betawi, sate madura ... Itu deretan nama-nama lama, karena itu tidak menarik perhatian anak-anak.
Kelak makanan itu akan punah.
Cobalah ubah nama dan desainnya --walaupun isinya tetap nasi padang atau sate madura.
Anak-anak menyenangi simbol, orang tua melihat substansi.
TRIBUNnews.com
No comments:
Post a Comment