Wednesday, November 6, 2013

Bus Way: Bukan soal Mobil Tapi Perilaku

Foto mobil bus kota (semacam Trans Jakarta) berhenti di halte depan Bugis Village, Singapura.

Jalur bus ditandai dengan warna di tepi jalan. Tidak ada yang menerobos. Tertib, tidak macet.

Di Jakarta, jalur dipisahkan oleh pagar. Itu lagi masih banyak yang melanggar. Macet pula.

Terdengar ada ide untuk menjatuhkan denda Rp 1 juta bagi yang masuk jalur bus way Trans Jakarta.

Oh ya. Bagus juga. Cuma, waspadai uang tilang masuk kantong oknum. Makin tinggi ancaman denda makin tinggi pula uang sogok.

Soal bus way bukan masalah bus dan jalan. Ini masalah perilaku kita yang primitif.

Aturan dibuat untuk apa? Agar ada proyek pembuatan undang-undang. Agar ada uang sidang. Agar catering dapat order. Agar restoran penuh setelah sidang yang melelahkan.

Setelah aturannya ada, ya, kita langgar. Aturannya, kan, dibuat untuk dilanggar. Bukan untuk dipatuhi.

Atau bisa juga begini: Aturan berlaku untuk yang miskin dan rakyat biasa. Aturan tidak berlaku bagi yang punya kuasa dan mampu menyogok.

Jadi? Di Singapura bus way adalah solusi sedangkan di Indonesia, bus way adalah proyek.

Masalahnya bukan bus dan jalurnya tapi perilaku kita yang primitif.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...