http://www.tribun-timur.com/view.php?id=71676&jenis=Front Sabtu, 05-04-2008 |
Bawa Istri dan Rantang ke Jakarta |
"BAPAK saya itu gubernur terlama, hampir 13 tahun. Saya ini gubernur tercepat, hampir tiga bulan." Caretaker Gubernur Sulsel, Ahmad Tanribali Lamo, tertawa mengawali pembicaraan saat bertandang ke redaksi Tribun, Jumat (4/4), sekitar pukul 15.10 wita. Bapak Tanri, Ahmad Lamo, adalah Gubernur Sulsel yang menggantikan Andi Ahmad Rivai. Ia menjabat gubernur dari tahun 1966 hingga 1978. Sedangkan Tanri menjabat gubernur mulai 19 Januari hingga 8 April atau tepatnya 79 hari. |
Tanri mengistilahkan penjabat gubernur itu adalah tugas dari negara dan langsung ditunjuk oleh Presiden, Panglima TNI, Kasad, dan mendagri. "Saya ini penjabat, bukan pejabat. Bedanya hanya N. Itu adalah, no money, no campaign, dan no baliho," katanya seraya melepas tawa. Di Tribun, Tanri terlihat beberapa kali tertawa lepas. Plong. Pembicaraan pun mengalir lancar. Beberapa kali ia mengeluarkan lelucon yang membuat yang mendengarnya spontan tertawa. Kelakarnya soal huruf N tadi mengingatkan istilah, "saya ini gubernur tanpa baliho", saat bersilaturahmi ke Tribun di awal menjabat, akhir Januari lalu. Kemarin, Tanri diterima dengan hangat oleh Pemimpin Redaksi Tribun, Dahlan, Wakil Pemimpin Redaksi Tribun, Ronald Ngantung, dan sejumlah kru redaksi. Tanri hanya ditemani dua ajudannya dan Kabag Humas Pemprov Sulsel, M Rizal Saleh. Tanri berbagi banyak kisah dengan awak redaksi. Mulai cerita soal setahun sebelum dilantik menjadi penjabat gubernur, detik-detik penugasannya langsung dari Presiden SBY, soal rekonsiliasi Amin- Syahrul, hingga pengalaman yang paling mengesankan dengan wartawan di hari keempat penugasannya di Sulsel. Semuanya mengalir ringan, dan selalu diselingi tawa lepas. "Saya dua bulan hampir tiga bulan di Sulsel, tapi baru kali ketawa lepas," ujarnya sebelum naik ke Toyota Prado hitam, DD I. Dia juga menyebutkan nomor induk pegawai (NIP)-nya; 0102739999 sebagai staf ahli mendagri bidang politik dan keamanan. Dengan Wartawan Soal tertawa dan pengalamannya dengan wartawan, Tanri begitu membekas. Saat sebelum duduk di jok mobilnya, dia melemparkan senyum. "Awal saya datang ke sini (Tribun) dengan tawa, sekarang saya sudah mau pamitan, juga dilepas dengan tawa," ujar Tanri mengenang kunjungannya ke Tribun, Selasa (22/1), atau tiga hari setelah dilantik Mendagri Mardiyanto di Jakarta. Tanri juga kembali menegaskan masa jabatannya di Sulsel hanya seumur jagung. Suasana di lingkup pemprov sudah kondusif. "Mereka sudah bekerja sama, makan bersama, dan membersihkan bersama. Ini yang saya coba bangun selama 76 hari," ujarnya. Menurutnya, sebagai perwira yang digembleng lama di militer, dia selalu berprinsip, semakin cepat masalah selesai itu semakin baik. "Saya tidak akan lama di sini. Saya bukan gubernur definitif. Saya mencoba bekerja secepat mungkin. Kalau satu jam masalah ini bisa selesai, saya akan tinggalkan," katanya. Pernyataan serupa juga ditegaskan, saat ia dan istrinya, Ny Rastina, di Bandara Hasanuddin Makassar saat baru tiba di Jakarta, 20 Januari lalu. Dia menegaskan tak punya agenda selain menjalankan tugas pokoknya, menjalankan roda pemerintahan dan rekonsiliasi. Dia kemudian menceritakan, kabar saat dia pindah dari Wisma Perwira Tinggi Kodam VII ke Kompleks Gubernuran, akhir Februari lalu. "Waktu itu Kasad mau datang, ya saya pindah ke gubernuran. Saya perbaiki rumah pribadi, yang memang sudah rusak di Jl Haji Bau," ujarnya. Di kompleks Gubernuran, dia dan istrinya tinggal di bagian belakang, bukan di bagian depan, rumah utama. "Saya tinggal di kamar kecil di belakang, satu kamar saya, kamar makan, dan satu buat barang. Satu lagi di (lantai) atas untuk ajudan." Soal kinerja selama menjabat gubernur, dia menceritakan masih banyak yang harus dilakukan, dan meminta seluruh komponen masyarakat memberi dukungan ke pemerintahan Syahrul-Agus, hingga 2013 mendatang. Dalam kurun waktu 56 hari, Tanri mengunjungi 16 kabupaten/kota di Sulsel. "Bahkan ada kabupaten yang saya datang dua kali, seperti Wajo dan Soppeng," ujarnya. Dia juga banyak melakukan kunjungan insidentil dengan mendatangi dinas-dinas, rumah sakit, dolog, dan instansi lainnya. "Tadi saya ketemu dengan pejabat di kamar lima, saya dialog, saya diskusi dengan mereka, saya bilang, ini persiapan, sebab nanti juga saya akan ke kamar lima," ujarnya. Tanri menjelaskan, pemerintahan daerah-dearah itu sudah bekerja dengan maksimal dan efektif untuk menyejahterakan rakyat. Dalam perjalanan dan dialognya dengan aparat di daerah yang dikunjunginya, dia banyak mengidentifikasi ide dan harapannya. Dia mengistilahkan potensi daerah masih perlu digarap dengan baik, dengan pemurnian kembali potensi dan komoditas daerah, laiknya gagasan pengwilayahan komoditas di era gubernur Prof Dr Ahmad Amiruddin. "Harapan ini masukan untuk semua. Ini tugas pemerintah, tugas rakyat yang masalahnya harus kita pikul bersama-sama," katanya. Workholic Tanri mengidentifikasi dirinya yang workholic, tipologi lelaki pekerja yang tak senang menghabiskan waktu dengan hal-hal yang santai. "Saya sebenarnya orang yang bawa masalah. Makanya, saya ini pekerja, tidak gampang melupakan pekerjaaan. Saya ndak pernah ke mana-mana di hari Minggu. Paling hanya di rumah," ujar bapak tiga anak dan kakek dua cucu ini. Saat menjabat di pusat pendidikan TNI Angkatan Darat di Jawa Barat, dia mengisahkan, meski bajunya masih basah karena keringat, pukul 07.00, ia sudah duduk di meja kerja, dan baru pulang pukul 17.00. Kesibukan dan aktivitasnya selama lima tahun menjabat Asisten Personalia (aspers) Mabes TNI AD, dia ukur dengan tingginya komunikasinya dan kinerja telepon selular (ponsel). "Di Jakarta, ponsel saya ini charge dua kali sehari. Eh, di sini sekali dua hari," katanya lagi-lagi tertawa. Tanri juga berjanji, saat di Jakarta nanti, dia akan membaca buku soal pemerintahan dan UU No 31 tentang pemerintahan daerah. Selama menjabat gubernur, ia mengaku tak memiliki waktu untuk membaca. "Sesudah dilantik saya mendapat wejangan dari bekas caretaker, dia bilang tak perlu pusing, soal pemerintahan baca saja UU 32, kalau soal PNS, kembalikan ke sekda. Tapi sampai hari ini, kerena kesibukan, melirik buku itupun tidak," katanya seraya menunjukkan tebalnya buku- buku yang masih dibungkus rapi itu. Hingga saat ini, Tanri terus mengupayakan rekonsiliasi dengan mempertemukan Amin-Syahrul. Namun, katanya, karena ada persoalan kultur, yang masih harus harus diselesaikan, dan banyaknya tugas Amin selaku Ketua DPD Golkar Sulsel, dia kesulitan dan masih terus menunggu. "Ini hanya persoalan waktu," katanya. Berziarah Sebelum meninggalkan Sulsel, sesudah serah terima, Tanri mengatakan akan menziarahi makam kampung orangtua dan kampung istrinya, Bontonompo, Gowa. "Habis itu nyekar ke Enrekang, nenek dari bapak, saya juga akan Bontonompo," ujar, pria yang di masa mudanya disapa Gito ini. Dan setelah itu, "karena saat datang ke Makassar hanya bawa istri dan rantang, saya juga kembali ke Jakarta bawa istri dan rantang," katanya, lagi-lagi membuat tawa berderai. |
Wednesday, July 2, 2008
Tanribali Lamo, Caretaker Gubernur Sulsel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
If you are those who tend to under probate and you do not need extra help, then you can probably get by with Hogan . For men who are average weight, with no promotion of the problems that need a bit of Hogan scarpe donna with good support, durability and cushion, they should probably be a Hogan scarpe uomo . The motion control category contains the most durable, rigid and controlled sports shoes. Hogan uomo are specifically designed to limit the disease known as over probation.
ReplyDelete