Wednesday, August 27, 2008

Visi Syahrul Yasin Limpo tentang Pendidikan Gratis

Ask the Tribun Timur Editor
Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, memaparkan visinya mengenai pendidikan dan pendidikan gratis pada seminar yang diselenggarakan Tribun Timur di Mall GTC, Makassar, Selasa (26/8/08).


Sumber: Tribun Timur, Makassar
Rabu, 27-08-2008
Demi Guru, Saya Batalkan Janji dengan Pak JK
Dari Diskusi dan Seminar Pendidikan Tribun

TRIBUN Timur bersama Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Provinsi Sulsel menggelar diskusi dan seminar pendidikan di Mal GTC, Tanjung Bunga, Makassar, Selasa (26/8).
Sekitar 600 peserta, sebagian besar adalah guru, memadati ruangan di lantai tiga mal tersebut.

Mereka yang datang dari berbagai daerah ini antusias mengikuti seminar sejak awal hingga akhir.
Berbagai hal mengemuka dalam diskusi tersebut. Mulai dari konsep pendidikan gratis, pungutan di sekolah, hingga tunjangan dan sertifikasi guru sebagai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menjadi keynote speaker dalam seminar tersebut. Sementara Guru Besar Universitas Hasanuddin Prof Dr Halide menjadi pemateri bersama Ketua Panitia Sertifikasi Rayon 24 Universitas Negeri Makassar (UNM) Dr Eko Hadi Sujiono Msc dan Kepala Dinas Diknas Sulsel A Patabai Pabokori. Diskusi dipandu Pemimpin Redaksi Tribun Timur, Dahlan.
Berikut penuturan Syahrul yang disampaikan tanpa teks selama 1,5 jam di acara itu:
***
SEBENARNYA agenda ini tidak ada dalam jadwal protokoler. Tetapi kemudian saya ingat hari ini (kemarin) harus menghadiri agenda penting.
Bicara mengenai pendidikan serta bertemu dengan Anda (guru), menurut saya hal yang sangat penting.
Mengenakan pakaian dinas berwarna cokelat, mantan Bupati Gowa dua periode ini tampak santai. Syahrul melempar senyum dan menyapa sejumlah peserta yang mayoritas adalah guru yang datang dari 23 kabupaten/ kota di Sulsel.
Sebelum naik ke panggung untuk memaparkan gagasan maupun pemikirannya tentang program pendidikan gratis dan upaya peningkatan kualitas pendidikan di Sulsel, mantan wakil gubernur di era kepemimpinan Amin Syam ini, dengan ramah melayani permintaan foto bersama dari peserta.
Untuk hadir di tempat ini, sejumlah agenda penting (di Jakarta) harus saya schedule ulang, termasuk rencana pertemuan dengan Pak Wapres (Jusuf Kalla), Pak Aksa Mahmud (Wakil Ketua MPR RI), dan Menkokesra (Aburizal Bakrie).
Kalau tidak hadir, saya khawatir banyak guru yang marah sama saya, hehehe.
Pendidikan merupakan sektor paling penting dan utama dalam pembangunan bangsa.
Kalau seseorang ingin memperbaiki tarif hidup maka terlebih dahulu memperbaiki ilmu yang dimiliki.
Karena pentingnya pendidikan di sejumlah ayat suci Al Quran maupun hadis juga tercantum anjuran untuk menuntut ilmu.
Orang berilmu akan ditinggikan derajatnya.
Manusia diberikan akal dan hati untuk memperbaiki hidup. Selain di otak yang bisa mengolah orientasi atom, nuklir, maupun ilmu quantum (energi), manusia dianugerahi akal sekaligus nurani di hatinya.
Jadi manusia yang ditembak sekalipun masih bisa hidup dengan berbekal akal di hatinya.
Siapa yang bersujud kepada-Ku dapat menembus waktu dan cahaya. Tidak ada keterbatasan di alam semesta ini selama manusia mau berusaha.
Malaysia-Indonesia
Mengapa Indonesia kalah dari sejumlah negara tetangga seperti Singapura maupun Malaysia?
Padahal Tanah Air ini memiliki matahari lengkap sepanjang tahun, gunung, dan sungai yang dibanjiri air.
Banyak negara yang tidak memiliki potensi ini namun justruk bisa lebih berkembang.
Saya pernah berkunjung di Kopenhagen (Denmark). Di sana masyarakat hanya bisa melihat bulan purnama selama tujuh sampai sembilan hari sepanjang tahun.
Arab Saudi mungkin hanya bisa menikmati tetesan air hujan dalam setahun. Tetapi mengapa kehidupan mereka lebih baik.
Singapura yang harus mengimpor air minum untuk warganya. Begitu pula dengan Swiss yang tidak memiliki SDA (sumber daya alam) lebih tetapi masyarakatnya bisa hidup sejahtera.
Kenapa hal itu terjadi karena ilmu pengetahuan dan pendidikan. Mereka mampu menghasilkan SDM yang unggul.
Tanpa ilmu pengetahuan perbaikan hidup tidak akan hadir di Indonesia. Bahkan, karena strategis dan pentingnya, negara yang mengabaikan pendidikan bisa saja hancur bahkan Indonesia.
Malaysia dan Singapura bisa menjadi negara hebat karena pendidikan. Taraf hidup atau kesejahteraan tenaga pendidik di negara tersebut terbilang besar.
Saat berkunjung ke Malaysia, beberapa waktu lalu, saya berbincang- bincang dengan Dubes Indonesia untuk Malaysia, Jenderal Polisi (Purn) Da'i Bachtiar, tentang pelaksanaan program pendidikan dan kesehatatan gratis yang sudah dicanangkan di Sulsel.
Termasuk pemberian beasiswa bagi 1.000 mahasiswa berprestasi, 500 doktor dalam lima tahun, maupun sejumlah agenda lainnya.
Saya kira program ini sudah paling canggih. Eh tidak taunya kita masih jauh tertinggal dengan Malaysia.
Mereka sudah mendokterkan 20 ribu mahasiswanya.
Saya berharap dengan terbukanya penerbangan langsung Makassar- Malaysia, akses pendidikan juga semakin terbuka lebar.
Malaysia sudah mengirimkan sekitar 1.000 mahasiswa untuk menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas).
Malaysia mengirimkan sekitar 16 ribu siswanya menempuh pendidikan perguruan tinggi di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Saya juga pernah berbicara dengan Menlu Hasan Wirayuda saat kunjungan Menlu Australia di Gowa.
Saya sudah meminta kemudahan untuk mengirimkan siswa berprestasi ke Australia.
Ternyata di Singapura lebih hebat lagi. Mereka rela membiayai pendidikan kaum pendatang hingga selesai dengan catatan mau pindah kewarganegaraan.
Intinya tidak ada negara yang bangkrut jika membiayai pendidikan tetapi bisa juga sebaliknya.
Semuanya bisa berubah asal pendidikan, ilmu, dan cara pandang masyarakat bisa berubah.
Termasuk mengubah pola pemerintahan ke arah yang lebih baik (good governance) yang siap menjadi pelayan masyarakat.
Kalau kamu tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan, kamu akan hancur, termasuk negara ini.
Kalau memang ada bupati maupun wali kota yang tidak propendidikan, mending tidak usah dipilih.
Karena, mari kita segera berbenah diri mengantisipasi masuknya era globalisasi atau perdagangan bebas 2020 mendatang.
Dalam era ini tidak hanya perdagangan, seluruh sektor terbuka bagi siapa saja dan dari negara mana saja.
Kalau tidak segera berbenah bisa tergusur. Tidak menutup kemungkinan nanti banyak guru asing yang mengajar di Indonesia.
Center Point
Ada obsesi besar saya untuk menjadikan Sulsel sebagai center point of Indonesia.
Syahrul ingin berangan-angan mengembalikan kejayaan Sulsel seperti yang berlangsung di abad 14 hingga 16 silam.
Saat itu, Makassar menjadi pusat perdagangan penting di Australia maupun Asia karena berada di posisi yang strategis.
Kita mohon dukungan dari semua untuk mewujudkannya. Kita akan melakukan perbaikan secara bertahap.
Sejak dulu orang Sulsel merupakan gudang orang-orang cerdas serta memiliki nasionalisme yang tinggi.
Sulsel bisa mencetak pemimpin handal seperti BJ Habibie yang pernah menjabat wakil presiden hingga presiden .
Demikian pula dengan Wapres Jusuf Kalla yang saat ini memimpin republik ini bersama Susilo Bambang Yudhoyono.
Tidak hanya itu, pemimpin asal Sulsel juga banyak berkiprah di negara tetangga semisal Malaysia di antaranya Tun Abdul Razak maupun Syekh Yusuf yang mendapatkan anugerah bintang mahaputra di dua negara sekaligus Indonesia dan Afrika Selatan.
Daerah ini juga punya andil mendirikan Republik Indonesia melalui Ki Hajar Dewantara maupun Dr Wahidin Sudirohusodo yang memiliki darah Bugis-Makassar.
Jadi kita masih butuh orang Sulsel sebagai wapres untuk memimpin negeri ini. Tetapi jangan mi terlalu banyak demo.
Pendidikan Gratis
Pelaksanaan program pendidikan gratis di Sulsel untuk tingkat SD- SMP merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi hak dasar setiap warga negara sesuai amanat undang-undang.
Diharapkan melalui program yang sudah berjalan di 23 kabupaten/ kota Se-Sulsel ini tidak ada lagi anak yang tidak bisa mengecap pendidikan dasar hanya karena alasan keterbatasan ekonomi.
Mengapa pendidikan gratis menjadi begitu prioritas? Ini ada ceritanya. Waktu itu, saya prihatin mendengar kabar ada ibu yang rela menjual diri hanya karena anaknya mau ujian.
Kalau kondisi ini terjadi di mana posisi pemerintah yang harus membelar rakyat.
Berangkat dari keprihatinan tersebut disusunlah rancangan pelaksanaan program pendidikan gratis dengan tiga komponen awal pembebasan biaya yakni iuran Pramuka dan ekstrakulikuler, biaya SPP, dan uang ujian.
Dalam perjalanannya kemudian berkembang menjadi delapan, 11, hingga 14 item seperti yang berlaku sekarang ini mulai biaya penerimaan siswa baru (PSB), pembelian buku teks pelajaran, pembelian bahan habis pakai, hingga pemberian bantuan transportasi bagi murid miskin.
Memang, dalam dalam tiga bulan terakhir ini masih banyak hal yang masih perlu dibenahi utamanya mengenai manajemen penyaluran anggaran maupun pelaksanaan teknis di lapangan.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...