Friday, November 28, 2008

Tribun Timur edisi ponsel

Ask the Tribun Timur Editor

Saya baru menemukan tulisan penulis produktif di Makassar, Abdul Haris Booegies. Salah satu gagasannya: Tribun Timur edisi ponsel, (yang) juga menyediakan bahasa Bugis dengan alfabet Lontara.



Sumber: Tribun Timur, Makassar
Sabtu, 03-05-2008

Era Sakratul Maut Media Cetak
Oleh
Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial

Polarisasi dengan mengabarkan wilayah masing-masing merupakan trend surat kabar ponsel. Sedangkan pembaca yang butuh warta dari daerah lain mesti mengakses media bersangkutan.
Berita dari mandala apa saja di buana ini, kelak enteng ditelusuri. Dari Sidrap sampai Sydney di Australia. Dari Parepare sampai Paris di Perancis. Dari Soppeng sampai Sofia di Bulgaria. Dari Sinjai sampai Sendai di Jepang, semua leluasa disimak. Sebab, tiap harian menyediakan layanan bermacam bahasa

HARGA kertas yang acap naik merupakan fenomena yang ruwet dibendung. Pada hakikatnya, harga kertas yang melonjak tiada lain peluang bagi industri persuratkabaran. Sebagai institusi, perusahaan pers dapat mereparasi potensi medianya selaras spirit teknologi informai.

Dulu, embrio pers berbentuk papan pengumuman. Imbaunan yang tertera di satu kawasan tersebut terkesan begitu pasif. Media komunikasi massa itu sekedar sebuah pengumuman bisu tanpa warna-warni.
Rentetan peristiwa kemudian ditatah berkat penemuan kertas oleh Ts'ai Lun pada tahun 105. Aksentuasi pencapaian tersebut makin cemerlang setelah Johann Guttenberg merancang stempel baja (mesin cetak) sekitar tarikh 1450. Pada tahun 1990-an, wajah media sontak mengalami revolusi oleh kehadiran internet.
Sekarang, mobilitas insan global kian gesit bak pesilat dengan gadget ala James Bond. Segalanya serba praktis sekaligus instan. Hingga, membaca koran terasa lebih nikmat lewat internet. Surat kabar dengan anatomi kertas rasanya makin tidak populer. Apalagi, jika beritanya bersambung ke halaman lain.
Pada November 2007, terbetik kabar kalau harian Dagen Nyheter meluncurkan koran ponsel pertama di dunia. Dengan membayar 31 dolar AS per bulan, pelanggan bisa mengakses seluruh fasilitas informasi surat kabar terbesar Swedia itu. Pembaca sekonyong-konyong terpuaskan dalam menikmati Dagen Nyheter via ponsel Nokia 6120 generasi ketiga.
Publik jelas dimanjakan nian berkat aktualitas warta yang fresh from the oven. Sesegar roti yang baru diangkat dari tungku. Sebab, tidak lagi harus menunggu loper kala fajar sidik yang secabik tersaput terik mentari.
Proyek fenomenal Dagen Nyheter yang memanfaatkan ponsel sebagai koran, menjadi pertanda bila ajal media cetak sudah dekat. Terlebih lagi, kian banyak situs internet yang melampirkan halaman khusus buat ponsel. Bahkan, Google, Microsoft, maupun Yahoo telah terlibat pada jaringan mobile.
Berita Lokal
Tribun Timur sebagai harian yang berkalang stamina ala pereli Paris-Dakar, sebetulnya sudah menapak ke jalur media non-kertas. Tribun Timur versi online, misalnya, sering dipuji setinggi bintang. Pasalnya, suatu seminar masih berlangsung, namun, beritanya telah muncul di Tribun Timur online.
Ekspektasi tinggi dihaturkan supaya pada tahun 2010, Tribun Timur dapat merealisasikan diri sebagaimana Dagen Nyheter. Apalagi, Tribun Timur sebagai Press Lord baru Sulawesi Selatan "selalu yang pertama".
Di era surat kabar ponsel, tentu informasi punya corak khas. Deretan kabar dari teritorial tempat koran bersangkutan terbit merupakan informasi andalan. Warta lokal tersebut seyogyanya diracik dengan instrumen naratif nan elok. Selain itu, memakai bahasa manis-bermadu demi memaksimalkan faedah seraya meminimalkan efek.
Tribun Timur, umpamanya, wajib mengolah berita daerah secara menarik. Reporter mutlak ditopang acuan pemikiran guna meramu kejadian secara konsisten. Arkian, fakta senantiasa suci tanpa embel-embel prasangka. Pembaca Tribun Timur di luar Sulsel niscaya menikmati harian ini laksana ia berada di kampung halaman di tengah sanak-saudara. Momen tersebut merupakan ciri utama surat kabar ponsel yang identik dengan liputan daerah dari masing-masing media lokal.
Harian raksasa jelas tak sudi ketinggalan kereta. Al-Watan (Qatar), The Washington Post (AS), Berlin BZ (Jerman), Bangkok Post (Thailand), China Daily (Tiongkok), Teheran Times (Iran), Yedioth Ahronoth (Israel), France Soir (Perancis), The News of the World (Inggris) atau El Pais (Spanyol), pasti akan memperkuat diri pula dengan informasi lokal. USA Today mustahil bisa mempertahankan diri sebagai media nasional AS. Karena, identitas lokal bakal membuncah di hamparan setting teknologi super-canggih.
Tiap media tidak lagi mengabarkan peristiwa di luar wilayahnya. Tribun Kaltim, tentu akan melansir warta dari Kalimantan Timur. Tribun Batam menyiarkan kondisi Batam. Sementara Tribun Jabar semata-mata membesut berita perihal Jawa Barat.
Di zaman koran ponsel, kekuatan terletak pada citra. Bukan superioritas produk. Citra yang sangat ensensial menjadi stimulans bagi khalayak. Hatta, menelisik media ibarat menalar dengan logika sembari merasa dengan nurani.
Media Mujizat
Polarisasi dengan mengabarkan wilayah masing-masing merupakan trend surat kabar ponsel. Sedangkan pembaca yang butuh warta dari daerah lain mesti mengakses media bersangkutan.
Berita dari mandala apa saja di buana ini, kelak enteng ditelusuri. Dari Sidrap sampai Sydney di Australia. Dari Parepare sampai Paris di Perancis. Dari Soppeng sampai Sofia di Bulgaria. Dari Sinjai sampai Sendai di Jepang, semua leluasa disimak. Sebab, tiap harian menyediakan layanan bermacam bahasa.
Di ranah maya, jamak ditemukan situs yang melengkapi diri dengan beragam bahasa. Sebagai contoh yakni Real Madrid. Penggemar klub raksasa itu tidak harus mahir berbahasa Spanyol guna menyimak situs El Real. Karena, terhampar aneka bahasa bagi suporter di seluruh dunia.
Saya malahan ingin agar nantinya Tribun Timur edisi ponsel, juga menyediakan bahasa Bugis dengan alfabet Lontara. Alhasil, nenek saya yang tak paham bahasa Indonesia di Sidrap berkesempatan mencerna segenap ulasan Tribun Timur. Maklum, information is opinion leader. Pendek kata, ia dapat terbuai oleh seonggok drama petualangan pada seputaran roda nasibnya di tengah piranti mobile Web. Sebab, adventure comes to life.
Pada 3 Mei 2008 di Hari Pers Dunia, Tribun Timur wajib berkemas menyongsong era koran ponsel. Apalagi, media ini diawaki tenaga konstruktif yang tidak mengenal terminal akhir. Dengan demkian, gampang menggarap proyek-proyek kreatif. Pasalnya, inovasi cuma bisa diproduksi oleh otak-otak cerdas.
Pada periode terkini, surat kabar berbahan kertas makin terkesan kedaluarsa. C'est pass (kuno), kata orang Perancis. Bahkan, koran kertas sebenarnya tengah menanti sakratul maut. Wujudnya tidak lama lagi wassalam dari planet biru ini!
Tribun Timur versi ponsel tarikh 2010, pasti riuh. Tiada aksara untuk mendeskripsikannya secara jitu kecuali pepatah milenium. "Dari kata menjadi berita. Dari berita menjadi ide. Dari ide menjadi mujizat".



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...