Ask the Tribun Timur Editor
Sumber: Tribun Timur
Saatnya Berterima Kasih, Bukan Berjanji
Catatan HUT V Tribun Timur
Dahlan, Pemimpin Redaksi Tribun Timur
"INSYA Allah, Kapolda hadir nanti malam di Ultah ke 5 tribun di clarion..." Saya sudah bangun ketika Kepada Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar), Kombes Hery Subiansauri mengirim pesan singkat (SMS), Rabu (11/2), beberap jam sebelum malam resepsi Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-5 Tribun Timur digelar di Hotel Clarion, Makassar.
Kapolda Irjen Pol Mathius Salempang baru saja duduk di kursinya. Kapolda belum sempat melakukan konsolidasi yang tuntas setelah mewarisi hubungan polisi-pers yang buruk dengan sebagian wartawan di Makassar.
Dan, beliau memutuskan hadir. Terima kasih, kata saya kepada Pak Hery via SMS. Saya segera mengabari panitia mengenai kehadiran kapolda karena kursi-kursi sudah disusun sejak jauh hari sebelumnya. Di mana kursinya Pak ini, di mana Pak itu.
Pembaca, inilah ulang tahun Tribun yang paling mengharukan. Lima tahun kami memimpin koran ini, sebagai pemimpin redaksi maupun sebagai redaktur pelaksana, dan inilah tahun ketika antusiasme publik dan tokoh menghadiri acara HUT Tribun begitu luar biasa.
Bantuan Pak Agus Fuad, Kepala Kantor Wilayah Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia dengan aset Rp 340 triliun yang mengelola kawasan Indonesia timur dan Pak Elvizar KH, General Manajer PT Telkom Divre VII, di luar dugaan kami.
Kami tidak memasang nama Pak Aksa Mahmud, salah satu pemegang saham di koran ini dalam daftar undangan. Maklumlah beliau sangat sibuk, sebagai Wakil Ketua MPR RI maupun sebagai calon anggota DPD.
Suatu malam, Pak Aksa menelepon: "Dahlan, saya ingin menghadiri ulang tahun Tribun. Undang, ya. Saya ingin memberi penghargaan kepada kalian, anak-anak Tribun atas prestasinya yang luar biasa." katanya. Saya terharu.
"Protokol, tolong catat agendanya, ya!" begitu Gubernur Syahrul Yasin Limpo mengeluarkan perintah kepada stafnya ketika pimpinan Tribun melakukan audiensi di Gubernuran. Kami ditemani pimpinan Pak Agus Fuad. Pak Gub ingin acara Tribun dicatat dalam agenda. Beliau ingin memastikan hadir.
Suatu waktu, beberapa hari sebelum puncak HUT Tribun di Clarion, handphone saya berdering. Andi Herry Iskandar (Wali Kota Makassar) menelepon: "Pak Dahlan," begitu Pak Wali Kota memanggil. "Sebenarnya saya sudah rencanakan check up kesehatan di luar kota. Saya tunda, karena saya ingin hadir di Clarion."
Terima kasih, terima kasih. Begitu selalu saya berkata. Kami terharu atas sambutan dan antusiasme yang luar biasa. Semula kami ragu mengundang beberapa pejabat penting -swasta, sipil, maupun militer--.
Kami khawatir: percuma saja, buang-buang undangan, toh yang hadir cuma wakilnya. Mending memberikan undangan kepada relasi yang benar-benar confirm akan hadir.
Kami keliru, rupanya. Dua-tiga hari menjelang acara, telepon teman-teman Tribun terus berdering menanyakan tiket, menanyakan undangan. Mereka semua pimpinan puncak di lembaganya masing-masing.
Beberapa teman dari tokoh warga Tionghoa mengirim SMS dan menelepon, menanyakan undangan. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pak Gideon Purnomo, pimpinan Telkomsel Pamasuka, mengonfirmasikan kehadiran beliau via Facebook.
"SELAMAT ULANG TAHUN TRIBUN TIMUR. SEMAKIN DEWASA & TETAPLAH MENJADI MEDIA PEMERSATU SERTA PENDORONG KEMAJUAN MASYARAKAT INDONESIA TIMUR. DIRGAHAYU TRIBUN TIMUR. Besok malem sy ikutan gabung di clarion, bang. Mo nonton BCL jg ...he..he..he," begitu comment beliau di Facebook.
Ucapan selamat membanjiri Facebook dan SMS. Banyak sekali doa tapi juga harapan. Terima kasih.
Pada tanggal 9 Februari, tepat di hari ulang tahun Tribun yang ke-5, relasi dari hotel, Mall GTC, dan Malla Ratu Indah (MaRI) membanjiri Tribun dengan kue ultah yang lezat-lezat.
Manajemen Hotel Clarion bahkan membawakan sarapan pagi. Pak Anggiat Sinaga, bos di sana, datang dengan topi kerucut warna kuning yang lucu.
Manajemen Hotel Sahid, Imperial, MGH, Santika, Horison, Quality, dan Panitia Imlek juga datang memberikan ucapan selamat. Demikian pula dengan Manajemen hypermat GTC dan Matahari GTC ikut memberikan ucapan selamat, disusul dengan MTC Karebosi. Tak mau ketinggalan: pengelola Pasar Sentral Makassar juga datang ke kantor Tribun.
Pimpinan Indosat dan Telkomsel juga memberikan ucapan dukungan. Banyak lagi, banyak lagi. Terima kasih.
***
YANG juga terasa istimewa, Direktur Kelompok Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia, Pak Herman Darmo dan Direktur Keuangannya, Pak Sentrijanto, ikut hadir.
Pada empat ultah sebelumnya, kami merayakannya secara sederhana saja. Tahun lalu agak besar di Hotel Sahid, dengan menghadirkan penyanyi Katon Bagaskara. Lumayan, seribuan undangan hadir.
Cuma, tahun lalu kami tidak mengundang pejabat. Pak Herman dan Pak Sentri pun tidak sempat hadir. Itu pula yang membuat suasana ultah tahun ini terasa berbeda.
Pak Herman dan Pak Sentri, dua nama yang tidak terlalu dikenal publik. Tapi kami di internal Persda mengenal keduanya, terutama Pak Herman sebagai Direktur Kelompok Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia, berada di balik kisah sukses nan dramatis dari kelahiran koran-koran daerah Persda dengan bendera Tribun enam tahun terakhir ini.
Koran Tribun sukses di mana-mana secara bisnis, bahkan menjadi trendsetter serta memberi inspirasi bagi koran-koran daerah lainnya.
Di Kompas Gramedia, publik dan lebih 10 ribu karyawan di grup koran terkemuka di Indonesia bahkan Asia Tenggara ini mengenal tokoh puncak, Pak Jacob Oetama. Sekarang CEO datang dari generasi kedua, Pak Agung Adiprasetya.
Di Persda, tokoh utamanya adalah Pak Herman. Pak Sentri sebagai tangan kanan beliau ahli mengatur keuangan dan bisnis.
Kalkulator Pak Sentri hebat benar. Pak Herman melahirkan konsep koran, mengimplementasikannya sementara Pak Sentri yang mengatur kas.
Generasi pertama koran Tribun lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur. Namanya Tribun Kaltim. Sukses di Kaltim membawa inspirasi dan semangat baru di Persda.
Pada 9 Februari 2003, Pak Herman dkk membidik Makassar. Konsep produk ala Tribun rupanya juga menuai sukses di Makassar dengan nama Tribun Timur.
Sukses Tribun Kaltim dan Tribun Timur membuat tim Persda makin percaya diri. Lahirlah Tribun Batam, Tribun Pekanbaru, dan Tribun Pontianak.
Sementara Metro Bandung dilahirkan kembali dengan nama Tribun Jabar. Pada 2 Februari lalu, terbit Tribun Manado. Seperti koran dengan bendera Tribun lainnya, Tribun Manado juga sukses luar biasa. Edisi perdana saja dicetak 40 ribu eksemplar dan langsung ludes di pasar.
Sebelum generasi Tribun lahir, Persda mengelola sejumlah koran seperti Serambi Indonesia (Aceh), Banjarmasin Post (Banjarmasin), Bangka Pos (Bangka Belitung), dan Pos Kupang. Koran-koran tersebut merupakan market leader (pemimpin pasar) di daerahnya masing-masing, sampai saat ini.
Dengan sekitar 14 koran daerah induk, Pak Herman sekarang memimpin grup penerbitan koran daerah yang oplah keseluruhannya lebih dari 300 ribu eksamplar.
Dengan taget 10 koran baru hingga 2010, juga tetap dengan mengibarkan bendera Tribun, maka Persda atau Tribun Group nantinya akan menjadi salah satu kelompok koran daerah terbesar di Indonesia.
***
TAHUN 2008, Tribun Timur mencatat beberapa capaian penting. Sejak November, untuk pertama kalinya sejak terbit, Tribun meluncur ke pasar dengan 36 halaman.
Itu artinya menambah 12 halaman dari biasanya hanya 24 halaman. Ini merupakan koran pertama di lingkungan Persda yang diizinkan Pak Herman dan Pak Sentri terbit 36 halaman.
Kenaikan jumlah halaman menjadi 36 -yang terbit dalam enam sesi-tidak dibarengi kenaikan harga. Ini "gila", kata sebagian teman. "Tribun rusak kalkulatornya," kata teman yang lain.
Menerbitkan koran 36 halaman, dengan harga eceran "hanya" Rp 2.000, jelas sulit dimengerti kalkulator bisnis. Harga koran normal dengan tebal 36, mengingat harga kertas dan biaya lainnya yang terus naik, mestinya sekitar Rp 7.000-Rp 8.000 per eksamplar. Tribun hanya menjual Rp 2.000 per eksamplar saja.
Dari mana Tribun mengambil uang untuk subsidi pembaca. Tentu saja iklan, tidak ada cara lainnya. Saya mengutip hasil survei lembaga terpercaya berikut ini:
Budget iklan di Makassar naik sekitar Rp 100 miliar menjadi Rp 506 miliar pada periode Januari-September 2008 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada periode itu, masih menurut lembaga survei independen tersebut, perolehan iklan Tribun tumbuh 12 persen, sedangkan omzet iklan koran lain turun 11 persen.
Jadi, bila Tribun naik, yang turun. Saya bilang ke teman-teman di kantor, memberi semangat: Mestinya, masa depan adalah era Tribun.
Di sisi sirkulasi, jumlah oplah juga terus tumbuh, apalagi sejak Tribun terbit dengan 36 halaman. Membangun brand yang superior dalam tempo lima tahun tentu belum cukup, tetapi membangun oplah yang besar, yang terbesar dan memimpin pasar, kenapa harus menunggu 27 tahun. Lima tahun sudah cukup, bahkan sudah lebih dari cukup.
Pertumbuhan Tribun Timur, juga koran-koran dengan bendera Tribun maupun koran lainnya di bawah bendera Tribun lainnya, merupakan anomali, pengecualian dari trend global dan trend koran di Tanah Air.
Di Amerika Serikat dan Eropa, sekarang ini musim gugur surat kabar. Oplah turun, iklan juga turun. Sementara, krisis global menghantam begitu dahsyat, menumbangkan para raksasa, termasuk perusahaan otomotif terbesar di dunia, General Motor.
Akibat krisis itu, banyak surat kabar mencoba menyelamatkan diri dengan memecat karyawan di pos-pos yang tidak penting, melakukan efisiensi habis-habisan, dan me-review rencana bisnis.
Yang tidak bisa melakukan kiat efisiensi, apa boleh buat: menutup total perusahaan, menghentikan edisi cetak dan fokus ke online atau mengurangi oplah cetak dan membangun edisi online.
Bulan Desember lalu, pemimpin redaksi dan pemimpin perusahaan koran daerah Persda melakukan rapat di Jakarta. Saya diberi kesempatan untuk melaporkan "apa yang terjadi" di IFRA Expo di Amsterdam, Belanda.
Saya melaporkan kecemasan pengelola surat kabar di Eropa mengenai masa suram akibat krisis ekonomi global, kecemasan yang sekarang terbukti.
Tapi, yang luar biasa, semua pimpinan koran daerah melaporkan pertumbuhan dari sisi iklan maupun sirkulasi. Di IFRA saya melihat suasana muram, di raker Persda saya melihat optimisme.
***
BILA kemudian para relasi begitu antusias menghadiri acara ultah Tribun, kami merasa itu merupakan dukungan moral yang luar biasa.
Dengan itu semua, kami semakin optimistis melewati tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya. Setelah lima tahun, ini saatnya berterima kasih, bukan berjanji.
Terima kasih kepada pembaca, terima kasih kepada para relasi. Dukungan dan doanya sungguh tak ternilai harganya.
Akhirnya, pengelola Tribun Timur adalah manusia. Sebagai manusia, kami tidak luput dari kesalahan dari kekhilafan. Untuk itu semua, kami mohon maaf.***
No comments:
Post a Comment