Ask the Tribun Timur Editor
Browsing di Google sebelum pulang kantor dan saya menemukan ini: hyperlocal news. Setelah ditelusuri, termasuk melalui Youtube, istilah itu sering juga dinamai hyperlocal journalism. Barang apakah ini?
Untuk gampangnya, mari kita ingat era kejayaan TVRI. Salah satu program berita favoritnya adalah Dunia Dalam Berita.
Untuk mereka yang berusia di atas 30-an tahun, mungkin masih ingat wajah Max Sopacua (kini politisi Partai Demokrat). Ia sering tampil di segmen berita itu, terutama untuk sesi berita olahraga Dunia Dalam Berita.
Dunia dalam berita atau berita dunia (world news) zaman sekarang ini miliknya CNN atau BBC. Cuma dia dalam bahasa Inggris. Sementara, untuk bahasa Indonesia, kita agaknya sulit menemukan world news di TV swasta kita sekuat brand "Dunia Dalam Berita".
TVRI menarik, barangkali, karena memang "seng ada duanya" ketika itu. Kita tidak punya pilihan. Internet belum seperti sekarang, kanal TV pun belum sebanyak sekarang. Pilihannya ya TVRI atau tidur.
Beberapa program siaran "Dunia Dalam Berita" di TV swasta kita tidak mampu lagi menyamai jayanya Dunia Dalam Berita-nya TVRI. Ada beberapa yang menarik, seperti siaran VoA-nya Metro TV, tapi tetap saja, pilihan sekarang sangat banyak.
VoA sedang siaran, tapi di channel sebelah juga menyajikan berita menarik, katakanlah gosip artis untuk ibu-ibu. Di channel sebelahnya lagi si Ipin lagi main. Terus di sana, TV lainnya lagi menyuguhkan laporan pertandingan Liga Spanyol antara Real Madrid melawan Barcelona. Di saluran sebelahnya lagi, Susno Duadji sedang membongkar makelar kasus di Mabes Polri.
Begitulah: tidak ada lagi kanal "Dunia Dalam Berita" sekuat TVRI. Bahkan, di zaman "kerajaan remote" sekarang ini, TVRI bahkan tidak mampu lagi membuat program sekuat itu.
CNN dan BBC adalah raja di segmen "world news", sementara TV swasta kita "mengalah" lalu menggarap segmen berita nasional. Di sanalah mereka bertarung.
TV lokal tidak sekuat TV nasional menggarap berita nasional. Maka, mereka bermain di berita lokal.
Demikian pula surat kabar. Segmen (halaman) internasional di koran nasional cukup satu atau dua halaman saja. Sisanya nasional, baik peristiwa, politik, hukum, maupun ekonomi. Berita lokal merupakan pemanis koran nasional.
Koran lokal memanfaatkan peluang itu untuk menggarap berita-berita lokal. Berita nasional cukup jadi partai hiburan saja. Apalagi berita internasional.
Nah, bagaimana dengan berita yang masuk ke kawasan-kawasan khusus dalam satu lokalitas? Itulah yang dimaksud dengan hyperlocal news. Kegiatan mencari, menulis, dan melaporkan berita di kawasan-kawasan khusus dalam satu lokalitas itulah yang disebut sebagai hyperlocal journalism.
Koran komunitas menerapkan konsep hyperlocal ini. Mereka masuk ke kawasan yang niche (ceruk), tidak menggarap pasar yang besar dari sisi cakupan maupun luas wilayah yang merupakan makanan koran lokal.
Di ceruk pasar yang sempit itu, hyperlocal news mengandalkan detail. Detail pada satu kawasan. Fokus ke satu titik. Seperti dokter spesialis, hyperlocal journalism menguasai sedikit (topik) tapi secara mendalam.
Koran lokal umum seperti dokter umum: tahu (memberitakan) semua, tapi dipermukaan saja.
Katakanlah hyperlocal news itu mencakup satu kawasan perumahan. Beritanya berisi jadwal petugas sekuriti, jam berapa portal ditutup, apakah ada kawinan di kompleks itu, apa yang ada rumahnya kemalingan, dan bagaimana tips menghindari payabo (pemulung).
Dalam kasus kemalingan, koran lokal umum mungkin hanya memberi tempat dua kolom, tapi koran hyperlocal memberitakannya besar-besaran, 2-3 halaman.
Apakah hyperlocal journalism itu sudah menjadi kebutuhan warga Makassar?
No comments:
Post a Comment