Friday, January 27, 2012

Kue dan Belanja Iklan Tahun 2012

Kue iklan tumbuh. Kue terbesar tetap ke televisi dan surat kabar. Kue iklan media online tumbuh pesat.

Selengkapnya:




BELANJA IKLAN: Tahun Ini Diperkirakan Naik Jadi Rp92 Triliun
Kamis, 26 Januari 2012 | 16:15 WIB
Raydion
JAKARTA: Belanja iklan di media massa pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp92 triliun, atau meningkat 14,71% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp80,2 triliun.

Sekjen Serikat Perusahaan Pers (SPS) Ahmad Djauhar
mengatakan industri media massa akan terus bertumbuh karena penetrasi media di masyarakat masih rendah.

"Penetrasi media masih sangat kecil, contohnya ada di surat kabar di mana 1 koran dibaca oleh 24 orang. Industri media massa masih punya potensi yang cukup besar," jelasnya dalam Outlook Industri Media 2012, Kamis sore 26 Januari 2012.

Adapun kue iklan terbesar masih diraih televisi, yakni sekitar 60%, diikuti oleh surat kabar sebesar 40%.

Dia menjelaskan pada tahun ini perkiraan kue iklan sebesar Rp55,5 triliun diraih media berbasis televisi lalu Rp27,7 ke surat kabar, dan kemudian majalah Rp1,85 triliun. Sisanya ke tabloid, radio, dan media luar ruang.

Dia menuturkan persaingan merebut kue iklan akan terjadi antara radio, majalah, tabloid, dan media yang masih tergolong muda yakni berbasis Online.

Pada tahun ini, jelas Djauhar, media Online diperkirakan merebut kue iklan hingga Rp1 triliun, setelah pada 2006 hanya Rp66 miliar dan 2009 sebesar Rp220 miliar.

Menurut dia, operator radio akan mendapat tantangan berat dari media Online karena gaya hidup masyarakat yang sudah jarang mendengarkan radio.

"Kue iklan akan semakin terbagi juga, karena TV berbayar juga akan semakin berpenetrasi, karena saat ini baru 3,5 juta rumah yang berlangganan, dan masih ada 12 juta potensi yang ada untuk berlanggangan TV berbayar," jelasnya.

Pada sisi lain, Djauhar mengatakan keberadaan surat kabar akan semakin kuat dengan perkiraan jumlah eksemplar pada tahun ini mencapai 30 juta eksemplar, atau naik 17,64% dibandingkan dengan tahun sebelumnya 25,5 juta eksemplar.

Adapun jumlah media cetak terus bertambah setiap tahun, pada 2008 sebanyak 1.008 judul, lalu 2009 mencapai 1.036 judul, 2010 tercatat 1.080 judul, dan 2011 hingga 1.366 judul.

"Setelah 1998, banyak lembaga media baru. Namun, sayangnya tidak sedikit pemilik media yang ikut mengatur konten, demi keuntungan sepihak," jelasnya.

Jauhar menambahkan surat kabar saat ini juga menjadi media untuk kepentingan tertentu, bukan lagi hanya sumber informasi.

"Cukup banyak pengusaha atau pejabat yang juga membuat surat kabar sehingga jika diserang orang lain, dia bisa mempertahankan diri," paparnya.

Di tempat yang sama,
Senior Advisor to CEO Kompas Gramedia Lukas Widjaja
mengatakan perusahaan media massa terutama media cetak harus adaptif menghadapi perubahan zaman.

Dia mengatakan ada kemungkinan beberapa puluh tahun kemudian tidak dikenal lagi istilah surat kabar karena kemajuan media berbasis teknologi informasi. (bas)

Sumber: Bisnis.com

--




The Local Breaking News




3 comments:

  1. Trend iklan media online global


    Dalam waktu dekat, internet diperkirakan akan menjadi media iklan terbesar kedua di dunia yang menyedot uang sebanyak Rp 312 triliun, atau seperempat dari belanja iklan yang ada.
    Demikan proyeksi yang disampaikan Manish Chopra, Director of Marketing and Operation PT Microsoft Indonesia.
    "Internet diperkirakan akan menjadi media iklan terbesar kedua di dunia pada 2013, menggantikan surat kabar cetak," ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (21/11/2011).
    Ia pun menuturkan, tren belanja iklan di media online secara global terus mengalami pertumbuhan pesat. Nilai belanjanya saat ini diperkirakan mencapai USD 80,2 miliar dengan pertumbuhan 17,2%.
    Kegiatan iklan melalui media online ini akan mendorong posisi pasar Asia Pasifik ke urutan nomor dua di bawah Amerika Utara, dengan prediksi belanja iklan yang meningkat tajam hingga mencapai USD 34,6 miliar atau sekitar Rp 312 triliun pada tahun 2015.
    "Hal ini akan memperbesar porsi kue iklan menjadi 26,2%," ujar Chopra lebih lanjut.
    Dengan porsi iklan yang seperempat di antaranya sudah disedot internet, tren ini, menurutnya akan berperan sangat penting dalam pertumbuhan belanja iklan di media massa secara umum, khususnya di Indonesia.
    Peluang itu pun coba dimanfaatkan Telkom yang menggandeng Microsoft. Menurut Indra Utoyo, Chief Information Officer Telkom, ada pasar yang terbuka untuk dibidik oleh pengiklan online, dan pasar itu akan berasal dari pengguna internet usia muda dan usia produktif.
    "Enam puluh empat persen pengguna internet di seluruh Indonesia, atau sekitar 28 juta orang, adalah kelompok usia 15-19 tahun," kata dia.
    Telkom Group sendiri memiliki 132 juta konsumen yang dinilainya potensial untuk digarap sebagai lahan bisnis iklan di media online yang tengah dibesutnya bersama Microsoft.

    Sumber: detikinet

    ReplyDelete
  2. Kue iklan surat kabar AS dikalahkan media online


    New York, NTT Online – Media online mulai membuktikan kejayaannya. Untuk pertama kalinya, pendapatan iklan dan pembaca online telah melampaui surat kabar cetak.
    Dari laporan terbaru, Pew Research Center's Project for Excellence in Journalism, pendapatan iklan online di Amerika Serikat menyalip pendapatan iklan di surat kabar pada tahun 2010.
    Studi ini juga menemukan bahwa lebih banyak orang -46 persen orang Amerika yang disurvei- mengatakan mereka mendapatkan berita online setidaknya tiga kali seminggu, melawan 40 persen yang mengatakan mereka mendapatkan berita dari koran dan situs pendamping media mereka. "Migrasi ke Web mengalami percepatan," kata Tom Rosenstiel, Direktur Project for Excellence in Journalism. "Penerapan pada komputer tablet dan penyebaran smartphone lebih mempercepat lagi.”
    Temuan terbaru menunjukkan bahwa surat kabar sedang menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi, tetapi juga karena banyak orang yang memilih untuk membaca berita dan informasi melalui online, dan pengiklan mengikuti mereka.
    Koran seperti Gannett, The New York Times dan McClatchy masih melaporkan penurunan pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang menikmati rebound dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010 turun 46 persen dalam empat tahun, atau sekitar US$ 22,8 miliar, dengan tambahan lebih dari US$ 3 miliar untuk iklan online.
    Sementara iklan online mencapai US$ 25,8 miliar pada tahun 2010. "Ini sebuah tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak dari belanja iklan online ini, 48 persen adalah iklan pencarian, sedikit yang berita keuangan," menurut penelitian itu.
    Koran merasakan dampak media online selama satu dekade terakhir yang mengakibatkan menyusutnya staf, termasuk reporter dan editor. Dikatkan dalam studi itu, redaksi saat ini 30 persen lebih kecil daripada tahun 2000.
    Untuk mengurangi merosotnya kue iklan dan menyusutnya pembaca koran cetak, maka surat kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. The New York Times, misalnya, sedang mempersiapkan untuk memulainya.
    Namun dari tiga lusin surat kabar yang menjual beritanya di media online, hanya 1 persen dari pembaca yang kemudian memutuskan membayar. Dua puluh tiga persen dari orang Amerika yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan membayar $ 5 per bulan untuk versi online jika koran lokal mereka tidak ada lagi.

    Sumber: nttonlinenews.com

    ReplyDelete
  3. Pertumbuhan Iklan Online di Indonesia:

    Pada tahun ini, jelas Djauhar, media Online diperkirakan merebut kue iklan hingga Rp1 triliun, setelah pada 2006 hanya Rp66 miliar dan 2009 sebesar Rp220 miliar.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...