Wednesday, July 2, 2008

DUDUK PERKARA SUSU FORMULA BERBAHAYA

Diskusi ini disiarkan secara langsung oleh Radio Merkurius FM, Makassar. Hadir sebagai pembicara, antara lain, dosen komunikasi Unhas Hidayat Nahwi Rasul dan anggota DPR RI Ali Muhtar Ngabalin serta pengacara Tadjuddin Rahman.


Sumber:
http://www.tribun-timur.com/viewrss.php?id=67118
Rabu, 05-03-2008 | 14:00:49
Pemerintah yang Aneh, Pilih Lindungi Produsen Susu ketimbang Bayi
Laporan: Andi Syahrir, tribuntimurcom@yahoo.com
Makassar, Tribun - Pemerintah diminta melindungi jutaan bayi ketimbang hanya memperhatikan sekelompok kecil produsen susu formula.
Hal itu mengemuka pada diskusi Obrolan Waroeng Kopi Mercurius dengan tema Kasus Susu Formula, di Antara Kegelisahan Masyarakat dan Tanggung Jawab Media. Diskusi disiarkan secara langsung oleh Radio Merkurius

Diskusi di Waroeng Kopi Phoenam, Makassar, itu barusan selesai beberapa saat yang lalu.

Hadir sebagai pembicara anggota Komisi I DPR RI Ali Mochtar Ngabalin, Pemimpin Redaksi Tribun Timur Dahlan, Direktur CICS Hidayat Nahwi Rasul, serta pengacara Tajuddin Rahman.

Sejumlah penanggap, baik yang mengajukan pertanyaan di arena diskusi maupun pertanyaan via telepon, memberikan kritikan kepada sikap pemerintah yang terkesan melindungi produsen susu formula karena menolak mengumumkan nama atau merek susu formula yang mengadung bakteri berbahaya, enterobakterus sakazaki.

Para pembicara mendesak BPOM dan pemerintah untuk mengumumkan merek susu formula berbahaya demi melindungi jutaan bayi yang tergantung pada produk susu non-ASI.

Pembicara lain menganjurkan kepada ibu rumah tangga untuk memberikan ASI kepada anaknya. ASI dianggap lebih aman dan lebih murah serta sehat untuk bayi.(*)



DUDUK PERKARA SUSU FORMULA BERBAHAYA

Bahan Diskusi Bersama Radio Merkurius, Makassar, 5 Maret 2008

· Hasil riset dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang dimuat dalam situs IPB:

- 22,73 persen susu formula atau lima dari 22 sampel dan 40 persen makanan bayi atau enam dari 15 sampel telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii

- Produk itu dipasarkan antara April - Juni 2006

- Sampel makanan dan susu formula yang di teliti berasal dari produk lokal

· Bagi bayi, bakteri ini sangat berbahaya. Bahkan dalam ilmu kedokteran dunia sepakat jika masuk dalam tubuh bayi dalam jumlah signifikan bisa membawa kematian.

REAKSI PEMERINTAH

· Miskinnya sense untuk melindungi masyarakat, kuatnya naluri untuk berdebat

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mensinyalir pengungkapan penelitian IPB merupakan salah satu bentuk perang produk.

"Maka dari itu, kita akan tanya dananya dari mana, dan untuk apa dia melakukan penelitian itu. Dan kenapa tiba-tiba dia meneliti."

· SOP terkesan lebih penting dari upaya melindungi masyarakat

Kepala BPOM RI Husniah Rubiana Thamrin Akib berkelakar: "Kita tidak mempublikasikan karena standarnya memang demikian, di mana-mana juga seperti itu. Lagipula kalau setiap hasil pemeriksaan dipublikasikan bisa menghabiskan lembaran koran."

· Ada saran tentang apa yang harus dilakukan tapi tidak praktis

Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Sri Irawati Susalit: "Masyarakat harus berhati-hati dalam membeli produk susu formula dan makanan bayi. Produk pangan yang tercemar enterobacter sakazakii membahayakan kesehatan bayi."

TENTANG SOP

Siaran pers BPOM Tentang Enterobacter sakazakii pada Susu Formula, Rabu, 27 Februari 2008 | 20:45 WIB

1. Mengakui bahaya Enterobacter sakazakii. “Secara klinis cemaran Enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi yang dapat berakibat fatal.”

2. Badan POM melakukan pengawasan susu formula melalui premarket evaluation sebelum pemberian izin edar dan post market control setelah produk beredar.

3. Hasil pemeriksaan cemaran tidak dipublikasikan sebagaimana Prosedur Tetap (Protap) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan negara lainnya.

4. Tindak lanjut dilakukan dengan memanggil produsen untuk menarik produk dari peredaran untuk kemudian dimusnahkan. Produk tersebut baru boleh beredar kembali setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil memenuhi syarat.

Pers, Apa yang Harus Dilakukan untuk Masyarakat

· Memberi pemahaman tentang duduk perkara

· Memberi saran tentang apa yang harus dilakukan dengan mewawancarai narasumber yang relevan dan kompeten

· Mendorong muncul solusi untuk di satu sisi melindungi masyarakat tapi di sisi lain melindungi produsen

=========================

Tribun Timur

Rabu, 27-02-2008

YLKI Desak Pemerintah Umumkan Merek Susu

BerbahayaKontroversi Susu Formula-Makanan Bayi Mengandung Bakteri Berbahaya


Hasil penelitian empat doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB) soal susu formula dan makanan bayi yang mengandung bakteri berbahaya, Enterbacter sakazakii, tidak membuat badan pengawasan obat dan makanan (BPOM) mengeluarkan rekomendasi larangan.
Malah, Kepala BPOM RI Husniah Rubiana Thamrin Akib memastikan seluruh produk susu formula dan makanan bayi yang beredar di pasaran tidak tercemar bakteri jahat dan aman dikonsumsi.
"BPOM melakukan pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel produk tersebut sepanjang tahun untuk mendeteksi kemungkinan adanya cemaran mikrobiologi, kalau produk yang bersangkutan ternyata bermasalah kita panggil produsennya dan minta mereka memperbaiki produknya," kata Husniah di Jakarta, Selasa (26/2).
Husniah menjelaskan, selain pemeriksaan terhadap cemaran mikrobiologi berupa bakteri termasuk bakteri penyebab diare (Salmonella sp, Eschericia colli, dan Enterobacter sakazakii), BPOM juga memeriksa kemungkinan adanya cemaran jamur dan mikroorganisme patogen (berbahaya) lain pada produk-produk tersebut.
Namun demikian, kata dia, pihaknya tidak mempublikasikan hasil pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk memastikan keamanan produk pangan itu kepada publik.
"Kita tidak mempublikasikan karena standarnya memang demikian, di mana-mana juga seperti itu. Lagipula kalau setiap hasil pemeriksaan dipublikasikan bisa menghabiskan lembaran koran," katanya berkelakar.
Sikap YLKI
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyayangkan tidak adanya informasi dari pemerintah terkait hasil penelitian terhadap sejumlah susu formula bayi yang terkontaminasi bakteri.
Ketua YLKI Huznah Zahir, mengatakan, seharusnya informasi ini disampaikan ke publik untuk kenyamanan konsumen.
"Segala penyimpangan terhadap suatu produk yang berhasil diteliti harus dipublikasikan. Penyimpangan tidak hanya berupa kandungan berbahaya dalam suatu produk, namun juga bila terjadi perbedaan kualitas produk dengan yang tertera di kemasan produk tersebut," katanya.
YLKI mendesak adanya langkah kongkret dari pemerintah serta menyampaikan kepada publik mengenai tindak lanjut yang sudah dilakukan instansi terkait.
Tujuannya, agar masyarakat tidak resah dan dapat menentukan pilihan atas produk yang akan digunakan.
Temuan IPB
Hasil penelitian empat doktor IPB tersebut benar-benar meresahkan ibu-ibu yang memiliki bayi.
Keresahan terutama karena IPB enggan melansir merek produk susu formula bayi yang mengandung E sakazakii.
Bagi bayi, bakteri ini sangat berbahaya. Bahkan dalam ilmu kedokteran dunia sepakat jika masuk dalam tubuh bayi dalam jumlah signifikan bisa membawa kematian.
Ketua penelitian ini, Dr Sri Estuningsih, mengungkapkan, penelitian melibatkan 22 merek susu formula produksi lokal dan 15 makanan bayi, juga produksi lokal.

Hasil penelitian menunjukkan dari 22 merek susu, ada lima atau 22,73 persen yang mengandung bakteri penyebab meningitis tersebut.
Sedangkan pada sampel makanan bayi, dari 15 merek, ada enam atau 40 persen yang mengandung E Sakazii.
Keseluruhan sampel diambil Sri dari susu formula dan makanan bayi yang dipasarkan periode April-Juni 2006.
Tentang Enterobacter
Di dunia kedoktera, E sakazakii berkerabat dekat dengan Salmonella dalam keluarga Enterobacteriaceae. Bakteri ini dikenal sebagai salah satu penyebab utama diare pada balita.
Susu formula bayi untuk usia nol hingga enam bulan merupakan media yang potensial bagi infeksi E sakazakii pada bayi.
Apalagi, untuk bayi yang baru lahir sampai usia 28 hari, bayi yang lahir prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan bayi dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh.
E sakazakii sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menyebabkan antara lain meningitis (radang selaput otak), necrotizing enteroclitis (radang usus), sepsis, bacteremia (peningkatan jumlah bacteri dalam darah), atau brain cyst (kista otak).
Bakteri jenis pertama kali ditemukan oleh Farmer dan kawan-kawan pada tahun 1980.
Rekomendasi WHO
Pada tahun 2005, badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), dan badan pangan dunia Food and Agriculture Organization (FAO), pernah dibuat repot oleh bakteri jenis ini.
Sebabnya adalah ditemukannya susu formula bubuk bayi yang mengandung E Sakazii di Jepang yang menyebabkan sejumlah bayi mengalami diare.
WHO dan FAO akhirnya merekomendasikan mewajibkan pemeriksaan cemaran E Sakazakii pada susu formula bayi.
Pada pertemuan mengenai E Sakazakii dan mikroorganisme lain dalam susu bubuk formula bayi tahun 2004, ahli WHO dan FAO menemukan fakta bahwa Salmonella jarang ditemukan pada produk susu bubuk formula jadi dan E sakazakii justru lebih banyak ditemukan di lingkungan pabrik dibanding Salmonella.
Kedua lembaga internasional itu mengeluarkan beberapa rekomendasi terkait pencegahan pencemaran E sakazakii karena meski informasi mengenai ekologi, taksonomi, keganasan dan karakteristik lain dari E Sakazakii sangat terbatas namun sesedikit apapun keberadaan mikroorganisme itu dinilai beresiko membahayakan kesehatan bayi dan balita.
WHO dan FAO juga merekomendasikan agar setiap produk susu formula dilengkapi dengan informasi jelas mengenai tata cara penyiapan, penggunaan dan penyimpanannya.
Di Indonesia, kata Husniah, hingga saat ini belum ditemukan kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh E sakazakii. "Kalau di sini, penyebab utamanya Salmonella dan E colli," kata Husniah.
Sikap Menkes
Di tempat terpisah, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mensinyalir pengungkapan penelitian IPB merupakan salah satu bentuk perang produk.
"Maka dari itu, kita akan tanya dananya dari mana, dan untuk apa dia melakukan
penelitian itu. Dan kenapa tiba-tiba dia meneliti," ujar Fadilah sebelum mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.
Menurut menkes, selain permasalahan tersebut, masih ada banyak persoalan yang
akan dipertanyakan dalam penelitian ini.
"Jadi bukan saja masalah expert atau tidak. Tapi maksudnya kenapa sih dia harus melakukan penelitian susu itu di situ. Kenapa tidak di Klaten, dan kenapa nggak di ini, memangnya di situ banyak yang mencret-mencret?" ujar Fadilah.
Menkes berharap masyarakat tidak resah. "Kita minta laporan BPOM, apakah penelitian itu signifikan atau tidak," ujarnya.

KOMPAS

YLKI : Susu Formula Aman Dikonsumsi

Selasa, 4 Maret 2008 | 16:53 WIB

BOGOR, SELASA - Produk susu formula yang beredar di masyarakat saat ini aman dikonsumsi karena telah sesuai standar nasional maupun internasional, kata pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Indah Suksmaningsih.

"Pemerintah tidak perlu paranoid. Perlu didorong untuk mengatakan bahwa produk-produk itu aman," katanya dalam diskusi mengenai temuan bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Darmaga, Bogor, Selasa.

Masyarakat juga tidak perlu resah dan kemudian menuntut diumumkannya merk susu yang oleh tim IPB dinyatakan terkontaminasi bakteri tersebut.

"Untuk apa tahu merk. Pemerintah harus memberikan jaminan bahwa produk-produk tersebut aman dikonsumsi," katanya.

Ia mengemukakan, pernyataan tersebut juga didasari fakta bahwa selama 50 tahun hanya 68 kasus akibat "E sakazakii" yang ditemukan di dunia.

Sekarang ini, lanjut dia, bukan waktunya untuk saling tuduh soal siapa yang paling benar dalam kasus ini. Penilaian mengenai valid tidaknya penelitian tersebut juga tidak seharusnya terjadi.

"Kalau perlu sekarang juga katakan bahwa produk susu yang sekarang beredar memenuhi syarat," katanya.

Indah Sukmaningsih mengakui, tidak ada risiko nol (zero risk) dalam produk pangan. Oleh karena itu, masyarakat harus ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi susu formula dengan mengikuti petunjuk dalam kemasan.

Sementara itu, Ketua Tim peneliti dari IPB, Dr drh Sri Estuningsih mengatakan, bakteri "E sakazakii" yang ditemukan dalam susu formula dan makanan bayi belum tentu menghasilkan racun (enterotoksin) yang menyebabkan penyakit.

"Bakteri dalam susu formula dalam kondisi ’sub-lethal’, ibaratnya untuk bertahan hidup saja susah," katanya.

Namun karena untuk keperluan penelitian yang membutuhkan kondisi ekstrim, bakteri yang diambil dari sampel susu formula tersebut ditanamkan pada media tertentu yang sangat cocok untuk menghasilkan "enterotoksin" tersebut.

"Bakteri E sakazakii", memiliki kemampuan bertahan pada produk kering namun sangat rentan terhadap panas. Bakteri akan tereliminasi pada suhu 72 derajat celsius selama 15 detik.

Jeda antara penyiapan dan penyajian dianjurkan tidak lebih dari empat jam dengan botol atau gelas yang sudah disterilkan. "Kerusakan zat gizi dengan pemanasan pada suhu 70 derajat celsius dilaporkan tidak signifikan," kata Estu.

IPB melakukan penelitian pada sampel produk susu dan makanan bayi pada tahun 2003, 2004 dan 2006. Penelitian pada 2003 dan 2004 lebih ditekankan pada pengembangan metoda identifikasi dan isolasi, sedangkan penelitian pada 2006 diarahkan untuk mengetahui faktor virulensi bakteri.

Penelitian tersebut masih merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk memperoleh informasi lengkap tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan pada kesehatan konsumen, sehingga dapat diketahu cara pencegahannya. (ANT)

Pemerintah Menolak Umumkan Daftar Susu Tercemar

Selasa, 4 Maret 2008 | 12:20 WIB

JAKARTA, SELASA - Pemerintah tetap tidak mengumumkan nama perusahaan susu yang pada 2003 sampelnya diteliti dan ditemukan terkontaminasi bakteri, dengan alasan untuk menghindari efek domino terhadap penggunaan susu oleh masyarakat.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari saat mengantarkan pemenang Nobel Kesehatan 2005, Dr Barry Marshall, untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/3), mengatakan, tidak diumumkannya nama perusahaan itu karena sejumlah alasan.

"Sebetulnya data itu tahun 2003 dan merek itu kini sudah tidak ada. Namun saya tetap menginstruksikan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) untuk mengecek beberapa jenis produk susu yang beredar di Indonesia," kata Menteri seperti dikutip Antara.

Ia mengatakan, bila nama perusahaan itu disebut namun ternyata dalam penelitian Badan POM terbukti produk perusahaan itu tak terkontaminasi bakteri, maka perusahaan tersebut tentunya dirugikan.

"Kalau ternyata dalam penelitian yang saat ini dilakukan tidak ditemukan (bakteri), kan kasihan perusahaannya. Selain itu, rakyat nanti malah jadi tidak minum susu semuanya," katanya.

Oleh karena itu, Menkes menyatakan, pihaknya masih menunggu penelitian yang dilakukan Badan POM terhadap produk susu dan makanan bayi yang beredar di Indonesia. (ANT)

Siaran pers BPOM Tentang Enterobacter sakazakii pada Susu Formula, Rabu, 27 Februari 2008 | 20:45 WIB

5. Mengakui bahaya Enterobacter sakazakii. “Secara klinis cemaran Enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi yang dapat berakibat fatal.”

6. Mengawasi sebelum dan setelah produk beredar. “Badan POM melakukan pengawasan susu formula melalui premarket evaluation sebelum pemberian izin edar dan post market control setelah produk beredar.

7. Hasil pemeriksaan cemaran tidak dipublikasikan sebagaimana Prosedur Tetap (Protap) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan negara lainnya.

8. Tindak lanjut dilakukan dengan memanggil produsen untuk menarik produk dari peredaran untuk kemudian dimusnahkan. Produk tersebut baru boleh beredar kembali setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil memenuhi syarat.

BPOM Tentang Enterobacter sakazakii pada Susu Formula

Rabu, 27 Februari 2008 | 20:45 WIB

JAKARTA, RABU - Sehubungan dengan adanya pemberitaan di media cetak dan elektronik serta pertanyaan kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM mengenai Enterobacter sakazakii, dengan ini disampaikan penjelasan sebagai berikut:

1. Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram-negatif yang tahan panas dan tidak membentuk spora.

2. Secara klinis cemaran Enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi yang dapat berakibat fatal.

3. Tahun 2005 World Health Assembly (WHA) menginformasikan kepada negara-negara anggota mengenai adanya kemungkinan cemaran mikroba Enterobacter sakazakii pada susu formula.

4. Pada tahun 2005 WHA mengeluarkan resolusi agar World Health Organization(WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) menyiapkan pedoman, pesan edukasi dan pelabelan produk tentang penyiapan, penyimpanan dan penanganan susu formula.

5. Badan POM melakukan pengawasan susu formula melalui premarket evaluation sebelum pemberian izin edar dan post market control setelah produk beredar.

6. Pemeriksaan cemaran mikroba merupakan bagian dari pemeriksaan rutin Badan POM terhadap produk pangan (termasuk susu formula) disamping cemaran jamur, logam berat dan lain-lain.

7. Hasil pemeriksaan cemaran tidak dipublikasikan sebagaimana Prosedur Tetap (Protap) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan negara lainnya.

8. Tindak lanjut dilakukan dengan memanggil produsen untuk menarik produk dari peredaran untuk kemudian dimusnahkan. Produk tersebut baru boleh beredar kembali setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil memenuhi syarat.

9. Pemerintah sangat memperhatikan kemungkinan pencemaran mikroba dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Air Susu Ibu (ASI), agar pada usia 0-6 bulan bayi hanya diberi ASI.

10. Pada keadaan tertentu dibutuhkan susu formula agar penyiapannya dilakukan secara higienis termasuk penyiapan botol, kebersihan dot, dan air yang digunakan serta kebersihan penyaji.

Sumber : BPOM RI

Rabu, 27-02-2008

Bakteri Baru

Ulasan Prof Dr dr Asaad Maidin SpMB, Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas, Spesialis Mikrobiologi Klinik

KEMUNGKINAN bakteri jenis ini (Enterobacter sakazakii) baru ditemukan di Indonesia karena dalam text book (buku panduan) sejauh ini belum tercantum dan memang baru saya dengar.
Jika ini termasuk entrobaktericea (bakteri), maka tergolong bisa memberikan gangguan pencernaan hingga infeksi pada usus. Jadi Sakazakii termasuk spesies dengan string baru.

Ini juga bisa masuk dikategori tidak terlalu berbahaya jika dalam takaran normal. Namun, dampak yang paling signifikan yang bisa disebabkan bakteri ini adalah diare.
Jika bakteri ini mengandung labil toksin, apabila dipanaskan dalam suhu 60 derajat Celsius maka bakteri berbahayanya bisa mati.
Tapi jika mengandung stabil toksin, bisa membahayakan karena biar dipanaskan hingga 100 derajat Celsius tetap bisa membawa bibit penyakit diare dan ini yang harus diwaspadai.
Apabila bakteri ini sudah menyerang pencernaan anak akan berbahaya dan bisa menghambat perkembangan gizi anak.
Jika diare yang menyerang anak tergolong akut, bisa menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan apabila anak mengalami kekurangan 20 liter air saja, bisa menimbulkan timbul keriput pada kulit. Ini bisa berbahaya.
Saran saya untuk tindakan pencegahan kalau memberikan konsumsi susu kemasan atau bubur bayi kepada balita diusahakan disajikan setelah dipanaskan dengan baik.

2 comments:

  1. Do you think the stylish of Hogan scarpe
    suitable you? hogan donna
    is a very good handbag’s brand but it still can offer many good shoes for you! Hogan scarpe uomo
    really a very good shoes brand! Hogan scarpe donna
    cater the needs of every fashion.

    ReplyDelete
  2. hi every person,

    I identified dahlandahi.blogspot.com after previous months and I'm very excited much to commence participating. I are basically lurking for the last month but figured I would be joining and sign up.

    I am from Spain so please forgave my speaking english[url=http://celeberitygossipta.info/].[/url][url=http://aslearnnewthings.info/].[/url][url=http://celeberitygossipnn.info/bookmarks].[/url]

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...