Saturday, November 17, 2012

Laporan Haji: Sarung Indonesia dan Warna-warni Afrika

Dahlan Dahi

Catatan Wartawan Tribun,
Dahlan Dahi, dari Mekah


JARANG ada bangsa di dunia yang mengenal sarung. Di antara yang sedikit itu adalah Indonesia, Malaysia, dan Brunai.

Hanya saja, selama proses ibadah haji, saya melihat hanya jamaah Indonesia saja yang terlihat mencolok memakai sarung bila ke Masjidil Haram Mekkah atau Masjid Nabawi di Madina.

Saya biasanya melihat ke bawah, ke arah kaki, bila hendak mencari orang Indonesia. Bila dia pakai sarung, hampir pasti dia jamaah asal Indonesia.

Ciri lainnya adalah tas kuning. Inilah tas "resmi" jamaah haji reguler. Jamaah ONH Plus biasanya memakai tas pemberian dari travel masing-masing. Karena itulah, warna dan modelnya berbeda-beda. Salah satu yang mempersamakan adalah sarung.

Tentu saja tidak semua jamaah Indonesia memakai sarung. Sebagian sudah menjadi seperti orang Pakistan atau Arab dengan membeli pakaian Muslim khas kedua negara tersebut.

Pakaian Arab dikenal sebagai gamis di Indonesia. Menjuntai sampai ke atas lutut, sambung dari atas ke bawah. Sedangkan pakaian Muslim ala Pakistan terdiri atas dua bagian, baju dan celana. Bajunya biasanya panjang, sampai ke lutut.

Tentu saja pakaian gamis Arab yang terlihat sangat dominan. Selain orang Arab yang memakainya, orang-orang Afrika dan Asia juga ikut-ikutan memakai gamis Arab. Sebagian kecil saja yang memakai pakaian ala Pakistan.

Jamaah Indonesia juga bisa dikenali dari pakaian batik. Pakaian ini sangat khas, tidak ada duanya. Departemen Agama membagi kain batik warna biru kepada setiap jamaah, termasuk jamaah ONH Plus. Kain tersebut lalu dijahit sendiri-sendiri.

Dari sisi warna, jamaah Indonesia dan Afrika tidak ada duanya. Jamaah dari dua kawasan ini senang memakai warna-warna mencolok seperti pink atau merah.

Gunanya tentu saja untuk memudahkan identifikasi group agar pemimpin jamaah tidak kesulitan mencari anggota kelompoknya. Hmm, harap maklum. Seringkali jamaah Indonesia, apalagi yang sudah berumur, kesasar lalu hilang. Butuh waktu berjam-jam untuk menemukannya.

Bagaimanapun, jamaah Afrika lebih gampang dikenali dari warna pakaiannya selain dari warna kulitnya. Warna pakaian ala Afrika ramai sekali dan mencolok: biru, kuning, hitam. Warna-warna ini terang benderang di antara lautan warna putih.

Jamaah Arab-Afrika seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko memakai gamis Arab tapi bukan putih melainkan warna-warni dan aneka corak.

Jamaah Eropa biasanya lebih santai. Ada yang memakai celana panjang biasa dan pakaian kerja tanpa dasi. Ada juga yang mengenakan atasan kaos warna putih saja.

Beberapa jamaah dari China malah lebih santai lagi: mengenakan celana olahraga dan kaos putih. Seperti hendak senam.

Begitulah. Lain bangsa lain pakaian lain warna.(*)


  Laporan ini dimuat di Tribunnews.com, tribun-timur.com, Tribun Timur edisi cetak 




Laporan Haji dan Umroh 




  

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...