Wednesday, July 2, 2008

Kereta Api Magnet, Makassar-Parepare Cuma 40 Menit

Menulis berita di Shanghai. Meliput kunjungan Wapres Jusuf Kalla



dari makassar ke shanghai, mengintip rombongan wapres kalla

Kereta Api Magnet, Makassar-Parepare Cuma 40 Menit

Dahlan,

Wartawan Tribun

melaporkan

dari

Shanghai, Cina



JUSUF Kalla nampak duduk di bangku kereta api. Di sebelah kirinya tampak Menteri Perhubungan Hatta Radjasa dengan rambut putihnya yang khas dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Seperti layaknya penumpang kereta api bersuspensi magnet (magnetic suspension train) di Shanghai, kota industri terpenting di salah satu negara raksasa ekonomi dunia, Cina, para pejabat itu duduk dengan tertib, lengkap dengan jas dan dasi.

Bedanya, Kalla dikelilingi petugas keamanan VVIP baik dari Cina maupun dari Paspampres RI. Seperti biasa, badan mereka tegap, dengan sikap yang tegas tanpa kompromi.

Hari itu, Rabu (19/4), pada hari kedua kunjungan ke Shanghai, kota berpenduduk sekitar 17 juta namun tidak sehiruk pikuk Jakarta yang hanya berpenduduk tujuh juta, Kalla mengunjungi stasiun kereta api bawah tanah (subway) dan kereta api magnet.

Wapres naik kereta api bawah tanah dari Jing An Subway Station menuju Long Yang. Hiruk pikuk rombongan wapres menarik perhatian para penumpang kereta, yang umum para profesional metropolitan.

Pengalaman naik kereta ini tidaklah luar biasa. Yang “ginian” mah di Jakarta juga ada. Sistem mass rapid tranportation (MRT) di Singapura jauh lebih bagus. Juga lebih seru karena dipenuhi gadis-gadis Singapura yang langsing dan pakaian yang mengikuti trend mode terbaru.

Yang luar biasa tentu saja kereta api bersuspensi magnetik. Kecepatan kereta buatan Siemens, Jerman, ini setengah dari kecepatan pesawat Boeing atau setara dengan kecepatan mobil balap F1 yang dikendarai Michael Schumacher.

Kecepatan maksimalnya sampai 500 km per jam. Karena dalam jarak dekat, Long Yang--Bandara Internasional Pudong, yang hanya dicapai delapan menit-- kereta jet darat ini hanya mampu lari pada kecepatan 430-431 kilometer per jam.

Saking kuatnya tendangan mesinnya, baru berjalan dua menit, speedo meter sudah menunjuk angka 200 kilometer per jam.

Jika kereta ini dibawa ke Makassar, maka jarak kota-kota penting akan terasa semakin pendek. Makassar-Parepare, yang biasanya ditempuh dengan mobil 2,5 jam, akan bisa ditempuh hanya dalam tempo 40 menit.

Jadi, kaum pekerja di Makassar yang sedang kesulitan membeli rumah karena harganya selangit di ibu kota provinsi tidak perlu repot. Beli saja rumah di luar kota, bahkan di Parepare, meski tempat kerja Anda di Makassar.

Dengan mobil, Jeneponto di ujung selatan dan Palopo di ujung utara tentu merupakan jarak yang panjang. Dengan kereta ini hanya membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam saja.

Kenyamanannya seperti naik pesawat terbang dengan tiket murah.

Kenyamanan dengan pesawat tiket murah ini sepertinya harus diuraikan. Sekarang ini, maskapai penerbangan di Indonesia berlomba-lomba menjual tiket murah.

Rumusnya sederhana saja: kurangi makanan jatah penumpang, cukup kacang saja. Rombak susunan kursi buatan pabrikan, persempit jarak antarkursi supaya pesawat kecil bisa memuat penumpang yang lebih banyak. Kenyamanan penumpang bukan jualan maskapai. Yang dijual adalah harga murah.

Sebaliknya, maskapai penerbangan asing, sebutlah Singapure Airlines, semakin memanjakan penumpangnya. Baru saja duduk dalam penerbangan Jakarta-Singapura, pramugari yang senantiasa mengumbar senyum, yang berbicara dalam bahasa Mandarin dan bahasa Inggris, segera menawarkan handuk kecil yang hangat.

Handuk hangat itu digunakan untuk membasuh muka yang keletihan setelah antre di pos imigrasi.

Dalam sekejap, penumpang kembali segar, untuk menikmati sajian on board audio visual, lagu, film, maupun game. Ada film-film terbaru, terbaru Harry Potter IV yang digemari anak-anak maupun film serius peraih Oscar sekelas Memoirs of Geisha.

***

Pemerintah Shanghai memberikan subsidi kepada para penumpang sebagai daya tarik bagi para investor. Penumpang ke bandara yang menunjukkan tiket pesawat akan mendapatkan diskon harga, dari biasanya 50 yuan menjadi hanya 40 yuan saja.

Sistem tranportasi Shanghai memang terlihat dirancang dengan sangat baik, bahkan merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Bayangkan saja, penduduknya 17 juta jiwa. Kendati dihuni mayoritas kaum professional, kaum terdidik, pengusaha, serta investor asing dan ekspatriat, kota ini –seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar-- juga menyimpan kawasan-kawasan kumuh.

Kriminalitas ala negara dunia ketiga seperti pencopet dan penipu juga tetap banyak. Di kawasan Shangyang, misalnya, para pencopet berkeliaran menanti mangsa warga asing yang berbondong-bondong belanja barang elektronik tiruan sangat murah.

Rumah-rumah kumuh juga terlihat di sana sini, di sela bangunan-bangunan jangkung yang tubuh subur di tanah komunis.

Agar tak terlihat dari jalan raya yang dipenuhi mobil-mobil mewah, tepi-tepi jalan yang menyimpan kawasan kumuh dipagari seng bercat bagus.

Tapi jangan bayangkan bahwa segala kekusutan itu akan tampak menghiasi wajah kota. Warga Shanghai yang mengenakkan jas dan dasi sambil bersepeda telihat memadati jalan. Sepede motor gaya skuter juga terlihat di jalan-jalan. Bahkan, jangan kaget, ada juga becak bermotor.

Kusutkah lalulintas Shanghai? Pengemis berkeliaran di mana-mana? Sampah bertumpukkan di mana-mana seperti kota-kota besar di Indonesia?

Jawabnya tidak. Heran juga, sangat sulit mencari sepotong sampah yang berserakan. Sangat sulit menemui kemacetan di metropolitan dengan dua juta mobil.

Pengelola kota Shanghai sepertinya layak ditiru dalam hal pengelolaan transportasi kota. Jalan-jalan selalu dilengkapi tiga unsur utama: highway (bebas hambatan), jalan dua-tiga meter untuk pejalan kaki (pedestrian), dan jalur khusus dua-tiga meter untuk sepeda motor, sepeda, dan angkutan umum nontaksi.

Dibanding jalan-jalan besar di Jakarta seperti Thamrin dan Sudirman, lebar jalan di Shanghai sebenarnya kalah. Hanya saja, Shanghai mampu mengelola sistem tranportasinya dengan baik. Pejalan kaki leluasa menikmati perjalanan di bawah rimbuhan pohon-pohon nan hijau dengan suhu rata-rata 20 derajat, pengendara sepeda menggayuh sepeda-sepeda tuanya dengan nyaman, dan para pengusaha berdasi dan pejabat bisa menikmati highway dengan nyaman pula.

Shanghai juga mengembangkan sistem jembatan penyeberangan dengan ekslator. Di Indonesia, sangat sulit meminta pengguna jalan menggunakan jembatan penyeberangan.

Masuk akal juga. Di bawah suhu terik 30 derajat, tentu tidak manusiawi memaksa pengguna jalan terengah-engah menaiki tangga sampai 20 meter.

Di Shanghai, masalah itu diatasi dengan eskavator, tangga berjalan layaknya di mal-mal bagus. Tangga berjalan itulah yang merangsang warga menggunakan jembatan penyeberangan, sambil bercengkerama dengan pacar atau teman-temannya.

Hasilnya, metropolitan yang nyaman, bukan cuma untuk warga berdasi, tapi juga untuk warga yang naik sepeda kumbang tua.***


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...