Wednesday, July 2, 2008

Shenzhen, Kota yang Dikunjungi Wapres

Sepeda, warisan budaya masa lalu Cina, masih tetap eksis di kota modern Shenzhen, salah satu kota besar di Cina modern.



shenzhen, kota yang dikunjungi wapres

Satu Laki-laki, Sembilan Perempuan


Dahlan,

Wartawan Tribun Timur,

Melaporkan

dari

Hongkong

KOTA Shenzhen yang dikunjungi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kamis (20/4), merupakan salah satu keajaiban ekonomi Cina selain kota-kota industri di bibir pantai dataran seperti Shanghai dan Tianjin. Ketika Deng Xiaoping mengunjungi kawasan yang bergunung-gunung dan selalu berkabut ini tahun 1970-an, penduduknya hanya 30 ribu orang. Itu pun mereka orang-orang miskin, yang rela menyambung nyawa melintasi sungai menuju Hongkong, untuk menyambung hidup.

Sekarang, lebih 20 tahun kemudian, kota ini berpenduduk hampir 10 juta, dari berbagai suku bangsa.

Perusahaan-perusahaan multinasional juga menghiasi kota yang setingkat kabupaten ini, termasuk warung kopi kelas dunia Starbuck di kawasan pusat kota, dekat Kingglori Plaza.

Sebelum disulap menjadi kawasan ekonomi kelas dunia, Shenzhen dihuni wanita-wanita berpakaian tradisional khas Cina. Sekarang, di alun-alun kota depan supermarket kelas dunia, Mal Mart, wanita-wanita Cina langsing berpakaian minim ala Barat lalu lalang dengan pacarnya, sambil berpelukan.

Tak jauh dari situ, berkibar bendera merah berlambang palu arit, perlambang yang kebingungan menjelaskan fenomena ekonomi kapitalis di negeri yang menghirup udara komunisme ala Mao sejak tahun 1921.

Pada tahun 1970-an, Presiden Deng Xiaoping mengunjungi Shenzhen, kampung yang dikenal menghasilkan buah leci lezat kegemaran keluarga kekaisaran di Beijing.

Visi besar Deng memberinya ilham penting yang menjadi awal kebangkitan Shenzhen menjadi salah satu kota industri kelas dunia: daerah ini dekat dengan Hongkong. Tanahnya luas, tentu saja harganya murah meriah. Tersedia

banyak calon buruh dengan upah rendah. Dia satu-satunya daerah potensial yang paling dekat ke Hongkong.

Pada saat yang sama, Hongkong telah menjadi kota metropolitan dunia, lengkap dengan industri kelas dunia. Untuk membangun pabrik, investor harus membeli tanah yang sangat mahal. Sekadar membangun rumah, mahalnya minta ampun. Dunia hiburan juga menguras isi kantong.

Shenzhen dibangun dengan semangat memberikan kepada investor apa yang tidak mereka dapatkan di Hongkong. Karena belum menarik, otoritas Shenzhen diberi keleluasaan untuk memberikan keringanan pajak superistimewa kepada calon investor. Proses pembebasan tanah dipermudah birokrasinya.

Proses imigrasi masuk Shenzhen juga dipermudahShenzhen dan Hongkong dipisahkan sebuah sungai. Untuk mempermudah akses transportasi, dibuatlah jalur bebas hambatan delapan jalur. Jalan itulah yang mengawinkan Hongkong dan Shenzhen. Jarak tempuhnya pendek, hanya sekitar satu jam.

Masalahnya, tanah Shenzhen berbukit-bukit. Investor menginginkan lahan yang rata, yang siap pakai. Deng Xiaoping tidak kehabisan akal. Ia mengerahkan 30 ribu tentara merah untuk merobohkan gunung menjadi lahan industri.

Berbekal status spesial economic zone (SEZ, atau free trade center seperti yang ingin dikembangkan Jusuf Kalla di sembilan daerah di Indonesia, termasuk Makassar), pemerintah lokal Shenzhen diberi keleluasan untuk membuat aturan yang menggoda investor.

Di antaranya, pembebasan dari tiga persen pajak pendapatan lokal dan keringanan pajak bagi perusahaan berbasis teknologi tinggi. Perusahaan berorientasi ekspor diberi keringanan biaya tanah 50 persen. Sudah murah, didiskon pula. Pajak bangunan dibebaskan selama lima tahun.

Bank asing diundang masuk dengan insetif bebas pajak selama lima tahun asal menggandeng mitra lokal. Investor juga dibebaskan dari pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN).

Semua fasilitas itu tentu saja sulit dicari samanya di dunia, apalagi di Indonesia yang terus terbelenggu dalam krisis politik, politisi yang "cerewet", pajak ini dan itu, birokrasi yang menyulitkan masalah yang mudah, dan pungutan dari segala penjuru mata angin.

Dengan segala kemudahan dan fasilitas yang ditawarkan Shenzhen, investor berlomba-lomba masuk ke kota yang selalu diselimuti kabut ini. Daya tarik utamanya tentu saja harga lahan yang murah. Secara sederhana dapat digambarkan, bila ingin membangun pabrik di Shenzhen, maka seluruh biaya membebaskan lahan, membangun bangunan pabrik, dan mendatangkan mesin-mesin sampai perusahaan operasional setara nilainya dengan harga tanah di Hongkong.

Ketika para pengusaha datang, Shenzhen didorong menjadi kota jasa: harus ada hotel dan tempat hiburan. Saat ini, kendati jaraknya hanya satu jam dari Hongkong, biaya investasi di Shenzhen empat kali lebih murah daripada Hongkong.

Demikian pula sewa hotel dan aneka hiburan. Di Shenzhen, tukang pijat "sederhana" dibayar 100-an yuan (sekitar Rp 110 ribu). Tarif di Hongkong lima kali lipat lebih mahal.

Investasi Hongkong merupakan 70 persen dari seluruh investasi di Shenzhen, 90 persen di antaranya berorientasi ekspor. Kota ini dikenal sebagai kawasan industri yang menghasilkan produk-produk teknologi tinggi (high tech) di bidang komputer dan piranti lunak, peralatan telekomunikasi, elektronik mikro, dan rekayasa hayati.

Pembangunan gedung-gedung jangkung terus berpacu dengan kebutuhan dunia industri. "Kalau Bapak datang lagi tahun depan, lahan-lahan kosong ini pasti sudah diisi gedung jangkung," kata seorang pemandu. Ayahnya seorang Jawa dan ibu Sunda, tapi ia lebih senang bekerja di Shenzhen.

***

LEDAKAN urbanisasi yang besar mulai dirasakan sebagai masalah Shenzhen dewasa ini. Seorang pemandu wisata sambil tertawa mengatakan, lebih sulit mencari laki-laki ketimbang gadis di Shenzhen. Katanya, perbandingannya, satu laki-laki berbanding sembilan wanita.

Sulit menjumpai para penjaga toko laki-laki. Di kantor Singapore Airlines, misalnya, dijaga dua orang wanita muda. Tidak ada laki-laki. Pekerja rendahan yang mengelola gedung jangkung tempat maskapai asal Singapura itu berkantor juga kebanyakan perempuan.

Dunia maksiat juga tumbuh subur. Hotel-hotel menyediakan "mandi kucing", satu lelaki dilayani tiga empat wanita, tergantung tebal-tipisnya isi kantor.

***

SEPERTI halnya kota-kota industri lainnya di Cina, Shenzhen juga merupakan pusat industri barang-barang bermerek yang palsu, mulai dari arloji Cartier dan Rollex hingga aneka tas mereka Bally.

Menghadapi sikap Pemerintah Cina yang gencar merazia penjualan barang-barang palsu, para pengusaha tidak kehabisan akal.

Ada sebuah toko yang terletak di lantai sembilan sebuah bangunan. Bila masuk ke gedung ini, tidak ada tanda-tanda akan ada toko di sana.

Ke luar dari lift di lantai sembilan, ada sebuah ruangan. Pintunya terbuat dari aluminium. Toko itu tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda ada aktivitas di sana.

Setelah bel berbunyi, terdengar suara pintu terbuka kayu terbuka. Ternyata toko itu memiliki dua lapis pintu. Seorang wanita sambil tersenyum mempersilakan pemandu yang sudah dikenalnya untuk masuk.

Setelah itu, pintu ditutup rapat. Pembeli dengan leluasa membeli arloji atau tas bermerek yang dipalsukan. Sebiji jam tangan Cartier hanya dijual 800 yuan (sekitar Rp 900 ribu). Harga aslinya sekitar Rp 6 juta!

“Ini barang palsu kelas A. Palsu, tapi bahkan lebih bagus dari yang asli,” kata seorang pemandu sambil tertawa.

Barang-barang palsu made in China ternyata berkelas-kelas, tergantung kualitasnya. Makin rendah kualitasnya, makin cepat rusak. Harganya tentu murah. Barang-barang Cina yang masuk ke Indonesia umumnya kelas C, yang murah meriah dengan kualitas seadanya.

Setelah transaksi berjalan, label-label harga barang, pertanda bahwa ia masih baru, dicopoti semua agar kelak bila ke luar dari gedung yang ramai itu, orang-orang tidak curiga.

***

KEMARIN, Wapres Jusuf Kalla dan rombongan meninggalkan Shanghai menuju Shenzhen dengan pesawat kepresidenan. Penerbangan berlangsung sekitar satu jam 45 menit.

Wapres mengunjungi Suzhou Industrial Park (SIP), kawasan industri hasil kerja sama Singapura-Cina.

Didirikan tahun 1995, SIP berkembang sangat pesat sebagai kawasan baru untuk berinvestasi. Majalah Newsweek menyebut Suzhou dan koran The New York Time menjuluki Suzhou sebagai satu dari sembilan kota teknologi baru di dunia dan merupakan eksperimen yang "baru dan berhasil".

Kalla, yang juga seorang pengusaha papan atas Indonesia, ingin mengembangkan kawasan perdagangan bebas di sembilan daerah di Indonesia, antara lain, Bintan, Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.

Kunjungan wapres diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat teknis untuk membangun kawasan industri, suatu ide besar yang perlu kerja keras untuk mengakselerasi jalannya pembangunan ekonomi Indonesia.

Syukur-syukur kalau bisa seperti Cina, yang dalam tempo sekitar kurang dari 30 tahun, telah mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia yang penting. ***

2 comments:

  1. To the owner of this blog, how far youve come?You were a great blogger.

    ReplyDelete
  2. For many people, the first type of Men’ Footwear that we believe that during the consideration of Hogan scarpe for men in May of tennis shoes or even a generic cross-training shoes. For others, they believe in May of Hogan scarpe donna , it depends on your background. In fact, this category of hogan donna covers a wide range of sports shoes and leisure activities ranging from golf and basketball and soccer shoes race. I tend to buy Hogan scarpe uomo against training only because I am involved in a wide range of sports and weightlifting, the race to play basketball.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...