Sunday, April 4, 2010

Paradoks Internet: Dari Global ke Lokal

Ask the Tribun Timur Editor
Inilah paradoks internet: dari global ke lokal.

Akses internet membuka kunci-kunci pintu dunia. Kita berselancar ke manapun kita mau, dengan cepat, tanpa halangan, dan gratis.

Mestinya, dengan demikian, kita menjadi warga dunia. Netizen, kata Hermawan Kartajaya.


Apakah dengan demikian, local tidak perlu lagi? Apakah global akan membunuh lokal? Tidak juga. Sebaliknya, local menjadi sangat penting. Dari global ke lokal, begitulah arahnya.

Internet memaksa lokal menjadi searchable di internet. Karena itu, local harus meningkatkan standar datanya menurut standar data global.

Barusan saya membaca postingan Jeff Jarvis tentang ini. Dia menulis tentang mobile=local.

Google menciptakan perangkat yang memungkinkan pengguna internet mengetahui lokasi dengan Google Maps. Selanjutnya, lewat handphone, Google Maps bisa menunjukkan di mana kita berada.

Mestinya, seiring dengan itu, berdasarkan informasi awal tentang lokasi dari Google Maps, Google pun menyediakan informasi tentang siapa teman kita di sekitar situ (katakanlah setelah berkolaborasi dengan Facebook dan Twitter), lalu menunjukan foto-foto apa yang terkait dengan lokasi itu (dengan fasilitas Flickr), atau video apa yang terkait (dengan bantuan YouTobe), dan berita apa yang terkait dengan (news sites dan blog).

Bila itu arahnya, maka data lokal menjadi sangat penting. Jika kita di Pantai Losari, Makassar, misalnya, dan Google Maps mampu melacaknya, maka segala informasi tentang Losari akan tersaji bersamaan, katakanlah, termasuk di mana makan pisang epe yang enak dan penjualnya tidak sering menimpu.

Itulah paradoksnya. Saya kira internet akan membawa kita makan McD. Rupanya, dengan internet, kita bisa menikmati pisang epe dengan lebih baik.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...