Monday, August 23, 2010

Video Perampokan Medan

Sebelum pulang dari kantor Tribun Timur di Makassar, teman TI memperlihatkan video kiriman Persda Jakarta.

Beberapa pria, dengan helm yang menutupi kepala, berbaju lengan panjang, tampak beringas mengobrak-abrik sesuatu, menguras isi sebuah tempat penyimpanan, dan memindahkan isinya ke dalam beberapa karung.

Di ruang yang tidak terlalu luas itu, dihiasi deretan meja-meja kerja, beberapa pria lain tampak mengawasi.

Setelah semua beres, mereka meninggalkan tempat itu: acak-acakan persis tumpukan kertas yang barusan diamuk badai.

Itulah rekaman CCTV dari Bank CIMB Niaga Medan, tempat 16 perampok bersenjata melakukan aksi nekat.

Sebelumnya kita tahu mengenai perampokan Medan: seorang Brimob ditembak mati perampok dengan senjata laras panjang sebelum ia mengokang senjatanya, dua satpam ditembak ketika hendak menolong, membawa kabur uang tunai Rp 1,5 miliar di dalam karung, dan kabur di Kota Medan yang hiruk pikuk dengan delapan sepeda motor pada siang hari.

Tidak satu pun perampok yang ditangkap pada hari kejadian. Polisi baru menangkap dua dari 16 tersangka hampir satu pekan setelah itu.

Artinya, betapa hebat perampok itu. Atau, betapa lemah sistem keamanan kita. Atau kedua-duanya.

Hari Senin ini, perampok bersenjata juga beraksi di Jakarta. Gagal, memang, tapi aksi-aksi kejahatan bersenjata itu membawa pesan yang sangat jelas: ada sesuatu dengan negeri ini.

Bahwa senjata-senjata pembunuh berlaras panjang bukan lagi milik ekskluisif TNI dan Polri. Ia milik organisasi teroris dan organisasi kriminal.

Dengan teroris saja kita repot, apalagi ditambah organisasi kriminal.

Polri, yang sedang turun pamor karena kinerjanya pada Susno dan rekening gendut, barangkali bisa berjaya memerangi teroris. Dukungan Amerika Serikat sangat jelas: dananya, skillnya, jaringannya, powernya, juga dukungan politisnya.

Terhadap organisasi kriminal? Mungkin tidak, sejauh kepentingan AS tidak tersentuh di sana.

Masih beruntung bahwa organisasi kriminal itu adalah organisasi perampok --sejauh yang kini kita ketahui.

Bagaimana kalau organisasi kriminal itu masuk ke jaringan obat terlarang? Bagaimana pula kalau masuk ke sel-sel organisasi politik?

Semua itu hampir tidak masuk akal setidaknya dari sudut pandang sekarang, saat ini. Tapi tidak mustahil ia berkembang ke sana --kalau pemimpin kita hanya sibuk berpidato dan menjaga citra diri.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...