Monday, December 5, 2011

Pabrik Mobil Daihatsu, Mengintip dan Test Drive

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi, dari Shiga, Jepang



Mengintip Pabrik Daihatsu di Jepang


BAGAIMANA Daihatsu merancang mobil irit, ramah lingkungan, tapi harganya hanya Rp 85 juta? Ini petanyaan orang Jepang saat ini setelah Daihatsu Motor Co Ltd sukses memproduksi dan menjual Daihatsu e:s Mira.

Mobil ini laris manis sejak diluncurkan di pasar Jepang, Sepember tahun ini. Pemesan sudah menembus angka 30 ribu. 

Kami, rombongan wartawan Indonesia, diajak masuk ke sebuah ruangan sangat rahasia di Shiga Plant, satu dari empat pabrik Daihatsu di Jepang. Dindingnya hitam dan kedap suara.

Tidak terlihat karyawan di situ. Mirip studio tanpa kursi. Di sinilah, saya kira, Daihatsu menguji ide, mengevaluasi, dan melahirkan terobosan di bidang desain.

Terlihat mobil e:s Mira warna putih. Seorang teknisi menyemprotkan angin berasap untuk melihat pergerakan angin ketika ditabrak mobil. 

Sorotan cahaya lampu pada asap memperjelas pola pergerakan angin yang cenderung melengkung. Demo itu memperlihatkan angin tidak bergerak lurus melainkan melengkung. Persis seperti itulah tampilan depan mobil dari kap, kaca, hingga atap. Melengkung. Seperti pola gerak angin.

Para ahli Daihatsu, para insinyur, harus belajar memahami angin. Ini karena tekanan angin berpengaruh besar menahan atau mendorong laju kendaraan. 

Sarjana angin, pada akhirnya, bahkan lebih besar peranannya pada desain hemat bahan bakar.

Dalam rangka uji coba, bodi mobil dilubangi untuk mengetahui tekanan angin. Ini dilakukan tim desain untuk memastikan bahwa model mobil tidak menghalangi kecepatan. Semakin "kompatibel" dengan pergerakan angin semakin baik. Lengkungan, kalau perlu, dipangkas saja demi memuluskan jalannya mobil menerobos angin.

Itulah salah satu rahasia irit BBM ala e:s Mira, yang mampu lari sejauh 30 km per satu liter. Mobil mirip Sirion ini hanya digerakan mesin 660 cc.

Saya jadi paham bahwa mendesain mobil pun perlu belajar angin.

***

SHIGA Plant atau nama resminya Daihatsu Shiga Development Center terletak dua jam bermobil dari Osaka, kota ketiga terbesar di Jepang. Suhu cuku dingin, sekitar 15 derajat Celcius, ketika kami tiba di sini.

Shiga Plant dikelilingi lintasan untuk test drive. Terdiri atas tiga lajur, pada lajur paling kanan didesain dengan kemiringan sekitar 90 derajat.

Saya kira uji coba tabrakan juga dilakukan di sini. Beberapa mobil baru saya lihat hancur bagian depannya. Ada yang mengeluarkan air bag.

Kawasan pabrik ini menempati areal 600 ribu meter per segi. Hanya ada sekitar 350 karyawan. Jadi bayangkan betapa sepinya. Sebulan, Shiga Plant menghasilkan sekitar 20 ribu unit mobil.

Sebagian terbesar produksi Shiga Plant untuk pasar Jepang, sisanya Eropa. Produk terbesar mereka sekarang adalah e:s Mira.

Selain memproduksi, Shiga Plant merupakan pusat riset dan pengembangan. Di sini lintasan test drive sepanjang 1,3 kilometer tempat mobil-mobil Daihatsu dicek kecepatan dan konsumsi bahan bakarnya.

Rombongan wartawan Indonesia disambut Masahiro Fukutsuka, pejabat senior Daihatsu Plant. Pria tinggi dan murah senyum ini secara resmi menjabat Senior Excutive Officer Daihatsu Shiga Development Center.

Fukutsuka didampingi Shigeharu Toda, pejabat eksekutif yang ramah dan bisa berbahasa Indonesia. Dulu dia pernah bertugas di Jakarta.

Kedua pejabat ini, tentu saja dengan seluruh stafnya, mengikuti semua rangkaian acara sekitar empat jam, mulai dari penyambutan, test drive Mira dan Copen, hingga acara diskusi.

Di Shiga Plant, tidak sulit mencari pejabat yang bisa berbahasa Indonesia. Salah satu penerjemah kuliah satu tahun di UGM Yogya. Ada juga karyawan Daihatsu, Pak Priyo, yang asal Indonesia. 

***

KAMI diberi kesempatan untuk melakukan test drive dua jenis mobil, Copen dan e:s Mira. Copen ini bisa dibuka atapnya dengan sekali menekan tombol. Cuma dua kursi. Jadi anak muda banget.

Mobil ini sudah dipasarkan di Jepang. Bagaimana dengan pasar Indonesia? Sulit, kata seorang karyawan Daihatsu. Bodi Copen terlalu pendek, itulah masalahnya.

"Copen tidak cocok untuk pasar Indonesia. Soalnya banyak polisi tidur dan jalan berlubang," kata seorang karyawan Daihatsu sambil tertawa.

Daihatsu e:s Mira lumayan pas. Selain harganya murah, city car ini dilengkapi teknologi irit BBM yang cocok untuk kondisi kota-kota Indonesia yang suka macet.

Untuk menghemat BBM, mesin Mira berhenti dengan sendirinya ketika kecepatan melemah di bawah tujuh km/jam. Mobil akan bunyi secara otomatis setelah kita mengangkat injakan rem.

Mobil ini juga dirancang untuk bisa ke luar-masuk dengan lincah di gang-gang perumahan.

Kapan masuk Indonesia? Marketing Director PT Astra Motor Indonesia, Amelia Tjandra, belum memberikan jadwal yang pasti. Ia mengatakan pihaknya sedang fokus menjual All New Xenia.

Bagaimanapun, teknologi Mira yang irit BBM serta ramah lingkungan bisa saja diadopsi oleh mobil-mobil Daihatsu lainnya.***

Laporan ini juga dimuat di Tribunnews.com dan beberapa jaringan online maupun print Tribunnews.com Network

--

TRIBUNnews.com
www.tribun-timur.com
www.tribun-medan.com

Dahlan Dahi
dahlandahi.blogspot.com
facebook.com/dahlan.dahi
twitter.com/dahlandahi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...