Saturday, November 17, 2012

Haji Indonesia dari Mancanegara

Dahlan Dahi


Catatan Wartawan Tribun, Dahlan Dahi, dari Mekkah

DIALEK Surabaya-nya sudah luntur setelah lebih 30 tahun bermukim di Singapura. Pria pengusaha ini menikah dengan wanita Palestina dan menetap serta menjadi warga negara Singapura.

Bagaimanapun, pengusaha yang bolak-bolak Singapura-Jakarta dan bermitra dengan beberapa pengusaha Malaysia ini masih tetap cinta Indonesia kendati ia berbicara dalam logat Melayu.

Di rumah, ia berbicara dalam bahasa Arab, sedangkan dengan rekan-rekan bisnisnya ia bercakap dalam bahasa Melayu dan Inggris.

“Indonesia harus bangga karena merebut kemerdekaan dari tangan penjajah,” kata putra veteran asal Surabaya ini. “Singapura tidak bisa menyebut diri ‘memproklamasikan kemerdekaan’ seperti Indonesia. Mereka hanya merayakan ‘hari kebangsaan’,” tambahnya.

Singapura “diserahkan” Inggris, sedangkan Indonesia harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk merebut kemerdekaan. Itulah sebabnya mengapa Indonesia setiap tahun merayakan hari ulang tahun “Proklamasi Kemerdekaan RI”.

Saya bertemu dengan pria energik ini di restoran Hotel Hilton Mekkah, Arab Saudi, pada suatu sarapan pagi. Dia naik haji dari Singapura.

“Kami dari Indonesia berjumlah 680 orang,” katanya tentang jamaah haji Singapura yang berasal dari Indonesia.

Berada di Mekkah dan Madinah, dua Tanah Suci, seperti berada di negeri sendiri. Banyak pengguna bahasa Indonesia, selain restoran dan aneka makanan Indonesia. Juga banyak jamaah Indonesia.

Berbagai macam pengumuman disampaikan dalam bahasa Indonesia (atau bahasa Melayu). Di Raudah (Masjid Nabawi, Madinah), dan Masjidil Haram (Mekkah) terdapat banyak sekali petunjuk dan pengumuman dalam bahasa Indonesia (selain tentu saja bahasa Arab dan Inggris).

Petugas-petugas Masjidil Haram banyak yang menggunakan kata-kata sederhana bahasa Indonesia. Misalnya, apa kabar, lewat sini, silakan duduk, berdiri... Banyak pula petugas kebersihan masjid berasal dari Indonesia.

Di Madinah, saya bertemu dengan rombongan jamaah haji yang berangkat dari Korea Selatan dan Jepang. Mereka membawa spanduk “Indonesia” dan berfoto bersama di pelataran Masjid Nabawi. Jumlah mereka sekitar 200 orang.

Saya sedang duduk di pelataran depan pintu Kakbah, Kamis (8/11) waktu Saudi, ketika seorang anak muda berjenggot, berkulit sawo matang, dengan kumis dicukur habis duduk persis di sebelah saya. Anak muda itu berseru, “Hei, apa kabar? Anda dari Jakarta?”

Kemudian dia memperkenalkan diri sebagai orang Thailand keturunan Indonesia. Di lengannya ada gelang biru khas jamaah haji dari Asia Tenggara. Para pengurus jamaah haji Asia Tenggara ini juga kebanyakan dari Indonesia.

Ada juga Haji Sangkala. Pria paruh baya ini warga negara Malaysia yang menetap di Sabah. “Saya masih keturunan Bugis. Nama keluarga saya Sangkala,” katanya dalam logat Melayu. Ia ditemui ketika hendak berusaha mencium Hajar Aswat di pojok kanan pintu Kakbah.

Total jamaah haji dengan paspor Indonesia sekitar 220 ribu orang jamaah reguler dan sekitar 17 ribu jamaah ONH Plus. Mereka merupakan bagian dari sekitar tiga juga jamaah haji tahun ini. (*)
* Laporan ini dimuat di Tribunnews.com, tribun-timur.com, Tribun Timur edisi cetak

 
* Dimuat juga di harian Serambi Indonesia, Aceh (Tribun Network)


Laporan Haji dan Umroh
 


 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...