Saturday, November 17, 2012

Jamaah Haji Belanja Lima Kali Sehari

Dahlan Dahi

SEORANG pengelola ONH Plus bercerita begini: Pedagang emas Arab terheran-heran dengan nafsu belanja orang Indonesia. Hanya orang Indonesia yang sekali membeli emas langsung memborong si kuning dengan nilai 200 ribu Real (sekitar Rp 50 juta). Biasanya, jamaah haji lainnya, paling banter membeli 10 kali lipat lebih rendah.

Memang, semangat berbelanja jamaah haji Indonesia luar biasa. Seperti salat lima waktu. Lima kali salat lima kali pula belanja.

Ini terutama di sekitar Masjid Nabawi di Madina, ketika prosesi haji sudah beres. Hampir seluruh pintu ke luar jamaah Masjid Nabawi dibanjiri pedagang kaki lima, yang kebanyakan berasal dari Afrika.

Para pedagang itu menjual aneka barang seperti pakaian, mainan anak-anak, tasbih, perhiasan emas palsu, dan Al Quran. Ada juga buah-buahan.

Mereka menggelar dagangan khusus menanti jamaah usai salat. Tak peduli terik matahari di siang hari, tak peduli gelap di subuh hari. Pedagang dan pembeli melakukan transaksi usai salat, dan ehem, kebanyakan pembeli adalah orang Indonesia.

Beberapa toko di sekitar Masjid Nabawi juga buka setelah salat subuh. Tutupnya lebih lama, menanti jamaah usai salat isya.

Jamaah haji dari Eropa atau Turki dan negara-negara Arab lainnya juga terlihat berbelanja, namun umumnya hanya membeli barang yang terkait dengan kegiatan ibadah. Sebut misalnya sajadah, pakaian Arab (jubah panjang), tasbih, atau sandal.

Tidak demikian dengan jamaah Indonesia. Semua barang-barang itu juga dibeli jamaah Indonesia. Lebih dari itu, jamaah Indonesia membeli karpet, mobil-mobilan, dan perhiasan emas (yang asli maupun palsu). Pulpen juga diborong. Luar biasa.

Jamaah haji Indonesia setiap tahun berjumlah lebih 200 ribu orang. Para pedagang di Madinah maupun Mekah, yang umumnya orang Bangladesh, Pakistan, dan India, serta Arab sudah tahu betul bahwa jamaah Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan. Mereka membawa uang banyak, jarang menawar, dan suka memborong.

Karena itulah, para pedagang berusaha keras belajar bahasa Indonesia. Mereka hafal betul kata-kata “ayo belanja”, “gratis”, “murah”, dan seterusnya. Mereka juga sangat paham hitungan angka-angka demi memudahkan transaksi dengan pembeli Indonesia.

Rata-rata barang yang dijual di Mekah dan Madina adalah buatan China seperti tasbih, kopiah, dan sajadah, serta mainan anak-anak. Sebagian garmen dan aneka perhiasan buatan India.

Harga barang terhitung murah. Harga baju Muslim ala Arab misalnya hanya 20 Real (sekitar Rp 50 ribu).

Faktor harga yang murah inilah yang mendorong jamaah ramai-ramai membeli. Hitung-hitung, daripada membayar laundry hotel, mending beli yang baru saja.

Kebiasaan belanja jamaah Indonesia yang gila-gilaan bukan saja menghidupkan ribuan toko dan pedagang kaki lima di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Perusahaan kargo juga tumbuh pesat. Maskapai penerbangan hanya memberi toleransi bagasi 25 kilogram. Selebihnya harus bayar cukup mahal, 18 dolar Amerika Serikat per kilo. Karena itulah, jamaah lebih senang mengirim barang ke Indonesia melalui kargo ketimbang membayar kelebihan berat bagasi di pesawat.

Pengelola travel Indonesia sudah hafal betul bagaimana menangani kelebihan bagasi. Petugas haji harus juga mahir mengurus seluk-beluk pengiriman barang ke Indonesia, tidak cukup hanya fasih membimbing ibadah jamaah haji.

Laporan ini dimuat di Tribunnews.com, tribun-timur.com, Tribun Timur edisi cetak



Laporan Haji dan Umroh 




 
 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...