Saturday, November 17, 2012

Laporan Haji: Mengapa Ayam dan Daging?

Dahlan Dahi

Catatan Wartawan Tribun, Dahlan Dahi, dari Madinah


TRIBUN-TIMUR.COM-HAMPIR 20 hari di Tanah Suci lewat program ONH Plus, saya bertanya-tanya kenapa kok banyakan menu ayam dan daging, bukan ikan?

Oooo... Ini rahasianya. Seorang petugas katering menceritakan, harga ikan tiga kali lipat lebih mahal daripada daging maupun ayam.

Harga sekilo ayam, misalnya, hanya lima Real (Rp 13.500) sedangkan ayam 20 Real (Rp 34 ribu).

Saudi memang punya wilayah laut di Jeddah, tapi makanan utama orang Saudi adalah daging sapi maupun kambing serta ayam.

Untuk konsumsi jamaah, travel-travel Indonesia sudah terbiasa bekerja sama dengan perusahaan katering yang dikelola orang Indonesia. Dengan ini, jamaah bisa mengonsumsi menu dan masakan Indonesia selama menjalankan ibadah haji.

Sudah dua kali kami pindah hotel, dua kali pula perusahaan kateringnya milik dan dikelola orang Sunda.

Mereka menyiapkan menu ayam goreng, daging, sayur bening, sayur kuning, dan makanan Indonesia lainnya. Di Mekah, sempat 2-3 kali kami disuguhi menu ikan bandeng goreng dan kuah.

Menurut seorang petugas katering, Saudi memproduksi ikan bandeng juga. Cuma kebanyakan diimpor dari Mesir. Banyak ikan di Arab didatangkan dari Mesir melalui jalur jalan darat.

Perusahaan katering Indonesia biasanya bekerja sama dengan hotel untuk menyediakan makanan Indonesia.

Tahu dan tempe tidak perlu lagi diimpor dari Indonesia. Ada seorang pengusaha Indonesia di Jeddah yang memproduksi dua bahan makanan khas Indonesia itu.

Memang agak repot bagi hotel untuk menyediakan chef (juru masak) sendiri. Maklumlah, target pasar mereka, yakni jamaah haji, datang dari berbagai negara di dunia. Tentu sulit menyediakan berbagai macam keahlian juru masak, apalagi pasar jamaah haji bersifat musiman.

Jalan pintasnya, ya, hotel menggandeng perusahaan katering. Pihak yang bekerja sama bisa dari hotel atau sekalian travel membawa perusahaan katering mitranya. Hotel tinggal menyediakan tempat, kursi, dan meja. Yang lainnya, termasuk petugas, disiapkan katering.

Di hotel di Madinah, kami satu hotel dengan jamaah dari Turki. Walau makan di restoran yang sama namun tempat, menu, dan petugas kateringnya berbeda.

Hmm, beberapa kali jamaah Turki saya pergoki mencicipi makanan Indonesia. Sekelompok ibu-ibu Turki saya lihat mengambil sepiring penuh ayam goreng masakan Sunda dan memakannya dengan roti maryam.

Untuk urusan beras, kadang perusahaan katering memasakan beras Indonesia. Tidak jarang pula mereka menggunakan beras Thailand yang terkenal itu.(*)

Laporan ini dimuat di Tribunnews.com, tribun-timur.com, Tribun Timur edisi cetak

Laporan Haji dan Umroh 




 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...