Monday, September 1, 2008

Inikah Akhir Era Pasar Tradisional?

Ask the Tribun Timur Editor

Dibanding pasar modern, pasar tradisional kalah dalam hal: Kenyamanan, kepastian harga, keamanan.
Setiap kali menjelang ramadan, pasar tradisional kalah lagi dalam satu hal yang paling penting, soal harga. Bila pedagang di pasar tradisional berlomba-lomba menaikkan harga, sebaliknya, pengelola pasar modern berlomba-lomba memberikan diskon.

Sumber: Tribun Timur, Makassar

Senin, 01-09-2008
Lebih Murah, Warga Makassar Serbu Mal
Pusat Perbelanjaan Tawarkan Paket Diskon; Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok Lebih Murah dari Pasar Tradisional; Buru Kebutuhan Ramadan, Konsumen Rebutan Troli

Makassar, Tribun - Ribuan warga Kota Makassar dan sekitarnya menyerbu sejumlah pusat perbelanjaan yang berada di beberapa mal di Makassar, Sabtu (30/8) hingga Minggu (31/8) malam.

Dari pantauan Tribun, antren panjang terjadi Carrefour Panakkuang Square, Carrefour Pengayoman (eks Alfa), hypermart Panakkungan, dan Makro di Jl Sultan Alauddin.
Sebagian besar warga berburu kebutuhan pokok, terutama bahan makanan, untuk bulan puasa menyusul masuknya 1 Ramadan. Mereka berburu ayam potong, daging sapi, sayur mayur, tepung terigu, sirup, soft drink, dan bahan pokok lainnya.
"Kondisi ini (antrean konsumen di kasir) sudah berlangsung dalam tiga hari terakhir. Makanya, konsumen agak susah mendapat troli dan mereka harus antre," kata Customer Service Carrefour Panakkukang, Syeri.
Membanjirnya pengunjung di pusat perbelanjaan modern tersebut karena sebagian besar paket diskon yang ditawarkan berakhir kemarin.
Manajemen hypermart Panakkukang juga menyebutkan terjadi lonjakan konsumen di akhir pekan ini yang bertepatan dengan masuknya bulan Ramadan.
Ekonom Universitas Hasanuddin, Dr Muh Toaha MBA, mengatakan, konsumen lebih tertarik ke pasar modern (pusat perbelanjaan sekelas supermarket dan hypermarket) karena lebih banyak pilihan.
"Kecenderungan sekarang, konsumen yang mau berbelanja banyak akan ke pasar modern. Sedangan untuk yang belanja sedikit ke kios atau pasar tradisional," kata Ketua Jurusan Manajamen Fakultas Ekonomo Universitas Hasanuddin (lihat, Lebih Banyak Fasilitas).

Dapat Diskon
Sejumlah warga yang ditemui mengakui, harga yang ditawarkan oleh pasar modern lebih murah dibandingkan dengan sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Terong, Pasar Pa'baeng-baeng, dan Makassar Mal (eks Pasar Sentral).
"Karena saya anggota Matahari Club Card (MCC), saya mendapat diskon khsusu 20 persen saat membeli ayam potong, daging, dan sayuran (fresh food). Dari struk belanja, saya bisa hemat sekitar 75 ribu untuk pembelanjaan sekitar Rp 550 ribu," kata Ny Nani.
Selain barang fresh food, konsumen hypermart juga bisa membeli minyak goreng Kunci Mas dengan harga Rp 20 ribu untuk kemasan dua kilogram (kg).
Sedangkan di kios atau pasar tradisional, barang serupa dijual Rp 24 ribu hingga Rp 26 ribu. Namun pihak hypermar membatasi pembelian maksimal dua kemasan untuk setiap transkasi konsumen.
"Kami ingin konsumen mendapat secara merata sehingga tidak yang membeli lebih banyak," kata seorang kasir di pusat perbelanjaan ini.
Antrean panjang juga terjadi di kasir hypermart Panakkukang. Semua counter kasir di tempat ini beroperasi penuh dan konsumen rela mengantre hingga 30 menit. "Tidak apa-apa kami antre, karena udaranya juga masih sejuk," kata konsumen bernama Tini.

Bonus
Di Carrefour Panakkukang, konsumen berburu minuman soft drink dan sirup. Untuk minuman Cocacola, misalnya, konsumen membayar untuk harga dua botol kemasan dua liter akan mendapat satu botol gratis (bayar dua dapat tiga).
"Ini paket beli dua gratis satu. Sedangkan barang lainnya seperti buah-buahan juga kami jual dengan harga murah selain diskon khusus 20-30 persen untuk peralatan elektronik," kata Syeri.
Pusat perbelanjaan ini juga menjanjikan hadiah Umrah bagi konsumen yang berbelanja




Senin, 01-09-2008
Lebih Praktis
ulasan dosen unhas


ADA banyak alasan, mengapa tren yang terjadi di masyarakat itu lebih banyak memilih untuk berbelanja di pasar modern.
Hal itu bisa disebabkan masyarakat kita umumnya sudah banyak yang terbiasa senang ke mal.

Apalagi harga yang ada di pasar modern itu sudah fix (tetap).
Tidak perlu repot menawar lagi, sementara warga kita sekarang ini sudah sangat sibuk dengan aktivitasnya, dan untuk melakukan penawaran dengan pedagang butuh waktu lagi.
Saat ini yang (pergi berbelanja) ke pasar tradisional adalah rata-rata warga yang dekat dari pasar dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah, serta relatif mereka yang suka tawar- menawar.
Ini yang menjadi tantangan bagi pedagang tradisional yang memiliki model terbatas.
Kelihatannya juga, warga yang suka belanja di pasar modern adalah mereka yang berada di kelas menengah atas sehingga persoalan harga tidak menjadi masalah meski di bulan puasa membutuhkan banyak kebutuhan pokok.
Selain itu juga rata-rata warga menengah ke atas memang senangnya jalan-jalan ke mal.
Kota Makassar beberapa tahun terakhir ini memang lagi trennya ke arah mal, dan paling tidak ini menjadi sesuatu yang baru.
Selain relatif praktis berbelanja di pasar modern, juga memiliki banyak pilihan seperti banyak dan beragamnya produk dan bahan yang dijual, juga ada fasilitas kredit dan diskon yang ditawarkan.
Fasilitas ini tentu saja tidak didapat di pasar tradisional.

* Dr Muhammad Toaha MBA, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unhas


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...