Sunday, February 20, 2011

Aku Mencintaimu. Dengan Caraku

Sewaktu muda, saya ingat pernah membaca novel entah cerpen. Di sana aku ingat kata-kata itu: Saya ingin mencintaimu. Dengan caraku.

Saya tidak muda lagi untuk bercerita tentang cinta remaja. Cinta dengan gairah dari hati, cinta dengan rasio yang lumpuh.

Betapapun, cinta adalah milik semua umur, semua orang. Di sana tergambar hubungan, ada warna emosionalnya, ada cita rasa subjektifnya.

Lalu pengertiannya menjadi lebar. Cinta pada teman, pada suasana kantor, pada pekerjaan, pada profesi, pada kehidupan.

Seseorang yang sakit berkata:

Fisik saya sakit.
Perih sekali.
Air mata sampai menetes tiap saat ambang batas perih itu terlampaui.

Tapi jiwa saya tidak sakit.
Kuman-kuman itu bisa berpesta-pora memakan daging dan meminum darahku.
Siang dan malam. Tanpa mengenal waktu tidur.
Tapi, wahai kawanan kuman, dengarlah: kalian tidak akan bisa menghancurkan jiwaku.

Saya mencintai kehidupan, wahai kuman.
Seribuan kuman tidak akan mampu menghalanginya.

Saya mensyukuri kehadiran kalian, wahai kuman.
Kalian diutus ke sini untuk menebar hikmah. Kepadaku, kepada lingkunganku.

Saya mencintai kehidupan. Dengan caraku.

Caraku sesungguhnya adalah karakter. Ke dalam karakter terkandung sejumlah nilai. Nilai-nilai itu terpupuk sejak lama di dalam memori batin.

Banyak orang mati, tapi sedikit yang mati dengan cara yang dia inginkan.

Lihatlah film perang. Ada tentara yang terluka, sekarat. Ia tidak mampu lagi untuk sekadar berjalan ketika musuh yang mengepung tinggal selangkah lagi.

"Tinggalkan saya, tinggalkan saya," teriak tentara yang terluka itu kepada teman-temannya. "Selamatkan diri kalian. Kibarkan terus bendera perang."

Teman seperjuangannya tidak tega. Dengan dada bergetar, prajurit itu berkata, "Saya bangga mati dengan cara ini, di medan pertempuran..."

Tentara itu akhirnya diberondong tembakan musuh setelah teman-temannya lari menyelamatkan diri.

Dia mencintai pekerjaannya. Dia mati dengan caranya, dengan cara yang dia cita-citakan. Dia mati dengan kehormatan.

Seorang pekerja keras mengundang iri teman-teman kantornya. Suatu waktu, rekannya bertanya, "Ngapain sih kamu kerja keras gitu. Gaji kan gini-gini doang."

Sambil tersenyum, pekerja keras itu berkata: "Saya menikmati pekerjaan ini. Setiap kali saya bekerja seperti saya sedang berlibur. Enjoy."

Bila Anda merasa pekerjaan adalah pekerjaan, maka pekerjaan itu akan menjadi pekerjaan.

Saya menganggap pekerjaan sebagai hobi maka ia menjadi kesenangan.

Saya mencintaimu. Dengan caraku.


Dahlan Dahi

dahlandahi.blogspot.com
tribun-timur.com
tribun-medan.com
tribunnews.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...