Tuesday, January 6, 2009

Belajar dari Kiat Sales James Gwee

Ask the Tribun Timur Editor
Sumber: tribun-timur.com
Selasa, 06-01-2009 | 12:30:17
Belajar dari Kiat Sales James Gwee
Oleh: Dahlan, Wartawan Tribun Timur

DALAM perjalanan, saya menyetel Smart FM. Saya mendengar James Gwee, seorang sales motivator. Buat saya, dia memberi inspirasi. Sebagai inspirasi, dia memberi jalan keluar dari soal yang rumit ke jalan solusi yang terlihat begitu simple. Itulah kekuatan Gwee.


Gwee selalu berbicara tentang sales. Saya bukan sales tapi Gwee menarik buat saya karena dia sebenarnya tidak berbicara tentang sales, tapi tentang kita.

Tentang kita yang selalu mendapatkan masalah dan tantangan, apapun profesi kita, dan bagaimana kiat mengatasinya.

Sales person? Anda tahu siapa mereka? Orang yang paling menjengkelkan, yang datang saat Anda tidak memerlukannya. Dan, seringkali, ketika Anda benar-benar membutuhkannya, mereka malah tidak datang.

Anda sedang memikirkan A, dan si sales datang menawarkan B. Dia coba mengubah agenda kita dengan menawarkan sesuatu yang kadang tidak masuk akal.

Sales berbicara kepada kita, calon konsumen, dengan begitu meyakinkan (atau setidak-tidaknya berusaha meyakinkan, karena itulah yang mereka pelajari di kelas sebelum terjun ke lapangan).

Kata-kata coba mereka susun dan jelas sekali, bila mereka masih baru, kata-kata itu dirangkai terkadang dengan tergopoh-gopoh. Terlihat seperti mereka sedang membaca buku teks.

Lalu bagaimana menyiasatinya? Gwee memberi jawaban, setelah mengambil pelajaran (hikmah) dari success story sales di AS (saya lupa namanya). Si sales sukses menjual begitu banyak mobil, saya lupa jumlah persisnya. Pokoknya, dia sukses. Patut jadi teladan.

Petinju mendapatkan pukulan. Itulah memang job description-nya. Sales mendapatkan penolakan --seperti itulah memang risikonya. Sales yang sukses adalah sales yang bisa memahami penolakan dan secara kreatif dan cerdas mencari jalan keluarnya.

Satu, pahami masalahnya. Begitu Anda mendapatkan kegagalan atau penolakan, intropeksi segera, apa yang salah. Ambil hikmah dari sana, lalu segera ambil langkah kedua.

Yakni, go to the next customer. Angkat telepon, hubungi dia, jangan ulangi kesalahan. Dengan ini, Anda tidak terkurung menyesali nasib. Tidak dipenjara oleh kegagalan. Mengambil inisiatif, dan bukan melamun saja, merupakan trik untuk keluar dari penjara kesedihan akibat kegagalan.

Banyak yang gagal, lalu melamun. Lamunannya indah. Tapi mimpi indah saja tidak berarti apa-apa kalau tidak ada tindakan, betapapun kecilnya, untuk mewujudkan sepercik demi sepercik mimpi indah itu. So, merenunglah, tapi yang penting, bertindaklah.

Dengan bertindak, setelah belajar dari kegagalan, kita menemukan dua hal: melupakan kegagalan dan melakukan upaya to potencial success.

Dengan bertindak, kita mengubah fokus otak kita dari penyesalan dan rasa tidak berharga menuju tantangan baru, fokus baru. Di sana muncul energi baru yang positif.

Jadi, indah betul. Saya kira, itu bukan cuma soal sales. Trik itu soal kita, soal bagaimana menghadapi kegagalan dan bagaimana keluar dari sana.

Ketiga, dan ini yang pamungkas. Avoid the dog ring (mungkin begitu, kalau tidak salah). Ring, ada lingkaran. Dalam kisah kegagalan, selalu saja ada ring kegagalan.

Mana kala kita gagal, kita berusaha mencari jalan ke luar. Kita bertanya kepada teman, dan teman juga gagal. Dia mencari alasan pembenar mengapa dia gagal. Dia menyalahkan lingkungan, menyalahkan produk, menyalahkan A, B, C.

Hati-hati. Bila jalan pikiran Anda seperti itu, Anda sedang merintis jalan yang sesat. Anda sedang tidak menggunakan energi dan potensi akal Anda untuk mencari jalan ke luar, melainkan sedang memikirkan bagaimana Anda tetap di lingkaran kegagalan.

Banyak orang yang berada di penjara itu, tapi celakalah bagi orang yang tidak menyadarinya. Yang bahaya, banyak orang menyadari sedang menghuni penjara kegagalan, tapi ia merasa nyaman berada di zona kegagalan.

Sama juga, banyak orang menikmati kemiskinan. Mereka comfort di sana, sehingga inisiatif untuk keluar dari zona itu terlihat menakutkan.

Bila Anda kaya dan sukses, dan Anda menikmatinya, Anda akan berusaha terus berada di comfort zone tersebut. Tapi bila Anda miskin atau Anda pegawai rendahan, dan Anda menikmatinya, Anda akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap berada di zona tersebut.

Kepada teman-teman wartawan di kantor Tribun Timur, saya selalu mengingatkan beda pemimpin dan anak buah. Beda yang utama pada cara berpikirnya. Seorang pemimpin mengerahkan waktu, energi, pikiran, dan seluruh potensinya untuk mengatasi masalah. Sedangkan orang dengan mentalitas anak buah sebaliknya, mengunakan waktu, energi, pikiran, dan seluruh potensinya untuk mengungkapkan masalah.

Sebuatlah saya menugaskan dua orang reporter, A dan B. Medan liputannya sama berat, narasumbernya sama sulit, tapi hasilnya bisa beda. Si A akan datang dengan mengatakan dia sudah mengatasi masalahnya, dan dengan tersenyum, melaporkan hasilnya.

Si B, yang mental berpikirnya anak buah, akan datang sambil menggaruk kepala, dan mengungkapkan 1001 macam alasan mengapa dia gagal. Dia terlihat bangga karena telah mampu menyusun alasan kegagalan yang meyakinkan.

Si A tidak nyaman bila gagal. Sedangkan si B, tanpa sadar, menikmati kegagalan.

Saya bilang ke si B: Hei, coba ubah sedikit cara berpikirmu, dan masalah akan selesai. Gunakanlah seluruh waktumu, potensi pikiranmu, dan semua yang kau miliki untuk mencari alasan bahwa kau bisa melakukannya. Dengan itu, Anda akan datang ke sini dengan tersenyum, tidak menggaruk kepala.

Energi Anda yang begitu dahsyat akan dahsyat pula hasilnya bila Anda gunakan untuk mengatasi masalah, bukan menginventaris masalah.

Keterampilan pemimpin: mengatasi masalah. Keterampilan anak buah: mengungkapkan masalah. Energi yang diperlukan untuk mengatasi atau mengungkapkan masalah sama besarnya. Silakan, Anda pilih yang mana.

So, pada akhirnya, if you think you can, than you can. Anda adalah apa yang Anda pikirkan.***



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...