Friday, October 9, 2009

Murdoch vs Google si Pencuri Berita

Ask the Tribun Timur Editor

Sumber: tribun-timur.com

Murdoch Minta Google Membayar Berita
Laporan: Kompas.com/KSP/Antara
Jumat, 9 Oktober 2009 | 23:47 WITA

BEIJING, TRIBUN - Raja Media dan pemilik News Corporation, Rupert Murdoch, meminta mesin pencari internet seperti Google dan website lain untuk membayar berita dan artikel yang selama ini mereka terima secara gratis.




Berbicara pada KTT Media Sedunia di Beijing, Jumat, yang dihadiri 300 pemilik dan CEO media termasuk Direktur Utama Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf dari Indonesia, Murdoch menuding Google dan website serupa sebagai parasit di internet.

Menurut dia, konten aggregator di internet telah mencuri berita dan artikel dari perusahaan media tradisional dan kantor berita. "Saatnya kini mereka membayar," katanya lantang di atas podium.

Wakil Presiden Google Inc, John Liu, yang hadir dalam acara yang dibuka Presiden China Hu Jintaou itu, manggut-manggut saja mendengar ’serangan’ dari Murdoch yang belakangan ini berkampanye agar website membayar pemilik konten.

"Jika kita tidak ambil kesempatan dari KTT Media Sedunia ini agar konten di internet itu dibayar, maka kita yang hadir di ruangan ini, yang akan membayar mahal akibatnya dan si pencuri konten, si kleptomaniak, yang akan menang," kata Murdoch lagi.

Kali ini, tepuk tangan riuh terdengar dari hadirin yang adalah kebanyakan pimpinan kantor berita, termasuk Ahmad Mukhlis Yusuf yang juga menjabat sebagai Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA). Mukhlis tampak bertepuk tangan, sementara John Liu makin serius mendengarkan pidato Murdoch.

Banyak kantor berita yang mengeluh karena konten aggregator mengutip berita, foto, dan video mereka, tanpa izin dan tanpa bayaran.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh CEO kantor berita Associated Press dari Amerika Serikat, Tom Curley. Ia mengajak para penyedia konten untuk beritndak cepat dan tegas terhadap para pencuri berita. "Kita para penyedia konten terlalu lamban bereaksi atas eksploitasi berita oleh pihak ketiga tanpa izin," kata Curley.

Mesin pencari di internet seperti Google, Wikipedia, YouTube dan Facebook telah menjadi tujuan utama dan acuan para pelanggan untuk mencari berita utama yang sesungguhnya berasal dari penerbit tradisional.

"Kita para penyedia konten harus cepat dan bertindak tegas untuk mengambil kembali kendali kita atas konten yang kita produksi," ujar Curley.

"Kita tidak bisa lagi menoleransi keadaan ini. Wartawan yang mengabdikan dirinya, bahkan menghadapi risiko nyawanya ketika mencari berita untuk kepentingan publik, harus dibela dari pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari kerja keras mereka tanpa membayar," demikian Tom Curley.(*)

Sumber: kompas.com

Rupert Murdoch Akan Buat Layanan "Online" Berbayar

Jumat, 18 September 2009 | 14:45 WIB

CAMBRIDGE, KOMPAS.com — Perusahaan-perusahaan penerbit berita umum bakal kerepotan sendiri kalau berencana membuat layanan berbayar dalam bisnis online. Pasalnya, menurut Eric Schmidt, CEO Google Inc, ada terlalu banyak layanan gratis yang tersedia secara online.

Schmidt, yang berbicara lewat video link dengan para eksekutif perusahaan broadcasting Inggris, melihat memang ada kemungkinan ada juga celah sempit untuk para penyedia layanan supaya bisa berhasil. "Tapi secara umum, model ini tidak bisa berjalan untuk konsumsi publik karena ada begitu banyak layanan gratis yang membuat layanan berbayar jadi terpinggirkan," tutur Schmidt, yang menanggapi keinginan CEO News Corp Rupert Murdoch yang akan mulai menarik biaya untuk layanan online-nya.

“Jadi dugaan saya, pasarnya sangat sempit dan untuk pasar para spesialis. Bisa saja melakukan hal ini, tapi saya pikir Anda tidak akan bisa memberlakukannya untuk semua jenis berita,” tambah Schmidt.

Murdoch, konglomerat yang merajai bisnis pers termasuk New York Post, Britain’s Sun, dan juga The London Times, menyatakan akan mulai membuat semua layanan beritanya berbayar di pertengahan tahun depan.

The Wall Street Journal yang dibeli News Corp pada tahun 2007 adalah salah satu surat kabar yang membuat pembacanya membayar untuk bisa menikmati layanan online-nya. (Djumyati Partawidjaja/Kontan)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...