Tuesday, July 1, 2008

Perang Irak: Letusan senjata di rumah Tareq Azis, suatu siang

Letusan senjata di rumah Tareq Azis, suatu siang

 

KEDIAMAN Wakil Perdana Menteri Irak Tareq Azis terletak di kompleks perumahan pejabat tinggi di Jl Masbah, tepi jalan layang. Bangunannya cukup luas, menempati areal sebesar lapangan sepakbola.

Rumahnya dirancang dengan gaya modern, dua lantai. Di bagian belakang ada taman yang hijau, di lengkapi kursi santai. Pada saat rehat, tuan rumah menikmati pemandangan Sungai Tigris yang terkenal itu.

Dapurnya dua, di lantai dasar dan lantai atas. Ada sebuah ruangan cukup luas untuk perpustakan pribadi. Rumah itu menyimpan foto-foto Tareq Azis yang gemar menembak. Di lantai bawah ada lift 1x1 meter warna kuning muda, diduga sebagai penghubung ke bunker, tempat persembunyian.

Saat Saddam masih berkuasa, rakyat biasa tidak bisa lewat di depan rumah itu. Hanya para pejabat tinggi saja yang bisa menikmati pemandangan di kompleks perumahan tersebut.

Setelah perang, dan AS menguasai titik-titik strategis di kota Baghdad, rumah besar itu tak lagi meninggalkan wibawa sama sekali. Rakyat Irak yang lapar menjarahnya, mengambil semua barang berharga: kursi tamu, meja makan, ranjang dan kasurnya, semuanya.

Ketika PERSDA berkunjung ke rumah bekas penguasa yang disegani itu, suatu siang, yang tampak hanya kertas-kertas berserakan, sampah, kaca-kaca jendela yang pecah. Rumah itu bukan saja dijarah, tapi dihina ketika para penjarah bahkan membuang berak di salah satu sudut ruangan.

PERSDA sedang berada di dalam ruangan ketika letusan senjata terdengar. Rupa-rupanya, penjaga kawasan perumahan itu, tiga orang milisi bersenjata AK 47, salah satunya dari Sudan, terpaksa melepaskan tembakan untuk menghalau Ali Baba, penjarah, yang hendak menguras lagi isi rumah tersebut.

Masyarakat dunia mengenal wajah Tareq Azis, pria tua dengan kaca mata besar. Orang kepercayaan Saddam itu, seperti bosnya, selalu tampil dengan seragam militer.

Pada Perang Teluk 1991, Azis menjabat menteri luar negeri. Ia dikenal sebagai diplomat ulung. Sebagai Wakil Perdana Menteri pada perang sekarang ini, Azis ditugasi Saddam untuk melobi Vatikan.

Seusai bertemu Paus Johanes Paulus II, Azis menggelar jumpa pers. Satu persatu wartawan yang bertanya memperkenalkan diri berikut nama medianya. Ketika seorang wartawan Israel mengajukan pertanyaan, dengan tatapan dingin, Azis memperhatikan wartawan itu. Dan, ia tidak mau menjawab pertanyaannya. Karena dia orang Israel.

Irak memang memusuhi Israel. Pada Perang Teluk, Saddam meluncurkan 39 rudal ke Tel Aviv. Saddam kini bersembunyi di suatu tempat entah dimana tanpa pernah lagi bisa menyerang negeri zionis itu.

 

***

 

MARKAS Fidayi Saddam (Fedayeen Saddam) terletak di Zayuna City. Kantor kelompok milisi pro Saddam binaan Uday itu, seperti kantor pemerintah lainya yang penting, kini diduduki tentara Amerika.

Sebagian bangunanya telah hancur. Puin-puing bangunan berserakan.  Bekas-bekas tembakan menghiasi bangunan yang masih utuh. Tampaknya terjadi pertempuran sebelum kompleks perkantoran bercat cokelat itu dikuasai musuh.

Rakyat bersuka cita di sebuah lapangan di samping markas. Di sana ada tiga buah tangki berisi bensin dan solar ditimbun pasir. Tadinya, tangki-tangki itu akan diledakan manakala serangan datang untuk mengacaukan konsentrasi pasukan musuh.

Fidayi Saddam keburu kabur sebelum tangki-tangki itu diledakkan. Walhasil, rakyat yang kesulitan mencari pompa bensin, membuka tangki itu secara paksa dan menguras isinya.

Diantara mereka ada Zasimah, wanita berusia 30 tahun warga negara Malaysia. Ia berasal dari Sabah. Wanita berkulit cokelat itu merantau ke Kuwait sebelum pindah ke Baghdad setelah bertemu dengan pria Kuwait, seorang sopir mobil angkutan umum.

Mahir berbahasa Arab dan lancar berbahasa Inggris, Zasimah bekerja sebagai guru di Baghdad International School (BIS), sekolah khusus untuk orang asing di kawasan Bifrat. Sekolah itu tutup jauh sebelum perang dimulai. Murid-muridnya mengungsi ke negaranya masing-masing mengikuti orang tua mereka. Suami Zasimah, wanita berambut ikal yang energik, bekerja sebagai sopir antar jemput murid BIS.

Pada saat perang dimulai, ibu dua anak itu mengungsi bersama suaminya ke sebuah kampung yang aman di dekat Basra, Irak selatan. Ia kembali ke Baghdad setelah merasa aman.

"Saya tidak yakin Amerika akan disambut baik oleh rakyat Irak," katanya saat ditemui di atas tangki yang dikamuflase sebagai gundukan tanah, sambil menuangkan timba berisi bensin ke dalam jerigennya. Suaminya menunggu di mobil.

"Amerika terlanjur menyakiti hati rakyat Irak. Semua orang Irak sedang susah. Tidak ada listrik, telepon, dan air bersih," tutur Safar Zubar, seorang insinyur yang berdiri di samping Zasimah. Profesional muda itu ikut-ikutan menjarah. (Dahlan, Laporan dari Bagdad, Irak) 

 

 --

Tribun Timur, Makassar

www.tribun-timur.com

Ask the Tribun Timur Editor
dahlandahi.blogspot.com

1 comment:

  1. replica handbags an icon of Hollywood celebrity and the phrase "Sunset Boulevard" is enduring shorthand for the glamour associated with Tinsel town. Called as Sunset Boulevard, designer replica handbags may expect this purse would become one of the most popular designer handbags in fashion stage. So, fashion aficionados, has designer bags enchanted you?

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...