HARI menjelang malam. Baghdad gelap gulita. Sinar rembulan menebar lembut. Rabu (16/4) itu, seorang pekerja Palestine Hotel lembur. Dengan mesin las, ia membongkar rangkaian peyangga sebuah potret besar: gambar the Great Leader Saddam Hussein.
Gambar berukuran sekitar 2x3 meter itu, yang bisa disaksikan dengan jelas dari Firdaus Square sejauh 100 meter, pun lenyap. Tidak ada lagi gambar Saddam yang telah menghiasi bagian depan hotel bintang lima itu selama bertahun-tahun. Hotel itu kini menjadi markas Civil Military Operations Centre, tempat pasukan koalisi pimpinan AS mengendalikan Irak dengan senjata M 16 dan tank Abraham dari layar komputer dan telepon satelit.
Irak mengukir lagi sejarahnya yang gelap. Negara berdaulat itu diperintah orang asing justru ketika kolonialisme telah dikubur sejarah. Dia dijajah Amerika, negara yang besar dengan kampanye demokrasi.
Tanah pendudukan, itulah sebutan untuk Irak saat ini. Tentara AS menjaga jalan, mengendalikan pemerintahan, menjaga pintu perbatasan, menginterogasi orang Irak yang berbahaya, dan menembak mereka yang melawan. Peran seperti itulah yang dilakukan Israel di tanah pendudukan Palestina.
Delapan hari sebelum gambar Saddam dirobohkan di Palestina Hotel, tentara AS memasuki Firdaus Square, jantung kota Baghdad. Patung itu berada di sudut strategis, dikeliling Sheraton Hotel, Palestine Hotel, dan Masjid 14 Ramadhan. Patung besar pemimpin Irak sejak 1979 itu ditarik tank. Dia tumbang, bersamaan dengan hilangnya pengaruh penguasa itu di seantero Irak.
Di halaman Markas Angkatan Udara Irak, yang bangunannya telah rata dengan tanah, patung Saddam tergeletak, kepala nyaris menyentuh tanah. Beberapa orang menduduki kepalanya, bergaya, dan dipotret.
Satu dua hari setelah Baghdad jatuh, Saddam Hussein masih berkeliaran dimana-mana. Posternya, patungnya, lukisan dirinya menghiasi seluruh kota Baghdad. Bahkan masuk ke rumah-rumah penduduk melalui jam dinding dan menyelinap ke kamar tidur rakyat Irak lewat jam tangan bergambar Saddam.
Kini, semuanya tinggal kenangan. Foto Saddam disobek, kumisnya dicat hingga mirip Pak Raden, kepalanya dicopoti hingga tinggal badannya saja, atau mukanya dilumuri tanah gurun cokelat susu.
Kalimat-kalimat berbau Saddam dibuang, dicoret. Di dinding Masjid Abu Hanifah, tidak tampak lagi gambar Saddam. Gantinya gambar Syeikh Husein Sadr, pemimpin shiah berpengaruh. Tulisan Arab berbunyi masjid ini "berkat Saddam" dicoreti dengan cat.
Di kantor perbatasan Irak-Jordania, sebuah billboard tak lagi utuh. Bagian bertuliskan "the Great Leader" dipotong, mungkin dengan gergaji besi. Di pintu masuk dan pintu keluar, tentara Amerika berjaga, memeriksa paspor arus lalulintas keluar masuk Irak. Polisi Irak yang telah menyerah bertindak sebagai pembantu. Para polisi itu, yang membungkus tubuhnya dengan baju hijau ala tentara Indonesia, menjadi budak di negaranya sendiri. Mereka senang Saddam pergi, tapi harus menjadi anak buah penguasa baru yang datang dari negeri yang jauh: tentara Amerika.
***
Di kawasan sekitar Masjid Abu Hanifah, yang salah satu menaranya dibolongi dengan bom oleh tentara AS, Saddam muncul tanggal 9 April, persis saat Amerika masuk kota Baghdad. Tayangan gambar Saddam yang muncul di tengah-tengah rakyatnya itu disiarkan Abu Dhabi TV, Jumat (18/6) malam.
Dimanakan Saddam sekarang? Sulit ditebak. Pemimpin kelahiran 1937 itu menghilang bak ditelan bumi bersama Sajida Kheirallah Telfah, istrinya, serta lima anaknya. Para pembantu setianya juga lenyap, berikut ratusan ribu tentara.
Di kalangan rakyat Irak sendiri, berkembangan berbagai spekulasi. Ada yang bilang, Saddam bersembunyi di suatu tempat di Baghdad. Tokoh kontroversial itu diyakini memiliki bunker rahasia, seperti halnya juga ia memiliki penjara rahasia bawah tanah.
Konon, seorang ilmuwan Jerman pernah terperangkap di lift. Tangga mesin itu turun sekitar 10 menit ke bawah tanah. Begitu pintu dibuka, di kedalaman itulah ia menemukan Saddam. Cerita-cerita yang kurang masuk akal ini dipercayai rakyat Irak, sampai sekarang.
Versi lain, Saddam dan keluarganya bersembunyi di sebuah bunker di Tikrit, utara Baghdad. Di desa Auja di wilayah Tikrit, Saddam lahir 28 April 66 tahun lalu dari keluarga petani miskin. Rakyat di kota itu memperlakukannya sebagai pahlawan.
Ada pula cerita, Saddam dan keluarganya kabur ke Suriah, melewati perjalanan darat lebih dari seribu kilometer. Suriah, negeri tetangga yang bersimpati ke Irak, dianggap sebagai tempat yang ideal bagi keluarga Saddam.
Saddam pernah kabur ke Suriah, setelah percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Abdul Karim Kassem tahun 1959. Dari Suriah, ia ke Mesir. Kabur ke Mesir sekarang amat mustahil. Sebab Mesir adalah salah satu sekutu penting AS dan Israel.
Tidak di Baghdad, Tikrit, atau Suriah, melainkan di suatu tempat di Rusia. Begitulah spekulasi keempat tentang keberadaan Saddam. Rusia adalah sahabat Saddam sejak lama. Persenjataan Irak banyak diimpor dari bekas negara raksasa lawan Amerika tersebut. Seperti Partai Komunis di negara bekas Uni Soviet itu, Partai Baath pimpinan Saddam beraliran kiri.
Versi mana gerangan yang benar, sulit sekali ditebak. Rakyat Irak sudah terlanjur mengucapkan maasalama ya Saddam, selamat tinggal ya Saddam. Kendati dia muncul dalam rekaman pidato yang mengatakan "kemenangan pasti akan datang", rakyat Irak pelan-pelan melupakan Saddam Hussein, the Great Leader.
***
SADDAM pergi meninggalkan banyak pertanyaan. Diantaranya, bagaimana gerangan potret Irak nanti. Kemana negara penghasil minyak terbesar kedua di dunia itu akan melangkah. Apa pengaruhnya bagi perkembangan politik di Timur Tengah.
Pada usia 19, Saddam menjadi anggota Partai Baath. Didirikan tahun 1947, partai ini beraliran sosialis. Wataknya revolusioner. Visinya mempersatukan bangsa Arab yang kini terpecah ke dalam 22 negara.
Partai Baath mengusung ide pan Arabisme. Bangsa Arab dipandang satu. Kepemimpinan Partai Baath di setiap negara dianggap sebagai kepemimpinan regional. Kepemimpinan nasional partai adalah pemegang otoritas tertinggi pada level pan Arab.
Di masa Saddam, warga Arab diperlakukan sama. Dari negara manapun dia berasal bisa masuk ke Irak tanpa visa. Perlakuan yang sama diberikan rejim Saddam kepada warga Palestina, negara yang belum mendapatkan pengakuan, termasuk dari AS.
Penduduk negara-negara Arab yang masuk ke Irak tidak dikenakan Residence Law. Dapat tinggal berapa lama pun dia mau. Mereka dapat meninggalkan negara itu kapan saja tanpa melapor ke Departemen Pemukiman.
Pengecualian bagi Israel. Jangan membawa visa negara zionis itu ke Irak. Pasti akan dipaksa balik kucing. Ini jauh berbeda dengan Jordania dan Mesir. Kedua negara sekutu AS ini memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Beberapa negara Teluk yang kaya belum membuka hubungan diplomatik, baru sebatas hubungan dagang.
Dalam pergaulan internasional, rejim Saddam menjalankan politik bebas aktif seperti Indonesia. Dia tidak ke timur, tidak pula ke barat. Irak termasuk salah anggota Gerakan Non Blok.
Dalam pergaulan dengan dunia Islam, Irak salah satu anggota penting Organisasi Konferensi Islam (OKI). Negara strategis di Timur Tengah itu, pada level regional, menjadi anggota Liga Arab.
Selama ini, Irak termasuk yang sering bersuara keras membela perjuangan bangsa Palestina. Rakyat Palestina di Irak diberi hak-hak istimewa. Rejim itu membenci Israel.
Gambar Saddam telah dicopot rakyat Indonesia. Di Palestine Hotel Rabu malam itu, potret Saddam menghilang. Apakah pan Arabisme akan lenyap bersama Saddam? Apakah Israel akan semakin berjaya tanpa Saddam? Waktu nanti akan menjawabnya. (Dahlan, Laporan dari Bagdad, Irak)
* Laporan ini dimuat di harian Surya, Surabaya, dan sejumlah koran daerah Kompas Gramedia yang dikelola Persda. Saya berangkat ke Timur Tengah menjelang Perang Irak atas biaya Persda
--
www.tribun-timur.com
Ask the Tribun Timur Editor
dahlandahi.blogspot.com
...please where can I buy a unicorn?
ReplyDelete