Tuesday, July 1, 2008

Perang Irak: Main piano di tengah dentuman bom

Main piano di tengah dentuman bom

 

 

JAM tujuh malam hari Jumat (11/4). Palestine Hotel agak gelap. Lampu-lampu utama padam. Setelah Baghdad dibombardir sekian hari, aliran listrik mati total. Hotel yang berubah jadi markasnya para wartawan asing itu hanya menggunakan generator. Tiba-tiba, terdengar rentetan tembakan. Ada pertempuran sporadis. Beberapa menit kemudian, terdengar ledakan amat keras. Hotel guncang, seperti gempa bumi besar.

Tidak terdengar suara panik. Para wartawan rupanya sudah terbiasa mendengar dentuman bom. Maut seolah menjadi cerita sehari-hari. Kalau maut mengintai setiap saat, kematian tidak lagi terasa menakutkan.
Di ujung café Hotel Palestina yang tutup pada malam hari, seorang anak muda Irak memainkan piano. Dari bunyi pianonya, tampak ia tidak piawai. Bunyi-bunyi tuts tak beraturan meramaikan dentuman bom. Ia sama sekali tidak menunjukkan perasaan kaget mendengar desingan peluru dan dentuman bom. Ia sudah terbiasa.

Di luar hotel, di sebuah taman, beberapa wartawan tidur di tenda. Selain membawa peralatan kerja seperti laptop, telepon satelit, mereka membawa tenda. Keputusan mereka benar: seluruh kamar Palestine Hotel dan Sheraton Hotel, dua hotel bintang lima yang bertahun-tahun sebelum perang selalu kosong, kali ini penuh. Wartawan tidur di lobi, di café, di halaman.

Tentara AS tidur di halaman terbuka, di sebuah taman yang hijau. Menggelar tikar, membungkus tubuh dengan selimut tebal. Senjata otomatis diletakan di samping, bak bantal guling.
Beberapa anak-anak Irak terlihat dilobi bersama orang tua mereka. Mereka mengungsi ke hotel. Mereka beruntung. Kebanyakan rakyat Irak yang ditemui di jalan-jalan berteriak-teriak, "Kami lapar, kami lapar. Tolong air minum." Mereka tidak punya uang. Persediaan makanan sudah habis.

"Ibu saya lapar. Saya terpaksa menjual bir," tutur Khatim, seorang pemuda berusia 17 tahun yang menjual bir Tiger kepada wartawan asing. Harganya sekaleng 5 dolar AS.

Henry Omaga Diaz, wartawan televisi ABS-CBN dari Filipina tidak mendapatkan kamar hotel. Bersama kameramennya, dia bingung mau tidur di mana. "Ini benar-benar perang," kata pria 40-an tahun itu melukiskan keadaan yang serba sulit ketika antri untuk makan malam: lima enam potong kecil daging kambing, tiga helai roti, dan air putih. Harganya 5 dolar AS. Tidak ada sajian teh, sajian rutin bangsa Arab.

Pukul sembilan malam, seorang wartawati datang ke café. "Apakah di sini restoran," ia bertanya. Seorang wartawan bilang, "Tidak. Turun, terus ke kiri." Wanita itu, yang tampak kusut karena belum mandi, pergi.

Restoran sudah tutup. Tidak ada lagi makanan di restoran bintang lima itu. Dalam satu jam, persediaan makanannya habis.

Sejak jam enam, wartawan antri di pintu restoran yang tertutup rapat. Warung baru buka dua jam kemudian. Sementara di luar, tentara AS menjaga pintu hotel. Mereka bersenjata. Tamu yang keluar tak diijinkan. "Di luar bahaya. Sebaiknya Anda tinggal di hotel," ujar seorang sersan, mencoba ramah.

Bagi yang tak kebagian dinner, terpaksa menunggu makan keesokan harinya. Pengganjal perut hanya biscuit, roti, dan air putih. Beres. Lapar, tegang, dan maut yang senantiasa mengintai menyatu. Dalam kesulitan, terkadang muncul kenikmatan.

Belum ada warung atau restoran yang buka di Baghdad. Kalau toh ada, para wartawan tidak berani keluar. Milisi pro Saddam masih mengancam dimana-mana.

 

***

 

Tentara AS memang telah menguasai jalan-jalan utama. Tapi milisi masih berkeliaran, dalam kelompok-kelompok kecil, sambil menenteng senjata AK 47.

Seorang wartawan Jordania, Sabil, yang bekerja untuk Los Angeles Times bercerita, kawannya yang orang Jordania terpaksa pulang lebih cepat. Dia keliling kota hendak meliput mengendarai mobil plat Hongaria.

Mobil mereka diberondong tembakan. Untung wartawan itu menghindari. Peluru menembus lengan kanannya. "Dia sudah pulang sekarang. Dia tidak mau lagi mengambil risiko," tutur Sabil, pria atletis dengan rambut lurus yang disisir rapi.

Wartawan asing, terutama yang bule, menjadi sasaran kemarahan orang Irak. Sebagian orang Irak memang tampak melambai-lambaikan tangan kepada rombongan wartawan asing dan tentara AS. Tapi pesan yang mereka kirim misterius: apakah sambutan hangat atau ungkapan perasaan tidak berdaya menghadapi tank, pesawat tempur, dan kedigdayaan kemampuan militer AS.

Bagaimanapun, rakyat Irak tetap membenci Amerika. "Sekarang memang tidak ada lagi perlawanan keras. Tapi saya yakin akan ada. Bukan hari ini atau besok, tapi nanti," ujar seorang pria Irak yang bekerja menjadi guide wartawan Perancis.

Seorang wartawan Barat dirampok. Uang disikat, berikut paspornya. Peralatan kerjanya seperti kamera dan tape recorder juga diembat. Mengapa orang Irak itu merampas paspor, apa gunanya? Sabil menjawab, "Mereka ingin mengerjai orang Barat."

Walau begitu, sulit dipungkiri ada juga yang membenci Saddam. Seorang pria 50-an tahun, dalam pakaian Arab warna putih, berteriak-teriak di depan wartawan, "Pergi Saddam, selamat datang Bush."

"Saddam telah bersembunyi entah dimana. Tapi ia telah membawa banyak uang rakyat Irak. Sementara rakyatnya ditinggalkan, kelaparan," teriaknya, sambil memaksa para wartawan merekam pernyataannya.

Palestine Hotel bukan tempat yang nyaman. Kamar mandinya kotor, bau. Toilet penuh dengan, maaf, kotoran yang tidak disiram. Baunya menyengat hidung.

Seorang wartawan Singapura kena sial. Dia menyembunyikan uangnya 1.000 dolar di celana dalam. Seusai buang hajat, ia sadar uangnya telah tercecer di kamar mandi. Segera ia berlari, tapi tak menemukan apa-apa lagi.

Menghindari nasib apes, wartawan harus pintar-pintar mengatur siasat. Uang dipecah-pecah, di simpan di dompet, di saku celana, di tas, dan bahkan di celana dalam. Maksudnya agar kalau toh dirampok, ada uang yang tersisa. Namun wartawan Singapura itu tidak dirampok. Ia termakan siasatnya sendiri.

 

***

 

KOTA Baghdad berubah menjadi kota bangkai. Satu bangkai manusia yang terbakar tergeletak begitu saja di depan Istana Saddam. Sementara, di depan istana itu, ratusan tentara AS dan tank berjaga-jaga. Di beberapa tempat, jalan-jalan dipenuhi bangkai mobil, tank dan selongsong peluru. Sementara rakyat, yang melambai-lambaikan tangan kepada tentara AS, terus melakukan penjarahan.

Awan hitam terus menyelimuti kota Baghdad. Bekas kebakaran dan bekas bom. Sebagian bangunan pemerintah dibakar, setelah isinya dikuras.

Belasan tank AS di parkir di depan hotel, sementara tentara AS yang memegang senjata otomatis mondar-mandir di aula hotel yang tak jauh dari istana Saddam dan markas Partai Baath.

Wartawan PERSDA yang mengitari kota Baghdad dari Waluja, pinggiran Barat, hingga ke Al Mansur di selatan menyaksikan setidaknya enam titik sumber asap tebal. Beberapa bangunan terlihat terbakar.
Perjalanan memasuki kota Baghdad dari arah Waluja terpaksa putar haluan karena ada pertempuran sengit di jalan-jalan. Mobil-mobil memutar haluan secara tergesa-gesa, Sebagian nyaris tabrakan.

Terpaksa mobil diarahkan ke selatan dan langsung masuk ke jantung kota Baghdad. Di beberapa tempat masih terlihat gambar besar ataupun patung raksasa Saddam.

Di bundaran Al Mansur, tempat Saddam beberapa hari lalu tiba-tiba muncul menemui rakyatnya, tidak terlihat tentara AS. Beberapa milisi bersenjata terlihat di jalan-jalan di kawasan tersebut.

Sementara, sekitar 500 meter dari kawasan itu, puluhan tentara AS bersiaga-siaga di jalan, lengkap dengan tank. Penjara utama Saddam, yang luasnya lebih tiga kali lapangan bola, dikuasai tentara AS. Beberapa warga mengatakan penjara itu telah kosong.

Lokasi deploy pasukan AS ke Al Mansur dihubungkan jalan utama yang rusak-rusak akibat dilindas tank atau kena bom. Jalan ini menghubungkan kota Baghdad dengan Saddam International Airport.

Suasana kota Baghdad mirip kota tak bertuan, kecuali di beberapa kawasan dikuasai tentara AS dan milisi. Tidak terlihat pasukan Pengawal Republik ataupun pasukan khusus Pengawal Republik.

Listrik mati, tidak ada telepon. Lampu lalulintas di jalan-jalan mati. Pengendara mobil seenaknya memakai jalan. Tidak ada polisi lalulintas. Jalan-jalan utama di dalam kota diwarnai pemandangan tentara AS dan warga yang menjarah bangunan-bangunan pemerintah.

Wartawan PERSDA yang ikut rombongan pertama wartawan asing yang masuk ke Irak dari Jordania tanpa visa menemukan tentara AS mulai menguasai kantor perbatasan Irak-Jordania. Tentara AS memerika paspor wartawan satu demi satu. Tidak seorang pun yang dihadang masuk wilayah Irak meski tidak pakai visa. Kantor tersebut telah ditinggalkan tentara Irak sejak beberapa hari lalu.

Dari perbatasan ke Baghdad sejauh hampir 600 km, tidak ada kawasan perumahan yang padat. Hanya ada satu dua kompleks perkantoran pemerintah. Semua benda berharga di kantor-kantor tersebut telah dijarah warga.

Di km 400 sebelum Baghdad, empat tank tentara AS dan Korea terlihat berjaga di tepi jalan. Praktis sepanjang jalan tidak ditemukan lagi otoritas rejim Saddam. Kendati begitu, sekelompok milisi tetap menguasai sebagian wilayah. Di km 94 sebelum Baghdad, tepat di sebuah pompa bensin, para wartawan asing dikejutkan ulah milisi. Mereka melemparkan batu ke kendaraan yang ditumpangi wartawan.
Beberapa mobil yang terlambat kabur ditimpuki kacanya dengan popor senjata. Kelompok milisi itu memasang barikade di jalan-jalan, terutama menjelang memasuki Baghdad.

 

***

 

SADDAM pergi, Ali Baba datang. Kekuasaan Saddam Hussein tak terasa lagi di kota Baghdad. Sebagian besar gambar dan patungnya memang belum dirusak massa atau tentara AS. Namun, kekuasaannya tidak lagi terasa di sebagian besar wilayah Irak, termasuk di jantung kota Baghdad.

Namun bagaimanapun, Saddam masih memiliki pengikut setia, rakyat maupun tentara. Mereka inilah, termasuk milisi, yang terus memberikan perlawanan sporadic kepada tentara sekutu.

Di luar Saddam, penguasa lain di Irak tentu saja pasukan sekutu yang berintikan tentara AS. Seorang tentara AS mengungkapkan, jumlah keseluruh personil yang kini berada di Irak 750.000 orang. Mereka menjaga jalur-jalur penting di luar kota untuk mencegah masuknya pasukan jihad dan suplai senjata. Kota Baghdad diduduki dan dikeliling marnir dan tentara AS.

Toh, jumlah personil sebanyak itu tidak mampu menguasai seluruh Irak.  Di luar jangkauan kekuasaan mereka, berkuasalah para Ali Baba. Ali Baba seringkali berjabatan tangan dengan tentara AS. Sebab, mereka tidak melawan AS, melainkan melakukan penjarahan di kantor-kantor pemerintah. Ali Baba beroperasi hampir di seluruh Irak, mengendarai truk dan mobil bak terbuka berbendera putih, penuh barang hasil jarahan: kursi, kipas angin, AC, dan lemari.

Bangkai-bangkai mobil di jalan-jalan mereka preteli. Sebagian Ali Baba terlihat mendorong mobil, membawanya pergi. "Bukan main, Ali Baba banyak sekali," tutut Khatim Umar, sopir mobil angkutan umum Amman-Baghdad.

Seperti milisi, Ali Baba juga punya pistol. Seorang Ali Baba mengarahkan pistolnya kepada PERSDA ketika pria gemuk itu hendak difoto. "No, no…," teriaknya sembari menggertak dengan pistol.

Tujuh juta rakyat Irak diperkirakan memegang senjata. Baik yang diberikan gratis oleh pemerintah maupun yang dibeli sendiri. Rakyat yang membenci Saddam kini menjadi Ali Baba. Sementara yang tetap setia kepada pemimpin Irak itu menjadi milisi.

Kota Baghdad berpenduduk sekitar 5 juta orang. Mereka yang keluar rumah, sebagai milisi atau sebagai Ali Baba, sangat sedikit. Sebagian besar jalan-jalan utama terlihat sepi. Sebagian besar rakyat bersembunyi di bungker atau tinggal di rumah mereka. Apakah mayoritas rakyat itu menyambut hangat AS atau mendukung Saddam, masih sulit ditebak. (Dahlan, Laporan dari Bagdad, Irak)


* Laporan ini dimuat di harian Surya, Surabaya, dan sejumlah koran daerah Kompas Gramedia yang dikelola Persda. Saya berangkat ke Timur Tengah menjelang Perang Irak atas biaya Persda


 

--


Tribun Timur, Makassar

www.tribun-timur.com

Ask the Tribun Timur Editor
dahlandahi.blogspot.com

1 comment:

  1. [url=http://firgonbares.net/][img]http://firgonbares.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
    [b]portable acdsee, [url=http://firgonbares.net/]discount software and[/url]
    [url=http://firgonbares.net/][/url] Version Retail Price free autocad hatch patterns
    the best educational software [url=http://firgonbares.net/]software freeware downloads[/url] purchase ordering software
    [url=http://firgonbares.net/]downloadable music software[/url] oem software market
    [url=http://firgonbares.net/]office project software[/url] where to buy used software
    microsoft database software [url=http://firgonbares.net/]software used in canada[/b]

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...